Kalah 0-2 dari Argentina, Cari Tahu Posisi Ranking Indonesia di FIFA Lewat Cara Ini

Sejak diciptakan pada Desember 1992, ranking FIFA telah mengalami sejumlah perubahan metode penghitungan menyusul banyaknya kritik yang diberikan.

oleh Luthfa Arisyi Senapi diperbarui 21 Jun 2023, 15:00 WIB
Pemain Argentina, Alejandro Garnacho (kiri) berebut bola dengan pemain Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan pada laga FIFA Matchday di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (19/06/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Liputan6.com, Jakarta - Timnas Indonesia dipaksa mengakui keunggulan Argentina ketika berhadapan dalam pertandingan uji coba di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Senin (19/6/2023) malam WIB. Timnas Garuda harus takluk 0-2 dari skuad besutan Lionel Scaloni dalam laga yang masuk pada agenda FIFA Matchday tersebut.

Kekalahan ini tentu akan berpengaruh pada posisi peringkat Indonesia papan ranking FIFA. Namun seperti apa sebenarnya cara penghitungan poin di dalam sistem ranking FIFA?

Sejak diciptakan pada Desember 1992, ranking FIFA telah mengalami sejumlah perubahan metode penghitungan menyusul banyaknya kritik yang diberikan.

Rumus yang paling pertama digunakan selama periode Desember 1992 hingga Desember 1998, dirancang oleh dua dosen Swiss dari Universitas Zurich (Markus Lamprecht dan Dr. Hanspeter Stam.)

Rumus ini adalah yang paling sederhana jika dibandingkan dengan versi-versi berikutnya, tetapi masih membutuhkan perhitungan yang rumit.

Konsep utamanya adalah memberikan poin untuk pertandingan yang dimainkan antara semua tim nasional A yang berafiliasi dengan FIFA, berdasarkan hasil mereka selama delapan tahun terakhir dalam pertandingan yang diakui FIFA.

·      3 poin untuk hasil menang

·      1 poin untuk hasil imbang

·      0 poin untuk hasil kalah

Pertandingan yang diakui FIFA tetapi tidak termasuk dalam penghitungan adalah tim B, tim C, tim liga XI, tim wanita, U-17, U-20, U-23 dan tim futsal.


Faktor-Faktor yang Masuk Dalam Penghitungan

Renato Sanches tak dipanggil ke Timnas Portugal di Kualifikasi Piala Dunia 2022 lantaran baru sembuh dari cedera meniskus. Fernando Santos tentu tak akan mengambil resiko untuk membawanya. Posisinya akan digantikan oleh pemain senior lain, seperti Joao Mario dan Matheus Nunes. (AFP/Maciej Gillert)

1.     Poin untuk menang, seri, atau kalah: Faktor kompensasi untuk kekuatan relatif dari dua tim yang terlibat dimasukkan. Sehingga, kemenangan tim dengan peringkat lebih rendah atas tim dengan peringkat lebih tinggi akan diberikan jumlah poin kemenangan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemenangan tim berperingkat lebih tinggi atas tim berperingkat lebih rendah.

2.     Poin untuk gol yang dicetak atau kebobolan: Gol diberikan jumlah poin yang sama baik dicetak dalam waktu biasa atau perpanjangan waktu. Namun, tidak ada poin yang diberikan dari gol yang dicetak atau kebobolan dalam adu penalti. Gol yang dicetak oleh tim berperingkat lebih tinggi melawan tim berperingkat lebih rendah juga diberikan poin yang lebih sedikit dibandingkan dengan gol yang dicetak oleh tim berperingkat lebih rendah melawan tim berperingkat lebih tinggi.

3.     Poin bonus untuk pertandingan tandang: Terlepas dari hasil akhir pertandingan, tim tandang diberikan 0,3 poin ekstra untuk memainkan pertandingan tandang. Tidak akan ada poin bonus tandang untuk tim jika pertandingan dimainkan di tempat netral.

4.     Faktor pengali untuk berbagai kompetisi: Pentingnya sebuah pertandingan akan mempengaruhi poin yang diberikan kepada tim, sehingga jumlah poin yang diberikan melalui tiga aturan pertama yang disebutkan sebelumnya, akan dikalikan dengan faktor berikut:

        a.     Pertandingan persahabatan: x 1.00

        b.     Kualifikasi untuk kejuaraan kontinental: x 1.10

        c.     Kualifikasi Piala Dunia: x 1.25

        d.     Final kejuaraan kontinental: x 1.25

        e.     Final Piala Dunia: x 1.50

5.     Kekuatan dan kelemahan regional: Dalam pertandingan antar tim dari benua yang berbeda, poin yang diberikan dikalikan dengan faktor 1,0. Dalam pertandingan antar tim dari benua yang sama, poin yang diberikan akan dikalikan dengan faktor: 1,0 untuk tim Eropa dan Amerika Selatan, 0,9 untuk tim Afrika dan Amerika Utara+Tengah, 0,8 untuk itm Asia dan Oceania.

