Sukses Apresiasi Karya Para Seniman di Hotel Ternama, Venny Artha Anggap Anak Buah sebagai Partner Selama Jadi Pimpinan

Venny Artha, seorang wanita yang kini menjadi general manager salah satu hotel ternama, bercerita kesuksesannya, termasuk mengusung konsep memamerkan karya para seniman.

oleh Ruly Riantrisnanto diperbarui 22 Jun 2023, 13:25 WIB
Solo Brasserie and Lounge digelar salah satu hotel ternama sekaligus sebagai apresiasi terhadap karya musik dan budaya nusantara. (Dok.IST/Grand Sahid Jaya Jakarta)

Liputan6.com, Jakarta Beberapa seniman Indonesia digandeng untuk menuangkan hasil karyanya, mulai dari gebyok, ukiran sampai pahatan merak dan juga lukisan-lukisan berisikan cerita kisah pewayangan seperti Parikesit dan Pandawa Lima. Hal itu sudah dilakukan Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.

Selama berkunjung, para tamu dapat juga mengetahui tentang sejarah dan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Di balik kesuksesan hotel tersebut dalam menerapkan konsepnya, ada seorang wanita hebat yang menjadi pemimpinnya. Dia adalah Venny Artha yang kini menjabat sebagai General Manager.

Venny Artha pun menyampaikan suka duka dan perjuangannya memimpin hotel besar dan legendaris tersebut. Hubungannya dengan para karyawan dan anak buah pun menjadi kuncinya. Sebagai pemimpin, Venny tak menganggap sebelah mata anak buahnya. Baginya, anak buah adalah partner yang selalu mendukungnya.

"Kalau saya, ditanya gaya kepemimpinan, stafku itu bukan anak buah. Mereka bukan bawahan, tetapi mereka adalah partner. Jadi, aku butuh mereka untuk support dan di sisi lain, mereka juga support pada semua planning (rencana jangka panjang dan pendek)," ungkap Venny Artha.

 


Cara Komunikasi Venny Artha

Solo Brasserie and Lounge digelar salah satu hotel ternama sekaligus sebagai apresiasi terhadap karya musik dan budaya nusantara. (Dok.IST/Grand Sahid Jaya Jakarta)

Menurut Venny Artha, ia dan para karyawan adalah satu tim namun dengan tugas dan tanggung jawab yang berbeda. Cara komunikasinya pun disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Bentuk komunikasi yang dilakukan adalah dengan diskusi, terutama ke head departement.

"Cuma kalau lagi diskusi, suka banyak yang mengeluh karena saya orangnya put detail sekali. Tapi the way i want something, misal soal makanan, saya akan mendorong untuk bisa menciptakan yang terbaik. Saya enggak akan segan bilang 'Ini makanannya jelek chef', karena semuanya berproses," ujarnya.

"Jadi lebih ke ada galaknya, tapi kasual. Kalau formal juga bingung," tambahnya.

 


Banyak Stereotipe Bukanlah Penghalang

Menjadi pemimpin perempuan tidaklah mudah, banyak stereotipe dan kadang dipandang sebelah mata. Namun, hal ini tidak dirasakan oleh Venny sebagai penghalang.

"So far enggak ada barrier. Perempuan dan laki-laki sama, kemampuan bekerjanya sama. Kemampuan berpikir sama.

"Justru sebenarnya, tanpa bermaksud mengekslusifkan gender, menurutku perempuan punya sense of karya. Jadi dalam menciptakan sebuah karya ada perasaan," jelasnya.

"Dalam dunia kerjaku, aku coba menerapkan ke tampilan hotel. Inginnya hotelku tidak terlihat mahal, tapi tetap bersih, cantik, dan luxury," imbuhnya.

Sebelum berada di posisi puncak, Venny pun mengaku memulai semua dari bawah. Ia juga sempat merasakan di posisi operasional dan mengurusi mesin serta berhubungan dengan teknik. Pengalaman itulah yang menjadikan dirinya tidak mempermasalahkan tantangan atau barrier yang ada.

 


Mengubah Hotel Tua Jadi Lebih Modern

Sudah berdiri sejak 1974, Hotel Grand Sahid Jaya ini pun bisa dibilang menjadi hotel yang sudah cukup tua. Meski begitu, hotel di bawah pimpinan Venny ini tak kalah dengan hotel-hotel baru yang lebih modern.

Venny pun membagikan strategi dan inovasinya untuk menjadikan hotel tua menjadi lebih modern.

1. Staf Milenial

Untuk mengikuti perkembangan zaman, Venny juga turut mempekerjalan kaum milenial.

"Awal 2020 join, kemudian pandemi dan hotel ini tutup kemudian buka lagi, saya merekrut. Ini semua hasil rekrutan orang baru. Staf baru jadi sudah dibentuk untuk tidak lelet," terangnya.

2. Jangan Sampai Kehilangan Identitas

Berapa pun usia hotel, kita tidak boleh kehilangan identitas. Oleh karena itu, Venny pun melakukan mix konsep hotel ala Indonesia dengan yang kekinian.

"Sejarah itu tidak ada masa expired. Cerita masa lalu masih relate, oleh karena itu bisa di-mix dengan masa sekarang. Terbukti banyak orang yang berbatik di masa sekarang," tuturnya.

3. Renovasi

Venny juga melakukan renovasi dan perbaruan menu yang dibuat semakin menarik.

"Renovasi kamar dilakukan mulai Juli, kemudian ada perbaruan menu di resto, meeting room semakin dipercantik. Semua dikonsep senyaman dan semudah mungkin. Image ke hotel yang rumit, karena hotel mahal enggak ada," kata Venny.

 


Membangkitkan Hotel yang Sempat Lesu karena Pandemi

Hotel menjadi salah satu bisnis yang sempat lesu di masa pandemi Covid-19 beberapa tahun belakangan ini. Hal ini pun menjadi tantangan besar bagi para pimpinan dan karyawan hotel.

Meski begitu, kini pariwisata mulai kembali bangkit dan menggeliat. Berada di bidang hospitality, tak mudah untuk mengembalikan kejayaan hotel yang sempat lesu. Berbagai strategi dan inovasi pun diluncurkan untuk kembali menarik pelanggan.

Salah satunya seperti yang dilakukan Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta. Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta meluncurkan Solo Brasserie & Lounge yang akan menjadi salah satu pilihan destinasi kuliner terbaru bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta.

Berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta yang telah beroperasi sejak tahun 1974 senantiasa terus memberikan sentuhan budaya nusantara yang kental guna menambah nilai estetika di setiap sudut hotel.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya