Liputan6.com, Jakarta - Komitmen Santri Dukung Ganjar (SDG) dalam membantu santri yang berdaulat dan makmur terus digencarkan di berbagai sektornya. Salah satunya yakni program pelatihan pembuatan pupuk organik dalam mengoptimalkan produktivitas sektor pertanian.
Pelatihan tersebut dimentori langsung oleh Purnabakti Dosen Fakultas Pertanian IPB Prof Dr Ir Hein Nicolas M Sc dan diikuti oleh puluhan santri di Pondok Pesantren Nurul Hijrah, Lebak, Banten, Minggu (25/6).
Advertisement
Dalam pelatihan tersebut Hein menjelaskan tentang penggunaan pemanfaatan kotoran hewan dan daun kering yang dibantu dengan zat pengurai yang akan menghasilkan kualitas pupuk kandang secara optimal.
"Fungsinya untuk menetralisir PH, mengurai tanah dan zat pengatur tumbuh. Bilamana itu sudah terbentuk menjadi kompos, maka akan menghidupi seluruh tumbuhan apa saja, seper seperti tanaman hias, buah-buahan, sayuran dan lain sebagainya. Hal tersebut akan mempercepat proses pertumbuhan dari tanaman itu sendiri," kata Hein.
Hein berharap pelatihan tersebut bisa memperkuat posisi santri khususnya dalam sektor pertanian. Sebab, dia menilai, dengan jumlahnya yang banyak, santri bisa membangun ekosistemnya di sektor pertanian.
“Supaya menjadi santri yang memiliki kemampuan agama yang kuat dan keilmuan dunia berbasis pertanian," ujar Hein.
Sementara Koordinator Wilayah (Korwil) SDG Banten Yury Alam Fathallah menyampaikan bagaimana pentingnya santri mengetahui penggunaan pupuk organik dalam mengoptimalkan proses pertanian guna mendapatkan hasil panen yang subur dam baik.
"Dari pelatihan ini, para santri mengetahui manfaat bagaimana kotor hewan yang selama ini banyak dibuang bisa dimanfaatkan sebagai pahan pupuk. Banyak pesantren yang beternak, tapi tidak paham bagaimana memanfaatkan kotoran hewan dengan optimal," buka Yury.
Setelah pelatihan ini, Yury menilai akan senantiasa berkomitmen dalam mendukunh keberlangsungan dan keberlanjutam dari apa yang diberikan oleh SDG melalui pendampingan terhadap ponpes hingga ponpes tersebut mencapai apa yang sudah ditargetkan.
"Sebetulnya pelatihan di sektor peternakan dan pertanian sudah rutin dilakukan untuk para santri, setelah ini kami akan terus melalukan pendampingan terhadap mereka tergantung apa yang menjadi target ponpes itu sendiri," lanjut Yury.
Yury berharap program pelatihan ini bisa membantu program pemerintah dalam hal ketahanan pangan, sehingga peran santri tersebut penting untuk dilibatkan untuk memperkuat sektor pertanian dalam memasok kebutuhan pokok kepada masyarakat.
"Harapannya, setelah safari di beberapa Ponpes di Banten, kami dapat membentuk ekosistem pertanian yang mana nantinya santri tersebut bisa dilibatkan dalam setiap proses yang dikerjakan," ujar dia.
Rasa Syukur
Sementara, Pemilik Ponpes Nurul Hijrah Didi Hadidi mengkapkan rasa syukur atas perhatian yang telah diberikan terhadap Ponpesnya.
"Saya merasa diperhatikan, ini sebagai langkah yang baik dalam memerhatikan konsidi santri. Kalau bisa program tersebut diteruskan supaya pondok seperti saya, yang terpencil bisa tersorot keadaanya oleh pemerintah," jawabnya.
Didi mengungkapkan persoalan yang selama ini dihadapi oleh ponpesnya, salah satunya adalah persoalan ekonomi dari keluarganya.
Sehingga kegiatan tersebut bisa menstimulus mereka bahwa ada harapan dan potensi untuk mencapai sebuah kesejahteraan melalui peluang usaha di sektor pertanian.
"Ini bisa menjadi harapan dan peluang untuk kami bagaimana ini bisa membantu daya saing santri ketika mereka sudah keluar dari pondok, mereka punya keterampilan dan bahkan mengimplementasikan keterampilan dalam sektor pertanian dan peternakan secara mandiri," lanjut Didi.
Disinggung soal Ganjar, Didi merasa Ganjar merupakan sosok yang tepat dalam memimpin bangsa Indonesia ke depan. Sebab, dirinya menilai Ganjar merupakan tokoh nasionalis dan religius yang sangat memperhatikan kondisi pondok pesantren.
"Pak Ganjar itu baik, kami butuh sosok seperti beliau, artinya yang memang memperhatikan keberlangsungan pondok pesantren karena hal tersebut sebagai salah satu jalan dalam berjihad membela bangsa dan agama," pungkas Didi.
Advertisement