Data Genomik BGSi Disebut Terancam Bocor Dijual ke Asing, Menkes Budi Buka Suara

Data genomik Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) yang diinisiasi Menkes Budi Gunadi Sadikin disebut-sebut terancam bocor dijual ke asing.

oleh Fitri Haryanti Harsono diperbarui 27 Jun 2023, 12:00 WIB
Data genomik Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) yang diinisiasi Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin disebut-sebut terancam bocor dijual ke asing. (Dok Kementerian Kesehatan RI)

Liputan6.com, Jakarta - Ramai perdebatan data genomik Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) yang diinisiasi Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin disebut-sebut terancam bocor dijual ke asing. Narasi ini mencuat di kalangan dokter berkaitan dengan lemahnya perlindungan data DNA dalam RUU Kesehatan.

Merespons hal itu, Menkes Budi Gunadi menegaskan, masyarakat tidak perlu cemas dengan data genomik BGSi. Pemerintah menjamin perlindungan data genomik di Indonesia, terutama untuk penelitian dan riset.

"Nah, ini saatnya kita untuk mengatakan bahwa mengenai datanya harus terproteksi dan segala macam, sudah pasti Pemerintah akan lakukan itu," tegasnya usai Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Gedung DPR RI, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, ditulis Selasa (27/6/2023).

"Karena kita tahu kekayaannya negara kita justru ada di sana (data genomik)."

Pengaturan Data Genomik agar Lebih Sistematis

Pengaturan sekaligus perlindungan data genomik BGSi, menurut Budi Gunadi justru akan semakin sistematis dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan. Upaya ini demi penguatan terhadap keberadaan data genomik.

"Malah sekarang karena tidak diatur, banyak perusahaan-perusahaan luar negeri yang bilang, kita ada layanan pemeriksaan genomik, nanti bisa tahu turunan apa, warga apa," pungkasnya.

"Itu semua data kita sudah keluar. Karena tidak diatur (sebelumnya), justru sekarang dengan adanya aturan ini (RUU Kesehatan), terjadi penguatan secara sistematis dari data biogenomik Indonesia yang sudah ada."


Negara-negara Maju sudah Punya Data Genomik

Seperti diketahui, teknologi Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) menggunakan metode Whole Genome Sequencing (WGS) yang dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan pengobatan pada enam kategori penyakit utama lainnya.

Penyakit yang dimaksud, yaitu kanker, penyakit menular, penyakit otak dan neurodegeneratif, penyakit metabolik, gangguan genetik, dan penuaan.

Individu Sakit, Bisa Beda Obatnya

Menkes Budi Gunadi Sadikin menambahkan, negara-negara maju sudah banyak yang melakukan pengumpulan data genomik seperti halnya BGSi.

"Malaysia sudah lakukan program ini sejak 2004. Singapura lebih dini lagi. Banyak negara-negara maju sudah secara agresif melaksanakan program seperti ini karena mereka tahu dulu kesehatan masyarakat itu kan dipikirkan pakai stetoskop gitu ya," tambahnya.

"Habis itu kita ambil kesimpulan sakitnya ini. Sekarang berbeda, sudah sangat pasti, precise (tepat), dan personalized (disesuaikan). Karena individu masing-masing kalau sakit, bisa beda obatnya."


Pengembangan Teknologi Berbasis Genom

Ilustrasi perkembangan berbasis genome dikembangkan menjadi suatu teknologi yang menjanjikan, baik untuk diagnosis atau pengobatan maupun adanya potensi penyakit atau masalah lain di masa depan. (pexels.com/CDC)

Pada Oktober 2022, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI Lucia Rizka Andalucia mengatakan, agenda transformasi kesehatan saat ini memang terus ditingkatkan di Indonesia, khususnya bidang teknologi kesehatan melalui bioteknologi genom sekuensing (pengurutan gen).

"Pada manusia, gen itu yang paling nyata. Seseorang nanti bisa melihat, misalnya, apakah janin yang berkembang saat hamil membawa gen bagus atau tidak. Adakah gen membawa potensi kecacatan atau penyakit atau justru gen positif," kata Rizka dalam wawancara bertajuk, Revolusi Genomik di Indonesia.

"Di sini, perkembangan berbasis genome dikembangkan menjadi suatu teknologi yang menjanjikan, baik untuk diagnosis atau pengobatan maupun adanya potensi penyakit atau masalah lain di masa depan."

Eranya Precision Medicine

Menurut Rizka, setiap individu mempunyai genetik yang berbeda. Ia mencontohkan, ada dua orang yang mendapat pengobatan kanker diberi obat X dan pengobatan yang sama. Padahal, secara genetik ia berbeda.

Ke depan, pengobatannya mungkin akan berbeda pada dua orang tersebut.

"Sekarang itu era precision medicine. Jadi, belum tentu seseorang menerima pengobatan atau dosis yang sama," terang Rizka.

"Sebab, kadang ada menerima efek samping lebih buruk atau tidak diharapkan. Dengan genome sequence itu, setiap orang bisa mendapat pengobatan yang tepat."


BGSi Dilaksanakan di 7 Rumah Sakit

Sejak Desember 2022, Indonesia telah memiliki 19 mesin dan 12 laboratorium untuk genom sekuensing. Kemudian pada Agustus 2022, bertambah menjadi 41 mesin dan 31 laboratorium.

Pada Desember 2022 diharapkan bisa 57 mesin dan 43 laboratorium di kawasan regional seperti Sumatera 4, Jawa 28, Kalimantan 3, Sulawesi 3, Bali dan Nusa Tenggara 2, Maluku dan Papua 3.

Dalam implementasinya, BGSi dilaksanakan di 7 Rumah Sakit Vertikal milik Kemenkes RI. Untuk diagnosis penyakit seperti penyakit menular, kanker, diabetes dan penyakit langka, yaitu:

  1. RSUPN Cipto Mangunkusumo,
  2. RSUP Persahabatan
  3. RS Kanker Dharmais
  4. RSPI Sulianto Saroso
  5. RSUP Sardjito

Pengobatan Sesuai Hasil Diagnosis

Sedangkan, untuk penyakit otak dan neurogeneratif di RS Pusat Otak Nasional Mahar Mardjono dan beauty and wellnes di RS Prof I.G.N.G. Ngoerah.

"Untuk beauty and wellnes ini juga dinilai penting, dengan tes genom akan terlihat nutrisi apa yang cocok sehingga tidak gemuk," terang Lucia Rizka Andalucia.

"Tentunya, dengan hal ini akan menekan pengobatan dan membantu BPJS Kesehatan karena tepat dan sesuai hasil diagnosisnya."

Infografis Data Pengguna Facebook Indonesia Bocor

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya