Nasib Jalur Sepeda di Jakarta Kian Memprihatinkan

Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo memastikan akan menambah jalur sepeda pada tahun ini. Dia mengatakan, jalur sepeda akan dibangun di permukiman sehingga dapat terhubung dengan jalan utama. Namun demikian, sulit menepis adanya polemik keberadaan jalur khusus sepeda di DKI Jakarta saat ini. Kontroversi muncul karena proyek beranggaran besar itu faktanya tak banyak bermanfaat.

oleh Arnaz Sofian diperbarui 21 Jun 2023, 18:35 WIB
Polemik Jalur Sepeda
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo memastikan akan menambah jalur sepeda pada tahun ini. Dia mengatakan, jalur sepeda akan dibangun di permukiman sehingga dapat terhubung dengan jalan utama. Namun demikian, sulit menepis adanya polemik keberadaan jalur khusus sepeda di DKI Jakarta saat ini. Kontroversi muncul karena proyek beranggaran besar itu faktanya tak banyak bermanfaat.
Sejumlah kendaraan melintas di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Rabu (21/6/2023). Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Syafrin Liputo memastikan akan menambah jalur sepeda pada tahun ini. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Dia mengatakan, jalur sepeda akan dibangun di permukiman sehingga dapat terhubung dengan jalan utama. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Namun demikian, sulit menepis adanya polemik keberadaan jalur khusus sepeda di DKI Jakarta saat ini. Kontroversi muncul karena proyek beranggaran besar itu faktanya tak banyak bermanfaat. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Penghargaan datang dari komunitas pesepeda, karena jalur sepeda mendorong orang bersepeda dengan aman, hemat bahan bakar, dan bersahabat dengan lingkungan. Namun, lebih banyak lagi yang mengkritik karena jalur sepeda memakan badan jalan, ada pembatas sehingga tidak bisa dilewati kendaraan lain, dan mubazir karena nyaris tidak pernah dilewati pengendara sepeda. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Berdasarkan data Global Bicycle Cities Index yang dirilis perusahaan asuransi Luko, penduduk Jakarta yang menggunakan sepeda untuk kehidupan sehari-hari hanya 2 persen pada 2022. Persentase itu lebih tinggi dari beberapa kota di Asia Tenggara, tetapi masih kalah dari kota-kota di Tiongkok. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Penggunaan sepeda memang masih mengikuti tren yang tumbuh pada waktu tertentu, belum menjadi kebiasaan dan budaya masyarakat Jakarta. Contohnya, pencarian kata kunci “sepeda” di Google untuk wilayah DKI Jakarta mencapai angka tertinggi hanya pada awal pandemi COVID-19. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Sejalan dengan itu, Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Sepeda dan Mainan Indonesia (APSMI) Eko Wibowo mengatakan, penjualan sepeda turun hingga 80 persen menjelang akhir 2022 ketimbang pada awal pandemi. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Menurutnya, penurunan itu disebabkan tren bersepeda di Jakarta mulai merosot, sehingga belum ada pembeli baru. Sementara, konsumen yang telah membeli sepeda biasanya baru akan membeli sepeda lagi pada 2-3 tahun mendatang. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Carlton Reid, dalam buku Bike Boom: The Unexpected Resurgence of Cycling (2017), mengungkapkan beberapa alasan penduduk kota tidak menggunakan sepeda untuk kegiatan sehari-hari. Pertama, tidak ada infrastruktur yang mumpuni bagi pesepeda. (Liputan6.com/Herman Zakharia)
Kedua, merasa takut dan tidak aman bersepeda di jalan yang didominasi kendaraan bermotor. Ketiga, jarak antara rumah dan tempat kegiatan—seperti kantor, pusat perbelanjaan, dan sekolah—jauh. Padahal, Reid mengatakan jarak yang pendek bisa menjadi salah satu daya tarik orang bersepeda setiap hari. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya