PR Besar Pemilahan Sampah, Yuk Mulai dari Rumah dan Lingkungan Sekitar

Pengelolaan sampah masih menjadi problematika yang mengemuka di tengah ancaman berbagai dampak kerusakan lingkungan. Isu ini beriringan dengan PR besar pemilahan sampah yang masih belum sepenuhnya terlaksana di kalangan masyarakat Indonesia.

oleh Putu Elmira diperbarui 25 Jun 2023, 08:30 WIB
Tong pemilahan sampah, terdiri atas sampah organik, anorganik dan limbah B3. (Liputan6.com/Novia Harlina)

Liputan6.com, Jakarta - Pengelolaan sampah masih menjadi problematika yang mengemuka di tengah ancaman berbagai dampak kerusakan lingkungan. Isu ini beriringan dengan PR besar pemilahan sampah yang masih belum sepenuhnya terlaksana di kalangan masyarakat Indonesia.

Solid Waste Management Consultant Waste4Change, Elma Elkarim menyampaikan prinsip utama pengelolaan sampah oleh Waste4Change berfokus pada kegiatan pemilahan sampah secara optimal. Tujuannya untuk mengurangi jumlah sampah yang berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) melalui pengolahan setiap jenis sampah secara mendetail.

"Akan tetapi, aktivitas pemilahan sampah belum menjadi hal yang umum dilakukan masyarakat Indonesia dalam kegiatan menangani sampah. Sampah dibuang dalam satu wadah yang menyatu, diangkut dalam keadaan bercampur, kemudian langsung ditumpuk semuanya begitu saja di TPA," jelas Elma dalam keterangan tertulis pada Liputan6.com, Sabtu, 24 Juni 2023.

Elma menambahkan, sampah masih kerap dipandang sebagai material sisa yang tidak bermanfaat sama sekali sehingga tidak mungkin untuk diolah. Karena itu, Waste4Change senantiasa mengingatkan klien, konsumen, dan masyarakat akan pentingnya memilah sampah dari sumber.

"Memilah material sisa sesuai jenisnya dapat membantu meningkatkan nilai material yang masih bisa didaur ulang, dan memudahkan proses penanganan sampah selanjutnya hingga terproses menjadi produk bernilai baru," ungkap Elma.

Pemilahan sampah dapat dilakukan dari rumah dan lingkungan sekitar. Elma menyebut rumah tangga menjadi salah satu sumber penghasil sampah terbanyak dalam skala nasional.

"Memilah sampah dari rumah dapat menjadi langkah sederhana, namun berdampak besar untuk perangi isu lingkungan," katanya.


Cara Sederhana Memilah Sampah dari Rumah

Ilustrasi pemilahan sampah. (Foto: Unsplash.com/Nareeta Martin).

Elma mengungkapkan sederet cara yang dapat dilakukan untuk memulai aktivitas memilah sampah dari rumah, yakni:

  • Observasi terhadap apa yang bisa dikelola sendiri dirumah dengan yang tidak dan melihat potensi keberadaan aktivitas pendaur ulangan, seperti bank sampah atau pemulung di sekitar tempat tinggal.
  • Menyiapkan tempat sampah terpilah yang disesuaikan dengan kemampuan dan observasi aktivitas pendaur ulangan di sekitar, contoh pemilahan terdiri dari sampah organik dan anorganik.
  • Ajak anggota keluarga untuk mengetahui dan berlatih memilah sampah.
  • Upayakan habiskan makanan untuk mengurangi jumlah sampah organik sisa makanan terbuang dan berakhir di TPA. Jika tidak memungkinkan dan masih memproduksi sampah, lakukan kegiatan mengompos sisa makanan atau buat lubang biopori sehingga sampahnya hancur alami secara aman.
  • Daur ulang sampah anorganik, baik ke bank sampah atau fasilitas daur ulang yang tersedia. Pilah juga sampah anorganik sesuai dengan kategorinya, misalnya kertas, kardus, botol plastik, botol kaca, dan sebagainya.
  • Evaluasi kegiatan memilah sampah untuk dapat terus memperbaiki kebiasaan ini menjadi lebih sempurna.

Elma menyebut kolaborasi dan kerja sama semua pihak dalam suatu lingkungan adalah kunci menyukseskan tujuan yang hendak dicapai, termasuk pemilahan sampah. "Dalam kegiatan memilah sampah, pemangku kebijakan setempat dapat secara masif melaksanakan sosialisasi pengelolaan sampah mandiri di lingkungan dan mengadakan kampanye memilah sampah sebagai upaya pengurangan sampah dan meningkatkan perbaikan tata kelola sampah di lingkungan," terangnya.

Ia menambahkan, "Dengan pengetahuan yang cukup, ajakan yang kuat, dan aturan yang tegas maka diharapkan tercipta kesadaran dan kemauan untuk lebih bijak dalam menangani sampah dan menerapkan 3R dalam kegiatan pengelolaan sampah."


Mengapa Pemilahan Sampah Belum Banyak Dilakukan?

Ilustrasi tumpukan sampah di rumah. (dok. rawpixel.com/Freepik)

Elma menyebut ada berbagai alasan yang menjadikan kegiatan memilah sampah belum banyak dilakukan masyarakat di Indonesia. "Namun, kami melihat ada tiga alasan utama mengapa kegiatan memilah sampah jadi lebih sulit dilakukan," lanjutnya.

  1. Belum adanya aturan tegas yang mengikat masyarakat, sehingga masyarakat tidak merasa bertanggung jawab atas sampah yang mereka hasilkan. Seperti ketika membuang sampah sembarangan, tidak ada sanksi berdampak yang membuat jera untuk berhenti attau ketika masyarakat membuang sampah dalam keadaan tercampur, di mana petugas angkut sampah resmi pun melakukan hal yang sama sehingga upaya pemilahan dari sumber menjadi sia-sia.
  2. Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang membuat persentase layanan penanganan sampah publik masih rendah, jika dibandingkan dengan jumlah sampah yang diproduksi setiap harinya.
  3. Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pemanfaatan masing masing jenis sampah, pentingnya memilah sampah untuk lingkungan, dan upaya mendaur ulang sampah. Pengetahuan tentang ini jarang diajarkan dan diimplementasikan menjadi perilaku setiap hari, baik di sekolah maupun dalam keluarga, sehingga masyarakat tumbuh besar dengan hanya mengetahui bahwa sampah akan hilang dari pandangan setelah dibuang tanpa tahu dampak yang akan timbul. Padahal, berdasarkan PP 81 Tahun 2012 Pasal 11 ayat 2, setiap orang wajib melakukan pengurangan sampah dan penanganan sampah. Oleh karena itu, pengetahuan terkait pengelolaan sampah merupakan hal penting yang harus diajarkan sejak dini, sebagai upaya menumbuhkan kesadaran menjaga lingkungan yang baik dan bertanggung jawab.

Pentingnya Mengurangi Produksi Sampah

Ilustrasi sampah makanan. (Unsplash)

Semangat untuk mengelola sampah yang lebih bertanggung jawab juga terus digaungkan Co-Founder Nol Sampah Surabaya Hanie Ismal. Dimulai dengan memilah sampah, yang disebut Hanie, adalah sesuatu yang sangat mudah karena semua sampah ada sumbernya.

"Jadi yang perlu digarisbawahi, sebenarnya adalah prinsip 3R itu memang harus diterapkan, yaitu reduce, reuse, dan recycle," kata Hanie saat dihubungi Liputan6.com pada Rabu, 21 Juni 2023.

Hani menambahkan, selama ini tak sedikit orang baru memikirkan langkah selanjutnya ketika ada timbulan sampah. Yang harus dilakukan, kata Hani, justru cara untuk tidak terlalu banyak menghasilkan sampah.

"Kita harus reduce atau mengurangi tidak menghasilkan sampah. Kalau sudah terlanjur menghasilkan sampah, yang namanya manusia enggak mungkin tidak menghasilkan sampah karena itu adalah hasil dari aktivitas kita," jelasnya

Ia menambahkan, "Pemilahan harus mengetahui jenis-jenisnya. Ada organik, anorganik, B3. B3 rumah tangga pun ada, kalau organik misalkan bisa lakukan dari sumber rumah tangga, setiap golongan pasti ada."

Untuk sampah organik, dikatakan Hanie, adala sampah yang dapat dikomposkan. Jenis sampah ini dapat dihasilkan dari sisa-sisa sayur sehabis memasak.

"Kedua, anorganik, kita menghasilkan sampah plastik, ke mana mengalokasikannya kita harus punya wadah untuk sampah plastik itu, begitu juga kertas, mau dikemanakan, kita harus memilahnya dengan sesuai jenis sudah menyediakan tong atau wadah untuk kertas," katanya.

Hanie menyebut, "Selanjutnya B3 rumah tangga, seperti lampu, baterai, dan lainnya menyediakan wadah untuk pemilahannya. Sering juga yang dihasilkan seperti pembalut, popok bayi dan lain itu harus punya wadahnya. Dengan setiap rumah tangga sudah memilah otomatis akan diposkan akan kemana sampah itu. Kalau sudah minim sampah otomatis kita akan mengurangi tidak menghasilkan sampah."


Sinergi Berbagai Pihak

Ilustrasi sampah kemasan. (dok. Unsplash.com/@possessedphotography)

Hanie menerangkan masalah persampahan di lingkup rumah tangga selama ini tak dikerjakan bersama. "Misalnya, ibunya saja, tidak bisa. Di keluarga ada anak, ibu, ayah itu semua berperan. Saling mengerti dan mendukung," tambahnya.

"Kedua, wadahnya harus terpisah. Fasilitas di rumah harus ada, wadah tidak perlu bagus, tapi gunakan tempat-tempat seadanya di rumah. Ketiga, konsisten kita lakukan. Kalau tidak dilakukan terus menerus akan sulit, kok sulit karena tidak melakukan secara terus, kalau sudah menjadi kebiasaan akan jadi sesuatu yang sangat mudah," ungkapnya.

Untuk lingkup yang lebih luas, yakni lingkungan sekitar, saat ini dikatakan Hanie telah banyak yang tergerak untuk mengelola sampah lebih bertanggung jawab. "Di Surabaya pengelolaan sampah secara kawasan RT RW, tidak hanya pengurusnya saja yang harus konsisten, tapi semua dalam lingkup besar dari pemerintah dinas dan warganya," katanya.

Hanie menyebut, "Ketika satu lingkungan bagus mengajak pengelolaan sampah, ada orang-orang yang melakukan pembinaan sosialisasi mengajak tetangga mengelola sampah. Memang harus sinergi, tidak bisa satu orang."

Pihak lingkungan juga dapat membuat bank sampah dan mengajak warganya untuk mengumpulkan sampah dan juga dibarengi dengan sosialisasi pengolahan sampah. "Lalu punya plan ke depan, seperti lomba-lomba kebersihan memicu mereka meningkatkan pengelolaan di kampungnya yang harus sinergi," tutupnya.

Infografis Jenis-Jenis Plastik yang Berpotensi Jadi Sampah. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya