27 Juni 1957: Badai Audrey di Perbatasan Texas-Louisiana Tewaskan 500 Lebih Orang, 40.000 Warga Lainnya Kehilangan Rumah

Disebut sebagai satu dari lima badai terburuk AS, jumlahkorban tewas diperkirakan 500 orang dan diyakini jauh lebih tinggi.

oleh Yasmina Shofa Az Zahra diperbarui 27 Jun 2023, 06:00 WIB
Ilustrasi badai. (Photo by Nikolas Noonan on Unsplash)

Liputan6.com, Cameron - Badai dahsyat 66 tahun lalu yang menerjang Texas dan Louisiana menyisakan luka mendalam bagi para penduduk setempat. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan ratusan lainnya bahkan kehilangan nyawa.

Melansir ABC, Sabtu (24/6/2023), Badai Audrey yang digolongkan sebagai Kategori 4 di dekat Cameron, Louisiana, itu mengubah banyak hal, sebagiannya permanen.

Bencana 27 Juni 1957 itu disebut sebagai salah satu dari lima badai paling mematikan dalam sejarah AS, menghantam pantai dekat muara Sungai Sabine di perbatasan Texas-Louisiana.

Setidaknya ada 500 orang tewas, tetapi angka tersebut hanyalah perkiraan dan diyakini jauh lebih tinggi.

Layanan Cuaca Nasional mengatakan bahwa jumlah pasti korban tewas tidak akan pernah diketahui.

Disebutkan bahwa banyak korban yang tewas dalam gelombang badai, sebagian besar juga hilang dan tidak berhasil ditemukan.

Kuburan massal dibuat di seluruh penjuru kota, jasad-jasad tak dikenal dimakamkan di sana.

Masa itu, belum ada satelit cuaca yang dapat memberikan perkiraan badai dengan lebih akurat. Hanya ada radar berbasis darat di dekat pantai yang menangkap garis kasar badai saat mendekati garis pantai.

Gelombang badai disebut meluas hingga hampir 32,1 km ke daratan, membanjiri sekitar 1,6 juta hektar wilayah.

Meski selamat dari badai, para penyintas harus melalui jalan pemulihan yang panjang dan sulit, ada 40.000 orang yang kehilangan tempat tinggal.


Terlambat Dievakuasi

Ilustrasi satelit cuaca. (Dok. BMKG/Liputan6.com)

Penyintas yang berasal dari Cameron, Louisiana, mengaku merasa peringatan bencana datang terlambat, tidak ada waktu untuk mencari tempat berlindung.

Salah satu penyebab tingginya jumlah korban adalah proses evakuasi yang belum selesai dilakukan ketika badai tiba-tiba dengan cepat menyapu daratan.

Sejarawan cuaca juga menyalahkan kurangnya urgensi dalam peringatan yang dikeluarkan.

Mereka juga mengungkapkan kekesalan terhadap politisi lokal yang mengubah tingkat keparahan badai tersebut di buletin informasi cuaca sebelum menyiarkannya, 

Para pekerja darurat mengatakan bahwa ada banyak pelajaran yang dapat diambil dari tragedi Badai Audrey.

Ini mengajarkan betapa pentingnya mengevakuasi daerah-daerah yang berada di jalur badai Teluk.

Kemajuan teknologi prakiraan saat ini memungkinkan kita untuk melakukan evakuasi dari jauh hari.

Suatu kecanggihan, yang sayangnya, belum dimiliki oleh masyarakat Louisiana dan Texas di masa itu.

Lima ratus lebih nyawa yang hilang di hari itu terus dikenang hingga saat ini.


11 Orang Tewas Akibat Badai Musim Dingin di Brasil, 20 Lainnya Dinyatakan Hilang

Ilustrasi bendera Brasil (AFP)

Baru-baru ini, di Brasil, sebuah badai musim dingin menerjang dan tewaskan 11 orang.

Sedikitnya 11 orang tewas akibat badai musim dingin disertai hujan lebat yang menghantam negara bagian Rio Grade do Sul, Brasil selatan pada Jumat 16 Juni 2023. 

Sementara 20 orang lainnya dinyatakan hilang, mendorong upaya pencarian dan penyelamatan dengan helikopter bagi para korban.

Seperti dikutip dari Straits Times, Minggu (18/6/2023), ahli meteorologi dari Layanan Cuaca Nasional AS mengatakan bahwa badai semacam itu memiliki inti udara dingin dan biasanya dikaitkan dengan cold front atau front udara dingin. Ini menyebabkan udara dingin di permukaan mendorong dan mengangkat udara hangat di atasnya.

Gubernur Rio Grande do Sul Eduardo Leite mengatakan di Twitter-nya, "Prioritas utama para pejabat adalah untuk menemukan korban hilang dan menyelamatkan orang yang mungkin masih terdampar akibat banjir".

Baca selengkapnya di sini...


Badai Pasir Terjang Mesir Robohkan Papan Reklame dan Tewaskan 4 Orang, Sejumlah Pelabuhan Ditutup

Papan reklame roboh di lingkungan Ghamra di Kairo tengah pada 1 Juni 2023 saat terjadi badai pasir. (AFP)

Meski korban jiwanya tak sebanyak Badai Audrey tersebut, badai pasir di Mesir berikut ini cukup kuat untuk robohkan sebuah papan reklame.

Badai pasir terjadi di Mesir pada Kamis 1 Juni 2023 dan memicu papan reklame di sebuah jembatan roboh.

Satu orang tewas dan dua lainnya luka-luka pada hari Kamis setelah papan reklame ambruk di atas kendaraan yang melintas di October Bridge (Jembatan Oktober) di Kairo Tengah, saat angin kencang dan badai pasir mendatangkan malapetaka di ibu kota dan di seluruh negeri.

Menurut situs berita Ahram Arabic yang dikutip Jumat (2/6/2023), sebuah papan reklame runtuh di atas mobil dan sepeda motor yang sedang berjalan di October Bridge dekat Stasiun Metro El-Demerdash, yang mengakibatkan luka-luka.

Beberapa kendaraan ambulans dikirim ke lokasi kecelakaan untuk mengangkut mereka yang terluka ke rumah sakit terdekat untuk perawatan.

Baca selengkapnya di sini...

Infografis Macam-Macam Bahasa Cinta. (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya