Liputan6.com, Washington D.C - Komunitas intelijen Amerika Serikat tidak menemukan bukti bahwa Covid-19 merupakan sebuah senjata biologis. Namun, lembaga-lembaga intel Amerika masih belum bisa memastikan sumber utama dari pandemi global tersebut.
Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengatakan ada dua kemungkinan sumber Covid-19: alam dan laboratorium. Keduanya merupakan skenario yang masuk akal, ujar lembaga itu dalam sebuah laporan.
Advertisement
Namun, terjadi perdebatan untuk menentukan mana di antara dua skenario itu yang merupakan sumber primer dari Covid-19.
Empat lembaga intel AS setuju bahwa virus itu tidak direkayasa secara genetik atau "rekayasa laboratorium". Mereka meyakini, virus itu bersumber dari alam, ditransfer dari hewan ke manusia, kata temuan itu.
Dua lembaga intel AS lain, Departemen Energi dan FBI, percaya bahwa virus itu bocor dari laboratorium, dengan menjelaskan bahwa "kemungkinan itu tidak dapat dikesampingkan."
Sementara itu, Badan Intelijen Pusat (CIA) dan lembaga lain "tetap tidak dapat menentukan asal mula yang tepat dari pandemi Covid-19, karena (kedua) hipotesis (alami dan laboratorium) bergantung pada asumsi atau memiliki pelaporan yang saling bertentangan," kata laporan setebal 10 halaman itu.
Satu hal yang pasti; semua badan intelijen AS setuju bahwa meski Covid-19 mungkin saja bersumber dari laboratorium, namun, itu tidak dikembangkan sebagai senjata biologis, kata laporan itu seperti dikutip dari BBC (24/6/2023).
Laporan ODNI dirilis pada Jumat 23 Juni 2023 setelah Kongres meloloskan RUU pada Maret 2023 yang memberi intelijen AS waktu 90 hari untuk mendeklasifikasi apa yang diketahuinya tentang Institut Virologi Wuhan (WIV).
Aktifitas di Wuhan
Dikatakan bahwa WIV dan tentara Tiongkok telah berkolaborasi dalam menangani virus corona untuk kebutuhan kesehatan masyarakat, meskipun tidak pada infeksi apa pun yang secara masuk akal dapat melahirkan Covid-19.
Tetapi laporan intelijen AS juga mencatat bahwa para ilmuwan di WIV telah merekayasa "chimera", atau kombinasi virus corona, dan menggunakan teknik kloning genetik terbalik yang dapat menyembunyikan perubahan yang disengaja.
Temuan mengatakan bahwa beberapa peneliti mungkin tidak menggunakan tindakan pencegahan keamanan hayati yang memadai sebelum pandemi.
Namun, intelijen AS tidak mengetahui insiden keamanan hayati spesifik di laboratorium Wuhan yang menyebabkan wabah Covid-19, menurut laporan itu.
Beberapa peneliti di sana sakit pada musim gugur 2019, tetapi penyakit mereka bisa disebabkan oleh sejumlah penyakit dan beberapa gejala mereka tidak konsisten dengan Covid-19, menurut laporan AS.
Menanggapi laporan itu, John Ratcliffe - yang menjabat sebagai Direktur Intelijen Nasional AS di bawah mantan Presiden Donald Trump - menuduh pemerintahan Presiden Joe Biden "terus mengaburkan".
"Kebocoran laboratorium adalah satu-satunya teori yang didukung oleh sains, kecerdasan, dan akal sehat," kata Ratcliffe dalam sebuah pernyataan.
Mereka yang mendukung teori kebocoran telah mencatat WIV hanya berjarak 40 menit dari pasar basah Huanan, tempat klaster pertama infeksi Covid muncul pada akhir 2019.
Investigasi gabungan China-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2021 menemukan teori kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin", tetapi badan itu mendapat kecaman karena laporan itu, yang diyakini banyak ahli menciptakan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.
Beberapa ahli mengatakan asal-usul sebenarnya dari Covid - yang telah menewaskan hampir tujuh juta orang di seluruh dunia - mungkin tidak akan pernah diketahui.
Advertisement