6.     Hasil keseluruhan dalam rumus perhitungan peringkat FIFA ini: (Jumlah poin dari aturan 1+2+3) * Faktor Aturan 4 * Faktor Aturan 5, dihitung untuk setiap pertandingan yang diakui yang dimainkan dalam 8 tahun terakhir, dengan jumlah total poin peringkat menjadi jumlah poin yang dihitung untuk pertandingan tersebut.


Revisi Metode Penghitungan Pertama (1999 – 2006)

Cafu. Eks bek kanan yang kini berusia 52 tahun dan telah pensiun pada Maret 2009 bersama Garforth Town ini tercatat sebagai pengoleksi caps terbanyak bersama Timnas Brasil dalam ajang Piala Dunia. Ia total bermain 20 laga dalam 4 edisi Piala Dunia mulai 1994 hingga 2006 dengan torehan 4 assist. Dalam 4 edisi tersebut ia selalu menjabat kapten tim dan mampu mempersembahkan 2 trofi juara pada 1994 dan 2002. (AFP/Patrick Kovarik)

Pada Januari 1999, FIFA memperkenalkan sistem penghitungan peringkat yang telah direvisi, memasukkan banyak perubahan sebagai tanggapan atas kritik terhadap peringkat yang tidak tepat. Berikut ini adalah perubahan besar yang dimasukkan:

1.     Peringkat poin ditingkatkan dengan faktor sepuluh.

2.     Metode perhitungan diubah untuk memperhitungkan faktor-faktor termasuk:

         ·      Jumlah gol yang dicetak atau kebobolan

         ·      Apakah pertandingan dimainkan di kandang atau tandang

         ·      Pentingnya suatu pertandingan atau kompetisi

         ·      Kekuatan regional

3.     Poin tetap tidak lagi diberikan untuk kemenangan atau seri.

4.     Tim yang kalah tetap bisa mendapatkan poin.


Revisi Metode Perhitungan Kedua (2006 – 2018)

Gaya bermainnya sebagai gelandang serang yang memiliki kemampuan dribbling, penguasaan bola yang mumpuni, umpan yang akurat, bahkan ketajamannya dalam mencetak gol tak diragukan lagi. Tak hayal jika dia disematkan sebagai “seniman” lapangan hijau. (Foto: AFP/Omar Torres)

FIFA mengumumkan bahwa sistem peringkat akan diperbarui setelah Piala Dunia 2006. Periode evaluasi dipotong dari delapan menjadi empat tahun, dan metode perhitungan yang lebih sederhana digunakan untuk menentukan peringkat.

Gol yang dicetak dan keunggulan kandang atau tandang tidak lagi diperhitungkan, dan aspek perhitungan lainnya, termasuk pentingnya dikatikan dengan berbagai jenis pertandingan, direvisi. Perubahan ini setidaknya berakar dari kritik luas terhadap sistem peringkat sebelumnya. Banyak penggemar sepak bola merasa itu tidak akurat, terutama jika dibandingkan dengan sistem peringkat lain dan tidak cukup responsif terhadap perubahan performa masing-masing tim.


Pembaruan Sistem Ranking 2018

Pada bulan September 2017, FIFA mengumumkan bahwa mereka sedang mninjau sistem peringkat dan akan memutuskan setelah akhir kualifikasi Piala Dunia 2018 apakah ada perubahan yang akan dilakukan untuk meningkatkan peringkat.

Metode penghitungan yang akan diadopsi akan dimodelkan dengan cermat setelah sistem peringkat Elo dan peringkat asosiasi anggotanya akan diperbarui berdasarkan pertandingan ke pertandingan.

Pembobotan yang ditujukan untuk setiap konfederasi untuk tujuan pemeringkatan akan dihapuskan. Namun, meotodologi baru ini tidak memperhitungkan pertandingan kandang atau tandang dan marjin kemenangan.


Perubahan Sistem 2021

Per April 2021, poin tim dalam ranking FIFA sekarang dibulatkan menjadi dua desimal, bukannya dibulatkan ke bilangan bulat terdekat.


Hitung-hitungan Poin Indonesia

Pada bulan Mei 2023 kemarin, Indonesia masih berada di posisi 149 ranking FIFA dengan perolehan 1046,14 poin. Kemudian, dua laga persahabatan menghadapi Palestina dan Argentina ternyata cukup berdampak pada posisi Timnas Garuda di ranking FIFA.

Hasil imbang 0-0 melawan Palestina di Stadion Gelora Bung Karno menghadiahi Indonesia 1,77 poin, tetapi masih bertahan di posisi 149 ranking FIFA.

Kemudian, usai menelan kekalahan atas Argentina, Indonesia harus kehilangan 0,45 poin. Penurunan poin yang relatif kecil tersebut disebabkan karena perbedaan ranking yang sangat jauh antara Indonesia dengan Argentina.

Sebagai informasi, jika akhirnya skuad asuhan Shin Tae-yong berhasil memenangkan pertandingan, Indonesia akan mendapat tambahan 9,55 poin. Sementara jika meraih hasil imbang, maka akan mendapat 4,55 poin.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya