Liputan6.com, Madura - Toron atau pulang kampung merupakan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan oleh masyarakat Madura. Tak hanya saat Idul Fitri, tradisi mudik ini juga dilakulan saat Hari Raya Idul Adha tiba.
Tradisi ini tergolong unik karena biasanya tradisi mudik hanya dilakukan saat perayaan Idulfitri. Mengutip dari berbagai sumber, nama 'toron' dapat diartikan sebagai toronan atau turunan. Dengan demikian, tradisi ini juga bertujuan agar turunan keluarga tetap terawat.
Bagi masyarakat Madura, toron memiliki makna sebagai cara untuk menyambung ikatan kekeluargaan dan tidak melupakan kampung halaman. Masyarakat perantau pun akan berbondong-bondong pulang ke Madura untuk berkumpul bersama keluarga.
Baca Juga
Advertisement
Dalam tradisi ini, masyarakat tak hanya mudik ke kampung halaman. Mereka juga bersilaturahmi serta nyekar atau nyalase ke makam untuk mendoakan keluarga yang sudah tiada.
Telah dilakukan sejak masa lampau secara turun-temurun, tradisi toron pun semakin melekat pada prinsip hidup masyarakat Madura. Hal ini kemudian menjadi sesuatu hal yang tak bisa dilepaskan dari masyarakat Madura.
Tak heran, jika para perantau Madura memaknai toron sebagai cara mereka 'nyambung bheleh' kembali setelah dari perantauan. Sama seperti mudik pada umumnya, mereka juga akan membawa terateran atau oleh-oleh yang ditujukan untuk keluarga, tetangga, maupun ulama setempat.
Bagi masyarakat Madura yang merantau di kota lain, Idul Adha dimaknai sebagai waktu untuk bersedekah secara kultural. Hingga kini, beberapa masyarakat Madura masih melakukan tradisi toron. Hal ini terus dilakukan agar tradisi asli dari nenek moyang tidak terlupakan.
(Resla Aknaita Chak)