Liputan6.com, Jakarta Prevalensi stunting di Cianjur mengalami kenaikan setelah terjadinya pandemi COVID-19. Dari 27,9 persen di 2019, naik menjadi 33,7 persen.
Guna menurunkan angka ini, Technical Assistant Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Cianjur Endah Sabandiah menyebutkan berbagai upaya dan gerakan yang dilakukan.
Advertisement
Upaya atau gerakan-gerakan itu adalah:
Gebrak Roasting
Gerakan Bersama Aksi Orangtua Asuh Anak Stunting (Gebrak Roasting) adalah gerakan yang digagas untuk melibatkan seluruh pihak.
Baik dari aparatur pemerintah, tokoh masyarakat, maupun para pengusaha yang mau bekerja sama secara sukarela menjadi donatur dalam memberikan bantuan penanganan dan pencegahan stunting di Kabupaten Cianjur.
Kecimpring
Gerakan kedua adalah Kegiatan Cerdaskan Ibu untuk Menurunkan Persentase Stunting (Kecimpring).
“Ini merupakan kegiatan yang bertujuan mencerdaskan ibu balita dengan cara meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu dalam mewujudkan tumbuh kembang baduta yang optimal. Sehingga, persentase balita stunting menurun,” kata Endah dalam Media Gathering BKKBN di Bogor, Jumat (23/6/2023).
Program Kecimpring merupakan salah satu kegiatan intervensi pencegahan stunting. Di dalamnya terdapat upaya kolaborasi lintas program di Puskesmas Ciherang, seperti:
- Kesehatan ibu anak (KIA)
- Gizi
- Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P)
- Promosi kesehatan (Promkes).
Serta, Kolaborasi lintas lintas sektor seperti:
- Kepala desa
- Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
- Kader posyandu
- Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Kecamatan
- Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (BKBP3A).
Kecimpring Dibagi dalam 2 Kelas
Kecimpring dibagi menjadi 2 kelas kelas usia yakni kelas 0-11 bulan di Desa Sukajadi dan kelas 12-23 bulan di Desa Ciherang. Masing-masing terdiri dari 10 orang balita beserta ibunya.
Jadwal kelas selama empat hari, dengan metoda pendidikan orang dewasa (POD) melalui ceramah, brainstorming, praktik, dan tanya jawab.
Pada kelas usia 0 - 11 bulan pembelajaran yang diberikan yakni soal pemberian air susu ibu (ASI) di hari pertama. Hari kedua soal imunisasi dan penyakit. Hari ketiga soal makanan pendamping (MP) ASI. Dan hari keempat soal tumbuh kembang.
Sedangkan, kelas usia 12 - 23 bulan pembelajaran yang diberikan adalah soal cara merawat gigi di hari pertama. Hari kedua soal MP ASI, hari ketiga soal tumbuh Kembang dan permainan. Hari keempat soal penyakit anak.
Advertisement
Bina Balita Sehat (Batasa)
Gerakan ketiga adalah Bina Balita Sehat (Batasa), kegiatan ini diawali dengan penjaringan balita stunting dan kurus oleh tim siaga gizi.
Setelah balita kurus yang mengalami stunting disaring, maka akan dibentuk kelompok Bina Ibu Balita Kurus dengan Stunting dalam Batasa.
Kegiatan ini dilaksanakan setiap 3 bulan sekali, kegiatan yang dilakukan adalah:
- Pemantauan pertumbuhan
- Praktik masak
- Makan bersama sesuai dengan Pedoman Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Setiap pertemuan, ibu balita mendapatkan Informasi kesehatan sanitasi, perilaku hidup bersih sehat (PHBS), deteksi tumbuh kembang balita, imunisasi, dan periksa gigi.
Batasa juga melaksanakan pembinaan kesehatan gizi di kelas ibu hamil. Ada pula Kebun Balita Sehat, yang dikelola oleh Ibu PKK, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), dan kader. Serta unit pelaksana teknis daerah (UPTD) pertanian yang berperan dalam penyediaan bibit untuk tanaman Kebun Balita Sehat.
Hasil kebun digunakan untuk membantu pemenuhan gizi balita dalam kelompok Batasa. Sehingga diharapkan mampu meningkatkan status gizi balita.
Cau Panjang
Upaya berikutnya adalah Cadangan Anggaran Untuk Persalinan Berjenjang (Cau Panjang).
Program Cau Panjang merupakan pelayanan ibu dan anak sebagai upaya menekan angka kematian ibu dan bayi (AKI dan AKB). Melalui program tersebut, masyarakat dapat ikut berperan dan memposisikan diri dalam kegiatan kesehatan yang berkaitan dengan ibu serta anak.
Menurut Endah, Cau Panjang sejauh ini sudah mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak. Sehingga, besar harapan agar kematian ibu dan anak tidak terjadi.
Pada dasarnya Cau Panjang juga menekankan adanya konsep dari masyarakat untuk masyarakat. Hal itu, menjadi cara agar masyarakat tidak melulu bergantung pada tenaga medis, tapi mereka bisa mengurus diri sendiri sebelum mendapat bantuan lanjutan.
Program ini perlu dukungan dan partisipasi banyak pihak, terutama masyarakat. Karena komitmen yang kuat perlu dibangun secara lintas sektoral.
Salah satu fokus pelayanan medis mengenai ibu dan anak dilakukan tenaga medis Naringgul, karena kebutuhan penanggulangan AKI maupun AKB memang bersifat berkelanjutan. Selalu ada risiko dalam kehamilan, persalinan, dan tumbuh kembang ibu serta anak.
“Maka dari itu, masyarakat dinilai harus paham betul hal-hal terkait keselamatan ibu dan anak,” pungkas Endah.
Advertisement