Selain Ekonomi, Ini Dampak Positif Pertandingan Timnas Indonesia vs Argentina saat FIFA Match Day

LPEM Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI) mencatat pertandingan FIFA Matchday antara timnas Indonesia vs Argentina berdampak bagi ekonomi dan citra Indonesia.

oleh Agustina Melani diperbarui 21 Jun 2023, 20:07 WIB
Pemain Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan (tengah) terjatuh ketika berebut dengan pemain Argentina, Nahuel Molina (kiri) dan Cristian Romero pada laga FIFA Matchday di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (19/06/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Indonesia (UI) menyebutkan pertandingan tim nasional (timnas) Indonesia dan Argentina saat FIFA Match Day pada Senin, 19 Juni 2023 berdampak positif bagi citra Indonesia.

Selain itu, pertandingan persahabatan tersebut  menjaga antusiasme masyarakat, serta menciptakan manfaat ekonomi guna mendukung pengembangan industri sepak bola di dalam negeri.

Laporan New York Times menyebut match fee untuk dapat mendatangkan Argentina mencapai lima juta dolar AS atau sekitar Rp 72,3 miliar.

LPEM UI juga mencatat dampak laga terhadap ekonomi. Dalam hasil riset Simulasi Potensi Dampak Ekonomi Penyelenggaraan FIFA Matchday tim nasional (timnas) Indonesia vs Argentina, LPEM Fakultas Ekonomi Bisnis UI prediksi perputaran uang pertandingan Indonesia dengan Argentina hampir menembus angka Rp 1 triliun atau sekitar Rp 965 miliar.

Hasil riset LPEM UI yang ditulis Yusuf Reza Kurniawan, Mohamad Dian Revindo, dan Calista Endrina Dewi memaparkan perputaran uang tersebut menciptakan nilai tambah ekonomi sebesar Rp 495 miliar, tambahan pendapatan rumah tangga pekerja sebesar Rp 188 miliar, pendapatan pajak tidak langsung bagi pemerintah sebesar Rp 28 miliar, dan penciptaan kesempatan kerja sekitar 5.719 orang.

Meskipun sebagian besar sifatnya temporer, hasil riset itu menilai penyediaan makan dan minum, jasa kesenian, hiburan dan rekreasi serta jasa penyiaran dan pemograman, hingga film menjadi sektor yang meraup dampak tertinggi dari pertandingan tersebut.

“Dari sisi aspek ekonomi, potensi dampak positif dari FIFA Match Day ini dapat melampaui biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan timnas Argentina," tulis hasil riset LPEM UI ditulis Rabu (21/6/2023).


Kalah Lawan Argentina saat FIFA Match Day, tapi Indonesia Menang soal Ekonomi

Pemain Timnas Indonesia, Marselino Ferdinan (kanan) terjatuh ketika berebut dengan pemain Argentina, Alejandro Garnacho pada laga FIFA Matchday di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Senin (19/06/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Sebelumnya, tim nasional (timnas) Indonesia harus menerima kekalahan saat bertanding melawan Juara Dunia 2022 Argentina pada pertandingan FIFA Match Day di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin, 19 Juni 2023. Timnas Indonesia kalah dengan skor 0-2 saat melawan timnas Argentina.

Dikutip dari Antara, Selasa (20/6/2023), gol dari timnas Argentina tercipta dari Leandro Paredes pada menit ke-38. Kemudian Cristian Romero mencetak gol pada menit ke-56.

Meski demikian, timnas Indonesia mendapatkan pujian meski kalah lantaran mampu menampilkan perlawanan saat melawan Argentina. Bahkan pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong juga memuji mental bertanding yang ditunjukkan pemainnya saat melawan Argentina.

“Secara mental para pemain Indonesia tidak gentar dan kalah jauh (dibandingkan Argentina). Jadi dengan pengalaman-pengalaman seperti ini saya harap dapat memotivasi para pemain untuk berkembang. Saya ingin sampaikan kepada pemain terima kasih karena sudah bekerja keras,” tutur Shin Tae-yong.

Indonesia meski kalah dari Argentina saat pertandingan bola, tapi menang dari sisi ekonomi.

Dari laporan Washington Post pada 6 April 2023, Argentina hadapi inflasi tertinggi di dunia. Tingkat inflasi mencapai lebih dari 100 persen untuk pertama kali dalam tiga dekade.

