Waspada Heatstroke Saat Puncak Haji, Kenali Gejala dan Cara Penanganannya

Operasional puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) bertepatan dengan puncak musim panas. Suhu udara saat pelaksanaan puncak haji ini diperkirakan mencapai 44 derajat Celsius. Karena itu, seluruh jemaah diminta mewaspadai ancaman heatstroke.

oleh Nafiysul Qodar diperbarui 25 Jun 2023, 06:40 WIB
Suasana ibadah tawaf jemaah haji dari berbagai negara, termasuk Indonesia di Masjidil Haram, Makkah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Liputan6.com, Jakarta - Operasional puncak ibadah haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) bertepatan dengan puncak musim panas. Suhu udara saat pelaksanaan puncak haji ini diperkirakan mencapai 44 derajat Celsius. Karena itu, seluruh jemaah diminta mewaspadai ancaman heatstroke.

Heatstroke adalah kondisi tubuh yang tidak dapat mengontrol suhu tubuhnya. Kondisi ini terjadi karena paparan panas dengan suhu tinggi secara langsung sehingga menyebabkan kenaikan suhu inti tubuh hingga lebih dari 40 derajat Celsius.

Kondisi ini jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan kerusakan organ vital seperti otak, jantung, hingga ginjal.

Kepala Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah, dr Tri Atmaja sebagai pelaksana pos kesehatan (Poskes) utama di Mina menyampaikan bahwa kondisi heatstroke perlu diwaspadai seluruh jemaah, terutama lanjut usia (Lansia) saat puncak haji.

“Jemaah haji perlu mewaspadai heatstroke terutama saat wukuf di Arafah dan di Mina untuk lontar jamrah selama tiga hari,” ujarnya.

Karena itu, penting bagi jemaah haji dapat mengenali beberapa gejala heatstroke. Antara lain:

1. Suhu tubuh meningkat hingga lebih dari 40 derajat celsius;

2. Kelelahan;

3. Kulit panas dan kering;

4. Denyut nadi dan frekuensi napas meningkat; serta

5. Gangguan neurologis berupa penurunan kemampuan berpikir dan berkonsentrasi, drowsiness (perasaan mengantuk yang kuat), hingga koma.


Lalu Bagaimana Penanganannya?

Dokter Atma menuturkan bahwa yang terpenting pada heatstroke yaitu penanganan segera. Karenanya, saat jemaah haji melaksanakan prosesi lontar jumroh di Mina, tenaga kesehatan telah disiagakan di sejumlah titik jalur menuju jamarat. Tujuannya jika ditemukan jemaah haji dengan gejala heatstroke dapat segera ditangani.

“Hal terpenting dalam penanganan heatstroke adalah penemuan kasus yang cepat dan penanganan sesegara mungkin sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut dari kondisi heatstroke,” ungkap dr. Atma.

Selain itu penanganan heatstroke juga dilakukan di poskes utama Mina. Penanganan yang dilakukan pada jemaah heatstroke adalah dengan menempatkan di ruangan berpendingin, melepaskan pakaian yang tebal, kemudian dilakukan rehidrasi dengan cairan infus.

Namun penurunan suhu tubuh ini tidak bisa berlangsung cepat, oleh karenanya selama proses rehidrasi bisa dibantu dengan kompres es batu atau handuk dingin di sela-sela tubuh. Metode ini akan digunakan untuk membantu menurunkan panas tubuh lebih cepat.

Untuk kasus heatstroke yang membutuhkan perawatan lebih lanjut, akan dirujuk ke rumah sakit Mina Al-Wadi.

Hal senada disampaikan Kasi Kesehatan PPIH Daker Bandara, Imron Cahyono yang juga pelaksana Poskes Arafah. Ia menyampaikan bahwa penanganan heatstroke di Poskes Arafah juga menggunakan metode yang sama.

Penaganan kasus heatstroke tidak hanya dilakukan di poskes utama Arafah namun juga ditangani sementara di pos satelit oleh Emergency Mediacal Team (EMT). Ambulans juga disiagakan untuk mengevakuasi jemaah haji sakit dari poskes satelit ke poskes utama untuk perawatan lebih lanjut.

“Penanganan cepat kasus heatstroke di Arafah dilakukan oleh tim medis kami yang bertugas di pos satelit Arafah dan bisa juga dievakuasi menggunakan ambulans untuk diberikan penanganan lebih lanjut di pos kesehatan utama di Arafah,” kata Imron.

Imron menjelaskan, di Poskes utama Arafah disediakan zona khusus untuk penanganan heatstroke dengan kapasitas sekitar 5 bed. Penanganan heatstroke di Poskes Arafah juga menggunakan metode kompres es dan handuk dingin untuk membantu percepatan penurunan suhu selama proses rehidrasi.

Untuk kasus heatstroke yang membutuhkan perawatan lebih lanjut, akan dirujuk ke Rumah Sakit Arab Saudi Arafah.

“Di Pos Kesehatan Arafah selain zona triase yang meliputi zona emergency, zona observasi, dan zona pemulihan, disediakan juga zona khusus untuk penanganan heatstroke. Heatstroke kami buatkan zona tersendiri dengan kapasitas 3 hingga 5 bed,” tutur Imron.

Imron menegaskan, selain mengenali gejala heatstroke, jemaah haji yang akan melakukan prosesi Armuzna diimbau agar memperhatikan anjuran dari penyelenggara ibadah haji terutama bagi jemaah risiko tinggi (Risti).

“Jemaah haji Risti diharapkan dapat memperhatikan anjuran penyelenggara ibadah haji terutama bagi jemaah haji risiko tinggi untuk melaksanakan ibadah disesuaikan kondisi tubuh atau kesehatannya. Sedapat mungkin jemaah haji bisa menghindari paparan langsung terik matahari,” ujar Imron.


Cegah Dehidrasi dan Heatstroke

Sementara itu, Dokter Atma mengingatkan seluruh jemaah haji untuk menghindari terjadinya dehidrasi saat prosesi Armuzna. Jemaah haji diminta minum air 200 ml tiap jam dengan perlahan tanpa harus menunggu haus. Jemaah haji juga disarankan minum satu saset oralit yang dilarutkan dengan air 200 ml per hari.

“Agar tidak jatuh ke kondisi heatstroke, jemaah haji penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Jangan tunggu haus dan minum air 200 ml tiap jam dengan perlahan. Satu saset oralit yang dilarutkan dengan air 200 ml tiap harinya juga bisa membantu hindari dehidrasi,” ucapnya.

Saat prosesi Armuzna, jemaah haji juga diimbau membawa handuk kecil yang nantinya bisa dibasahi dan dikompreskan ke badan untuk mengurangi panas tubuh untuk menghindari terjadinya heatstroke.

 

Infografis 3 Kriteria Jemaah Indonesia Dapat Badal Haji Gratis. (Liputan6.com/Abdillah)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya