Liputan6.com, Yogyakarta - Bagi umat Muslim, Hari Raya Iduladha merupakan salah satu hari besar keagamaan yang dinantikan. Identik dengan menyembelih hewan kurban, ternyata hari besar keagamaan ini juga dihiasi dengan beragam tradisi.
Beberapa masyarakat memang memiliki tradisi tersendiri untuk menyambut kedatangan Iduladha. Mengutip dari www.indonesia.travel, berikut beberapa tradisi Iduladha di Indonesia yang sarat keunikan.
1. Tradisi Apitan, Semarang
Masyarakat Semarang dan sekitarnya menyambut kehadiran Iduladha dengan tradisi apitan. Tradisi Iduladha ini merupakan bentuk rasa syukur atas rezeki berupa hasil bumi yang diberikan oleh Tuhan.
Baca Juga
Advertisement
Umumnya, tradisi ini diisi dengan pembacaan doa dan dilanjutkan dengan arak-arakan hasil tani maupun ternak. Nantinya, arak-arakan ini akan diperebutkan oleh masyarakat setempat.
Masyarakat percaya tradisi ini menjadi kebiasaan para Wali Songo di zaman dahulu sebagai bentuk ungkapan rasa syukur di perayaan Iduladha. Tak jarang, tradisi ini juga diisi dengan hiburan khas kearifan lokal.
2. Tradisi Gamelan Sekaten, Cirebon
Masyarakat Cirebon menyambut Iduladha dengan tradisi gamelan sekaten. Tradisi ini dipercaya sebagai dakwah dari Sunan Gunung Jati, yakni penyebar agama Islam di tanah Cirebon.
Alunan gamelan akan terdengar di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon. Suara tersebut menjadi penanda bahwa umat muslim di Cirebon akan merayakan hari besar keagamaan. Rangkaian Gamelan ini dibunyikan sesaat setelah sultan Keraton Kasepuhan keluar dari Masjid Agung Sang Cipta Rasa.
3. Tradisi Grebeg Gunungan, Yogyakarta
Tradisi grebeg gunungan merupakan tradisi Keraton Yogyakarta yang digelar untuk menyambut hari besar keagamaan, termasuk Iduladha. Pada tradisi ini, akan ada arak-arakan hasil bumi dari halaman Keraton sampai Masjid Gede Kauman.
Arak-arakan hasil bumi ini berjumlah tiga gunungan yang tersusun dari rangkaian sayur dan buah. Masyarakat setempat percaya, jika berhasil mengambil hasil bumi yang disusun dalam gunungan, maka bisa mendatangkan rezeki.
Tradisi Manten Sapi, Pasuruan
4. Tradisi Manten Sapi, Pasuruan
Tradisi manten sapi merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Pasuruan. Tradisi ini menjadi bentuk rasa syukur sekaligus sebagai penghormatan kepada hewan kurban yang akan disembelih.
Menariknya, sapi yang hendak dikurbankan akan didandani secantik mungkin, layaknya pengantin. Tak lupa, hewan tersebut juga diberi kalung berupa bunga tujuh rupa, lalu dibalut dengan kain kafan, serban, dan sajadah.
Menurut masyarakat setempat, kain kafan menandakan kesucian orang yang berkurban. Setelah didandani, sapi-sapi tersebut kemudian diarak menuju masjid setempat untuk diserahkan kepada panitia kurban.
5. Tradisi Meugang, Aceh
Tradisi meugang adalah tradisi yang sangat familiar bagi masyarakat Aceh, terutama di hari-hari besar keagamaan. Tradisi yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu ini identik dengan menyantap daging sapi atau kerbau secara bersama-sama.
Sajian yang disantap bersama itu telah diolah menjadi beraneka ragam masakan. Tradisi ini berawal di masa kerajaan Aceh yang memotong hewan kurban untuk dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
Tradisi ini sekaligus menjadi ungkapan rasa syukur dari masyarakat atas kemakmuran di Aceh. Hingga kini, tradisi ini masih tetap dilestarikan oleh masyarakat setempat saat menyambut hari-hari besar keagamaan.
Penulis: Resla Aknaita Chak
Advertisement