Siswi Asal Banyuwangi Alifia Pratiwi Lolos Jadi Maba Unair 2023 Termuda, Usia Masih 16 Tahun

Siswi asal SMAN 1 Genteng, Banyuwangi, Alifia Pratiwi Pamungkas lolos sebagai Mahasiswa Baru (Maba) di Universitas Airlangga (Unair) hasil Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2023. Dia menjadi salah satu maba termuda Unair di usia 16 tahun 3 bulan.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 23 Jun 2023, 22:08 WIB
Siswi asal SMAN 1 Genteng, Banyuwangi, Alifia Pratiwi Pamungkas lolos jadi mahasiswa baru Unair termuda. (Istimewa)

Liputan6.com, Surabaya - Siswi asal SMAN 1 Genteng, Banyuwangi, Alifia Pratiwi Pamungkas lolos sebagai Mahasiswa Baru (Maba) di Universitas Airlangga (Unair) hasil Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT) 2023. Dia menjadi salah satu maba termuda Unair di usia 16 tahun 3 bulan. 

Alifia mengaku sangat bersyukur dan bangga lantaran berhasil menyandang gelar mahasiswa baru Unair. Ia menjadikan program studi Teknik Laboratorium Medik Unair sebagai pilihannya.

Hal itu tentu bukan tanpa sebab. Prestasi Unair di kancah nasional maupun internasional menjadi alasan bagi itu untuk menapakkan kakinya di Unair. 

“Saya memilih Unair karena pertama, grade Unair khususnya di bidang kesehatan sangat bagus. Dan kebetulan di sini ada prodi yang saya pilih, yaitu Teknologi Laboratorium Medik," ujarnya, Kamis (22/6/2023).

"Selain itu, saya juga melihat prestasi Unair yang terus meningkat hingga menduduki top dua universitas versi perankingan terbaru,” imbuh Alifia Pratiwi.

Ketika duduk di bangku sekolah, Alifia tercatat sebanyak dua kali mengikuti program percepatan (akselerasi), yakni pada jenjang SMP dan SMA.

Berdasarkan penuturannya, Alifia hanya membutuhkan waktu dua tahun saja untuk menamatkan masing-masing jenjang tersebut.

“Saya mengikuti program akselerasi saat SMP dan SMA. Terkadang saya masih speechless bisa melangkah sejauh ini, mengingat banyaknya rintangan selama saya menempuh pendidikan akselerasi ini,” ungkapnya.

Sebagai siswa akselerasi, Alifia memikul beban ganda dalam pembelajaran, terlebih lagi saat memasuki masa-masa UTBK. Ia mengaku harus lebih cermat dalam mengatur waktu dan strategi belajar agar tetap seimbang antara kegiatan sekolah dengan persiapan UTBK.

“Sebagai siswa, tugas sekolah adalah suatu kewajiban yang tidak dapat saya hindari. Karena itu, di sini saya harus pandai mengatur waktu antara tugas sekolah dan waktu untuk belajar UTBK,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Alifia menuturkan bahwa mengikuti program akselerasi bukanlah hal yang mudah. Lantaran, ia harus menghadapi berbagai tantangan, seperti halnya tugas yang terus berdatangan, hingga kebingungan akan langkah yang ia tempuh ke depan. 

Meski begitu, ia percaya bahwa segala kesulitan yang ia hadapi pasti akan berakhir. Berbaik sangka kepada takdir Tuhan, itulah kiranya prinsip yang terus ia pegang.


Yakin Bisa Berprestasi

Kampus Unair Surabaya. (Dian Kurniawan/Liputan6.com)

“Sejujurnya, saya sempat merasa kebingungan juga mengapa saya memilih program akselerasi. Saya juga sempat mengalami kesulitan. Akan tetapi, saya selalu berusaha berprasangka baik pada takdir Tuhan. Saya percaya bahwa setiap kesulitan itu akan berakhir. Ketika saya sadar akan hal itu, saya merasa lebih nyaman dan enjoy menjalani pendidikan akselerasi ini selama di bangku sekolah,” imbuhnya.

Menjadi mahasiswa di salah satu universitas terbaik di Indonesia merupakan kesempatan emas. Oleh karena itu, Alifia berharap ia dapat dengan mudah beradaptasi, memaksimalkan diri, serta mengembangkan potensi dan minat yang ia miliki di Unair nantinya.

“Harapan saya, tentunya semoga saya bisa survive selama di perkuliahan. Dan semoga saya dapat mudah beradaptasi dengan lingkungan sosial maupun sistem belajar di Uair,” pungkasnya.

Infografis Rektor Asing di Kampus Negeri, Biar Apa? (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya