Liputan6.com, Tegucigalpa - Anggota geng di penjara perempuan di Honduras dilaporkan membantai 46 narapidana wanita yang merupakan anggota geng saingannya dengan menembaki, membacok, dan kemudian mengunci mereka yang selamat di sel sebelum akhirnya menyirami mereka dengan cairan yang mudah terbakar.
Pembantaian dalam kerusuhan penjara di Tamara terjadi pada Selasa (20/6/2023).
Advertisement
Presiden Xiomara Castro mengungkapkan bahwa kerusuhan yang diwarnai pembantaian direncanakan oleh Geng Maras dengan sepengetahuan dan persetujuan otoritas keamanan. Demikian seperti dilansir The Guardian, Kamis (22/6).
Pernyataan Castro menjawab pertanyaan publik soal bagaimana anggota geng Barrio 18 dapat menyelundupkan senjata api dan parang ke dalam penjara dan bergerak bebas antar sel. Setidaknya 18 pistol, satu senapan serbu, dua senapan mesin, dan dua granat ditemukan pasca kerusuhan.
Kepala Operasi Polisi Nasional Honduras Juan Lopez Rochez mengatakan, "Jelas, pasti ada kesalahan manusia. Kami sedang menyelidiki semua petugas di pusat."
Asisten komisaris untuk sistem penjara Honduras Sandra Rodríguez Vargas mengatakan bahwa para penyerang "menyingkirkan" penjaga penjara tersebut pada Selasa sekitar pukul 08.00 waktu setempat.
"Dua puluh enam korban tewas dibakar dan sisanya ditembak atau ditikam," kata juru bicara badan investigasi kepolisian nasional Honduras Yuri Mora.
Setidaknya tujuh narapidana dirawat di rumah sakit Tegucigalpa.
Anggota keluarga korban mengatakan ada tanda-tanda peringatan yang jelas menjelang pertumpahan darah pada Selasa, menyusul meningkatnya ketegangan antara Barrio 18 dan saingannya Mara Salvatrucha (MS-13).
Kedua geng, yang berakar di Los Angeles, Amerika Serikat, tersebut telah lama berupaya mengendalikan perdagangan narkoba dan pemerasan di seluruh Amerika Tengah.
Haruskah Honduras Meniru El Salvador?
Pejabat menggambarkan pembunuhan itu sebagai "aksi teroris". Namun, di lain sisi, mereka mengakui bahwa geng pada dasarnya telah menguasai beberapa bagian penjara.
"Persoalannya adalah mencegah orang menyelundupkan narkoba, granat, dan senjata api," kata pakar hak asasi manusia Honduras Joaquin Mejia. "Peristiwa hari ini menunjukkan bahwa mereka belum mampu melakukan itu."
Castro telah berjanji untuk mengambil tindakan keras dan kerusuhan itu mungkin meningkatkan tekanan padanya untuk meniru kebijakan ekstrem Presiden Nayib Bukele di negara tetangga El Salvador.
Lebih dari 67.000 orang telah ditangkap –lebih dari 2 persen dari populasi– sejak Bukele meluncurkan kampanye anti-gengnya pada Maret 2022. Tindakan keras tersebut sangat populer di kalangan warga Salvador, namun harus dibayar mahal atas isu demokrasi dan hak asasi manusia.
Advertisement