Negara dengan ekonomi terbesar kedua di Amerika Selatan ini hampir tidak memiliki akses ke modal internasional dan sedang memenuhi persyaratan pada program bantuan USD 44 miliar yang disepakai dengan Dana Moneter Internasional atau IMF.

Argentina masuk krisis ekonomi pada 2018, dan belum pernah pulih sebelumnya. Inflasi tahunan hampir selalu berada di atas 50 persen sejak saat itu, dan mencapai 103 persen pada Februari. Dampak inflasi telah diperburuk oleh resesi selama tiga tahun, sejak 1950-an, Argentina telah habiskan lebih banyak waktu dalam resesi dalam hampir semua negara lain, menurut Bank Dunia.

 

 


Kesepakatan dengan IMF Gagal Stabilkan Ekonomi

Bendera Argentina dikibarkan di tengah pusat ibu kota Buenos Aires (AP/Enric Matia)

Hampir 40 persen masyarakat Argentina hidup dalam kemiskinan, dibandingkan sekitar 25 persen pada awal krisis. Namun, kenaikan harga saat ini masih jauh dari ketinggian yang dicapai saat hiperinflasi dari 1989 hingga 1911, ketika melampaui 3.000 persen per tahun.

Krisis mata uang pada 2018 menyebabkan peso kehilangan setengah nilainya terhadap dolar AS. IMF menanggapi dengan meminjam USD 57 miliar kepada Argentina yang saat itu dipimpin oleh Presiden Mauricio Macri. Namun, kesepakatan itu gagal stabilkan ekonomi. Pemilihan Fernandez pada 2019 memicu aksi jual besar-besaran pada obligasi pemerintah yang kemudian gagal bayar oleh pemerintahnya.

Tanpa akses ke kredit setelah gagal bayar, Fernandez mencetak uang selama pandemi COVID-19 untuk membiayai pemberian uang tunai dan program gaji yang menyebabkan inflasi melonjak tinggi. Fernandez telah melakukan sejumlah langkah untuk stabilkan ekonomi tetapi tidak efektif untuk meredam inflasi dan kerugian mata uang tetapi membuat lingkungan bisnis menjadi lebih kompleks bagi perusahaan di Argentina.

Mengutip data tradingeconomics.com, Argentina mencatat pertumbuhan ekonomi 1,9 persen pada Desember 2022 dari sebelumnya 5,9 persen. Inflasi Mei tercatat 7,8 persen pada Mei 2023, inflasi ini melambat dari sebelumnya 8,4 persen. Namun, sepanjang tahun hingga Mei 2023, inflasi Argentina sudah mencapai 114,20 persen.

Selain itu, tingkat pengangguran Argentina mencapai 6,3 persen pada 2022. Tingkat pengangguran tersebut memang melambat dari periode sebelumnya 7,1 persen.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi 5,03 persen pada kuartal I 2023. Namun, angka pertumbuhan tersebut alami kontraksi 0,92 persen dibandingkan kuartal IV 2022. "Secara year on year pertumbuhan ekonomi kita (kuartal I-2023) 5,03 persen," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS  Moh Edy Mahmud dalam konferensi pers, JumaT, 5 Mei 2023.


Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Masih Stabil

Pemerintah optimistis produk-produk hilirisasi lanjutan juga dapat menopang daya saing produk ekspor Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Edy menuturkan, kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 0,92 persen kuartal I-2023 dibandingkan kuartal IV-2022 polanya sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Menurutnya, beberapa tahun sebelumnya pada kuartal I selalu mengalami kontraksi.

Misalnya pada kuartal I-2022 kontraksi sebesar 0,94 persen, kuartal I-2021 juga kontraksi 0,93 persen, dan kuartal I-2022 terkontraksi sebesar 2,41 persen.

"Jadi, memang secara Q to Q untuk triwulan I polanya memang demikian selalu terkontraksi," tutur dia.

Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I-2023 masih tumbuh di atas 5 persen yakni 5,03 persen dibandingkan kuartal yang sama di tahun sebelumnya. Hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil.

Inflasi juga relatif terkendali. Inflasi pada kuartal I 2023 mencapai 4,97 persen. Adapun hingga Mei 2023, inflasi Indonesia 4 persen. Sementara itu, tingkat pengangguran Indonesia mencapai 5,4 persen pada kuartal I 2023.

 

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya