Liputan6.com, Jakarta Indonesia sudah memasuki masa endemi COVID-19, masyarakat perlu diingatkan bahwa kedaruratan kesehatan kapanpun bisa saja terjadi. Sebab, ini tergantung perubahan kondisi kesehatan sampai lingkungan, baik nasional maupun global.
Mengantisipasi kondisi tersebut, Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menekankan perlunya gotong royong dalam penanganan kedaruratan kesehatan dalam satu komando di masa depan.
Advertisement
"Kami ingin menyampaikan bahwa keadaan kedaruratan kapanpun bisa saja terjadi, mengingat potensi perubahan kondisi kesehatan, kondisi sosial, kondisi alam, dan kondisi lingkungan di tingkat nasional dan global," terang Wiku saat konferensi pers 'Pencabutan Status dari Pandemi COVID-19 Menjadi Endemi' di Graha BNPB, Jakarta, Kamis (22/6/2023).
"Maka dari itu, solidaritas dan gotong-royong dalam penanganan kedaruratan ini di tingkat pusat dan daerah dalam satu komando menjadi aset bangsa untuk penanganan kedaruratan di masa yang akan datang."
Pemerintah Tetap Siaga
Pemerintah juga tetap siaga menghadapi potensi kedaruratan di masa yang akan datang. Masyarakat pun diminta menjaga kesehatan.
"Kepada seluruh masyarakat diminta untuk tetap dalam menjaga kesehatan saat melakukan kegiatan sosial dan ekonomi secara aktif. Pemerintah tetap siaga dalam menghadapi potensi kedaruratan di masa yang akan datang dengan selalu meningkatkan kemampuan mendeteksi, mencegah, dan menanggulangi bencana," lanjut Wiku.
Apresiasi Seluruh Elemen dalam Penanganan COVID-19
Wiku Adisasmito turut memberikan apresiasi kepada seluruh elemen masyarakat yang telah bergotong royong dalam penanganan COVID-19 selama tiga tahun terakhir.
"Sebagai juru bicara dan koordinator tim pakar penanganan COVID-19 serta mewakili seluruh jajaran Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh kementerian dan lembaga, TNI dan Polri, pemerintah daerah, provinsi sampai dengan tingkat RT atau RW," ucapnya.
"Kemudian para tenaga medis dan relawan para pakar dan akademisi, swasta, tokoh masyarakat, dan agama, media massa serta masyarakat Indonesia yang terus membantu saling bergotong-royong dalam penanganan COVID-19 di Indonesia selama tiga tahun terakhir."
Advertisement
COVID-19 Masih Ada tapi Kasus Terkendali
Ketua Satuan Tugas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Erlina Burhan mengungkapkan, bahwa endemi terjadi saat suatu penyakit masih terjangkit pada suatu lokasi dengan kondisi yang terkendali.
"Di Indonesia penyakit endemi itu apa? Contohnya demam berdarah, dia masuk kategori endemi, masih terkendali. Kemudian juga malaria," kata Erlina saat media briefing, Kamis (22/6/2023).
Saat ini, COVID-19 memang masih ada tapi kasusnya sudah terkendali. Begitu juga dengan angka pasien yang masuk rumah sakit juga sedikit.
Beralih ke Epidemi Jika Kasus Naik
Jika suatu hari terjadi kenaikan kasus di suatu wilayah, Erlina menambahkan, maka akan disebut epidemi.
Tetapi, jika kenaikan kasusnya terjadi lagi di banyak negara, tidak hanya di Indonesia, baru kondisi COVID-19 tersebut bisa dianggap sebagai pandemi.
"Kalau kemudian peningkatannya terjadi tiba-tiba, sangat melonjak (kasusnya) di suatu wilayah, itu naik ke epidemi. Nah, kalau penularan ini terus terjadi bahkan terjadi di banyak negara dan mungkin di lima benua, inilah yang disebut dengan pandemi," ujar Erlina.
"Jadi, endemi itu bukan berarti penyakitnya tidak ada atau lenyap. Penyakitnya tetap ada, tapi penularannya terkendali."
Tetap Jaga Kondisi Kesehatan
Mengacu pada kondisi endemi, Erlina Burhan menyarankan agar masyarakat tetap menjaga kondisi kesehatan. Salah satunya dengan tetap menggunakan masker pada kondisi tertentu.
"Kami mengimbau masyarakat walaupun di keramaian sudah boleh tidak memakai masker, tetapi kalau Anda sakit, pakai masker. Kalau Anda berisiko tertular, pakai masker. Supaya sirkulasi penularannya bisa kita kendalikan," sambungnya.
Lindungi Diri dari Risiko Tertular COVID-19
Selain itu, menurut Erlina, menggunakan masker tidak hanya akan melindungi orang lain. Tetapi juga bisa melindungi diri sendiri dari risiko tertular COVID-19.
"Kalau Anda sakit, pakai masker di keramaian karena itu melindungi orang lain dan kalau Anda berisiko untuk sakit, pakai masker untuk melindungi diri Anda sendiri," tutupnya.
Advertisement