JPMorgan, Bank Terbesar di AS PHK 20 Bankir di Asia

PHK terhadap bankir JPMorgan di Asia mencakup bagian pelayanan konsumen, sektor perawatan kesehatan, dan pasar modal swasta.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Jun 2023, 10:45 WIB
JPMorgan Chase & Co. menghentikan suntikan budget telepon genggam bagi karyawan demi menghemat anggaran perusahaan.

Liputan6.com, Jakarta Bank investasi asal Amerika Serikat, JPMorgan Chase & Co kembali melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), kali ini terhadap sekitar 20 karyawan perbankan investasinya di Asia.

Melansir Channel News Asia, Kamis (22/6/2023), JPMorgan pada Selasa (20/6) memberi tahu para bankir yang terkena dampak PHK, yang sebagian besar bekerja di peringkat junior dari analis hingga direktur eksekutif, menurut sebuah sumber.

Para pekerja JPMorgan itu mencakup bagian pelayanan konsumen, sektor perawatan kesehatan, dan pasar modal swasta. Sementara itu, juru bicara JPMorgan enggan meberikan komentar terkait PHK.

Pemotongan tersebut merupakan putaran kedua PHK di JPMorgan di Asia tahun ini, dengan bank yang berbasis di Wall Street memangkas sekitar 20 pekerja perbankan investasi, sebagian besar bankir tingkat menengah yang berfokus pada kesepakatan di China, pada kuartal pertama.

JPMorgan adalah yang terbaru di antara serangkaian bank global yang memangkas tim perbankan investasi di Asia.

Bank of America Corp bulan lalu juga memberi tahu sekitar 40 bankir di Asia untuk mencari peran baru dalam organisasi, dengan Goldman Sachs dan Citi memberhentikan masing-masing lebih dari 30 dan 20 pembuat kesepakatannya, pekan lalu.

Adapun bank asal Inggris, Standard Chartered yang melakukan PHK terhadap karyawannya di Singapura, London, dan Hong Kong. 

Secara total, pengurangan karyawan di Standard Chartered diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 pekerja, meskipun jumlah akhir belum diputuskan, menurut laporan Bloomberg News, mengutip sumber yang mengetahui kabar PHK tersebut.


Badai PHK Dunia Belum Usai, Kini JPMorgan Chase Pangkas 500 Karyawan

Ilustrasi PHK (Istimewa)

Bank ternama di Amerika Serikat, JPMorgan Chase melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sekitar 500 karyawannya minggu ini, menurut sumber yang mengetahui kabar PHK tersebut.

Melansir CNBC International, Senin (29/5/2023) PHK kali ini sebagian besar berdampak pada karyawan di bagian teknologi dan operasi  JPMorgan.

Selain itu, PHK juga terjadi  di seluruh divisi utama perbankan ritel dan komersial, manajemen aset dan kekayaan perusahaan yang berbasis di New York, serta bank korporasi dan investasinya, menurut sumber, yang enggan mengungkapkan identitasnya ketika berbicara tentang masalah personel.

Sementara itu, pihak JPMorgan enggan memberikan komentar terkait keputusan PHK di lingkungan kerjanya.

Seperti beberapa perusahaan keuangan di AS, JPMorgan secara berkala memangkas pekerjanya sepanjang tahun, bahkan saat mempekerjakan ribuan pekerja baru untuk mengisi peran.

Dilaporkan JPMorgan memiliki sekitar 13.000 posisi terbuka.

Di bawah kepemimpinan CEO Jamie Dimon, JPMorgan telah berada dalam mode pertumbuhan akhir-akhir ini, terakhir dengan mengakuisisi bank regional First Republic yang gagal dalam kesepakatan yang ditengahi pemerintah. 

Kemudian pekan ini, JPMorgan menawarkan posisi kepada sekitar 85 persen dari sekitar 7.000 pekerja First Republic.

Namun pada Kamis, 25 Mei 2023 JPMorgan mengumumkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 1.000 karyawan First Republic Bank. JPMorgan memiliki 296.877 karyawan per 31 Maret 2023, atau 8 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya.


JPMorgan Chase Beli Mayoritas Aset First Republic Bank

Perdagangan menunjukkan nilai transaksi mencapai sekitar Rp 10,5 triliun dengan melibatkan 15,3 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 1,3 juta kali. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, JPMorgan Chase membeli sebagian besar aset First Republic Bank setelah kegagalan bank terbesar kedua di Amerika Serikat dalam kesepakatan yang diumumkan pada Senin pagi (1/5/2023) yang melindungi simpanan nasabah First Republic.

Dikutip dari CNN, JPMorgan Chase mengatakan telah akuisisi sebagian besar aset dan mengambil simpanan yang diasuransikan dan tidak diasuransikan First Republic dari Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). FDIC, lembaga pemerintah independen yang asuransikan simpanan untuk nasabah bank.

"Dalam melakukan transaksi ini, JPMorgan Chase mendukung sistem keuangan AS melalui kekuatan dan kemampuan eksekusinya yang signifikan,” kata bank tersebut dalam sebuah pernyataan.

FDIC mengambil alih First Republic dan kemudian segera umumkan penjualan itu. Kegagalan ini akan merugikan FDIC sekitar USD 13 miliar atau sekitar Rp 190,59 triliun (asumsi kurs Rp 14.661 per dolar AS). Uang itu akan dibayarkan oleh bank-bank negara yang membayar untuk mendukung agensi itu.

Harga jual tidak diungkapkan dalam pernyataan dari FDIC, yang melakukan lelang di antara beberapa bank untuk melihat mana yang akan berakhir dengan aset First Republic.

Menurut sumber kepada CNN, tawaran itu diajukan pada Minggu sore, 30 April 2023.

Kesehatan Sektor Bank Regional

Langkah tersebut merupakan upaya terbaru oleh regulator federal untuk menopang kepercayaan konsumen pada sistem perbankan Amerika Serikat (AS) yang telah mengalami tiga kegagalan bank besar dalam tujuh minggu terakhir.

Silicon Valley Bank dan Signature Bank, keduanya diambil alih oleh FDIC bulan lalu setelah bank tersebut dijalankan oleh pelanggan mereka.

Runtuhnya bank-bank itu memicu spekulasi selama berminggu-minggu tentang kesehatan bank regional Amerika Serikat, terutama bank-bank dengan basis simpanan yang sebagian besar tidak diasuransikan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya