Mendag: Saya Menteri yang Tidak Suka Impor

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan, pemerintah berupaya mengurangi impor pangan

oleh Elza Hayarana Sahira diperbarui 26 Jun 2023, 15:45 WIB
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Mendag Zulhas) usai membuka pasar murah Bazar ramadhan di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (4/4/2023).  

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengatakan, pemerintah berupaya mengurangi impor pangan. Menurut data, impor produk pangan saat ini terus meningkat.

Dia mencontohkan, impor gandum Indonesia pada 2004 hanya 2-3 juta ton per tahun. Sementara impor gandum kini mencapai 13 juta ton per tahun. 

"Saya Menteri Perdagangan urusannya itu impor dan ekspor, tetapi saya termasuk yang nggak suka impor. Pada 2004, saya anggota DPR kita impor gandum aja 2-3 juta ton, sekarang kita impor gandum 13 juta ton," ujar Mendag dalam acara Peluncuran Gerakan Pangan Murah Serentak Nasional di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Senin (26/6/2023).

Selain gandum, impor gula pasir juga meningkat dari 1 juta menjadi 2 juta/tahun lalu menjadi 5 juta/tahun.

"Dulu impor garam nggak sampai 1 juta, sekarang mungkin 3 juta," tuturnya.

Bawang Putih dan Buah

Kemudian impor bawang putih dulu hanya 25.000-30.000 ton pada tahun 2004. Saat ini impor bawang putih mencapai hampir 600.000 ton per tahun.

RI ingin mengimpor 1 juta ton beras dari India Selain bahan pangan, impor buah-buahan juga meningkat, seperti kelengkeng dan jeruk. Jumlah buah impor juga terus meningkat setiap tahunnya hingga kini mencapai 1 juta ton. 

"Buah dulu kita impor 2004 kira kira 50 ribu ton. Sekarang mau hampir 1 juta ton. Ini termasuk kelengkeng, jeruk," tutupnya.


Bakal Stop Impor Buah-buahan, Mendag: Kita Mau Berdaulat

Menteri Perdagangan yang juga Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan saat wawancara khusus dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (1/10/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia saat ini sedang upaya hentikan ketergantungan impor, salah satunya buah-buahan.

"Saya dulu jadi anggota DPR tahun 2004, kita itu impor buah cuma 50 ribu ton, sekarang mau 1 juta ton, mau diterusin?," ungkap Zulhas saat ditemui di Kawasan Industri Keroncong, Tangerang, Banten, pada Jumat (9/6/2023).

Karena itu, Zulhas mengaku sudah bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memulai restrukturisasi impor Indonesia agar Indonesia tidak menjadi negara yang bergantung pada impor. 

"Oleh karena itu, saya sudah lapor Pak Presiden, (untuk impor) ditata. Jangan tergantung impor semua, kalau tergantung impor semua terus gimana kita? Katanya kita mau berdaulat, mau jadi negara maju 2045. Kalau cuman buah lengkeng keriput kering, jeruk kering yang sudah keriput itu, terus apel yang sudah dilapisi lilin saja kita mesti lomba-lomba ngimpor ngapain?," Sambungnya.

 


Kekayaan Indonesia

Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan usai peluncuran buku "Zulhas, Kerja Bantu Rakyat: Setahun Perjalanan Mendag", pada hari ini, Kamis (15/6/2023). Dalam kesempatan tersebut mendag mengungkap alasan harga telur naik. (Siti Ayu Rachma/Merdeka.com)

Ketua Partai Amanat Nasional itu mengatakan, Indonesia kaya akan buah-buahan seperti jambu kristal, buah naga, salak, duku, alpukat, nanas, pisang, dan rambutan yang mudah ditemukan di tanah air. 

"Kita punya duku, kita punya buah naga, kita punya alpukat, kita punya nanas, kita punya pisang, kita punya jambu kristal, kita punya salak, kita punya banyak sekali. Di rumah saya itu, saya metik rambutan, wah rambutannya (jenis rambutan) Aceh, (rambutan) Aceh itu maksudnya gampang dibuka kan," kata  Zulhas.

"Tapi kalau dibanjiri impor ya mati lah kita. Siapa yang mau nanam (buah-buahan di dalam negeri)?," lanjutnya.

Karena itu, kata Zulhas, Presiden Jokowi menugaskan pihaknya untuk menata kembali bisnis di dalam negeri. Lalu,  yang rugi makelar.

"Saya dikasih tugas sama Presiden untuk menata. Yang Rugi ada, makelar-makelar ya rugi lah mereka. Ditata,"pungkas Mantan Menteri Kehutanan itu. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya