Liputan6.com, Athena - Yunani dituduh mengabaikan tawaran untuk mengirim pesawat guna memantau kapal imigran celaka yang kemudian tenggelam dengan korban jiwa yang sangat besar, kata pejabat perbatasan Uni Eropa.
Setidaknya 82 orang diketahui tewas dalam insiden pekan lalu, tetapi PBB mengatakan 500 lainnya mungkin telah tenggelam.
Advertisement
Yunani telah menghadapi kritik karena tidak berbuat lebih banyak untuk menanggapi kecelakaan tersebut, demikian seperti dikutip dari BBC (24/6/2023).
BBC juga melaporkan bahwa kapal imigran itu hampir tidak bergerak dalam beberapa jam sebelum terbalik, bertentangan dengan klaim Yunani bahwa kapal itu berada dalam jalur pelayaran yang aman dan stabil.
Kapal nelayan yang penuh sesak itu berangkat dari Libya. Ia pertama kali terdeteksi pada pagi hari tanggal 13 Juni di perairan internasional dan bergerak menuju Yunani.
Perahu itu terlihat oleh sebuah pesawat yang dioperasikan oleh Frontex, badan perbatasan Uni Eropa, yang kemudian perlu mengisi bahan bakar.
Frontex mengklaim pihaknya menawarkan untuk mengirim pesawat kembali ke kapal penangkap ikan untuk memantau situasi tetapi penjaga pantai Yunani tidak menjawab tawaran itu.
Pihak berwenang Yunani telah menolak tuduhan bahwa mereka tidak bertindak cukup cepat terhadap tragedi yang sedang berlangsung. Athena bersikeras bahwa orang yang berada di atas kapal imigran mengatakan kepada penjaga pantai Yunani bahwa mereka ingin dibiarkan sendirian agar dapat melakukan perjalanan ke Italia.
Namun, laporan BBC menunjukkan bahwa kapal itu hampir tidak bergerak setidaknya selama tujuh jam sebelum terbalik --bertentangan dengan laporan resmi Yunani.
Penjaga pantai Yunani belum mengomentari klaim terbaru bahwa mereka tidak menanggapi tawaran bantuan udara lebih lanjut dari Frontex.
Tenggelam
Para pejabat mengatakan kapal itu tenggelam sekitar 80 km (50 mil) barat daya kota pesisir Pylos pada 14 Juni pukul 02:04 waktu setempat.
Lebih dari 100 orang diselamatkan, tetapi para penyintas memperkirakan bahwa sebanyak 750 orang mungkin berada di kapal, termasuk sekitar 100 anak-anak di palka.
Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rana Sanaullah, mengatakan bahwa setidaknya 350 warga Pakistan berada di dalamnya, menambahkan bahwa "mungkin tidak pernah ada korban sebesar ini dalam insiden sebelumnya, bahkan dalam insiden teroris".
Warga Mesir dan Suriah juga termasuk di antara mereka yang dikhawatirkan tewas.
Pada Senin 19 Juni, sembilan pria Mesir muncul di pengadilan di kota Kalamata Yunani untuk menghadapi tuduhan pembunuhan karena kelalaian, menyebabkan bahaya, menyebabkan kapal karam dan perdagangan manusia.
Semua mengaku tidak bersalah.
Advertisement