KTT Masa Depan Iklim PBB, dari Aksi Blokir Truk Minyak hingga Desakan Buka Topeng Perusahaan Penghasil Karbon

Krisis iklim sudah menjadi masalah hidup dan mati bagi banyak orang. Kendati demikian masih banyak publik yang tak mau bertindak untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Jun 2023, 20:40 WIB
Ilustrasi perubahan iklim (AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Krisis iklim sudah menjadi masalah hidup dan mati bagi banyak orang. Kendati demikian masih banyak publik yang tak mau bertindak untuk mengatasi dampak dari perubahan iklim.

Di sisi lain, "Kami memilih untuk tidak menjadi pengamat, dan malah secara fisik menghentikan infrastruktur bahan bakar fosil. Kami merebut kembali masa depan," kata aktivis iklim Greta Thunberg dalam akun Instagram miliknya yang dikutip Senin (26/5/2023).

Greta bersama sejumlah aktivis iklim lainnya dari Ta Tillbaka Framtiden (Take Back the Future) berkumpul untuk memblokir truk tanker minyak di pelabuhan minyak Malmö, Swedia.

Sementara itu, upaya menyelamatkan Bumi dari krisis iklim melalui COP28 summit atau KTT COP28, Konferensi Perubahan Iklim ke-28 akan digelar dalam hitungan bulan. Acara konferensi untuk menilai kemajuan upaya memerangi perubahan iklim -- di mana mewajibkan negara-negara maju untuk mengurangi emisi gas rumah kaca-- dijadwalkan berlangsung November 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Penunjukkan UEA sebagai tuan rumah COP28 tak luput dari kontroversi karena merupakan salah satu produsen minyak dan gas terbesar di dunia.

Industri terkait bahan bakar fosil itu dianggap sebagai momok yang justru dianggap tidak akan mendorong negara-negara untuk segera mengurangi produksi dan penggunaan bahan bakar yang menghasilkan karbon setelah melewati proses pembakaran. Padahal menurut para ilmuwan, pengurangan produksi dan penggunaan bahan bakar fosil sangat penting untuk menghindari perubahan iklim.

Bahan bakar fosil adalah sumber daya alam yang mengandung hidrokarbon seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam yang terbentuk secara alami di kerak Bumi.

Menyiratkan kontradiksi dari hal tersebut, laporan Emirates News Agency menyebut bahwa pihak berwenang UEA mengatakan tuan rumah konferensi di ibu kota Abu Dhabi sejalan dan memperkuat upaya PBB dari UEA, yang mengikuti pendekatan terkemuka dan visi proaktif yang mengadopsi pemikiran berwawasan ke depan dalam rangka upaya iklimnya. Yang terbaru adalah peluncuran inisiatif strategis "Netralitas Iklim Tahun 2050".

Hal itu bertujuan untuk mencapai netralitas iklim dan mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050. Selain itu juga menekankan bahwa konsensus internasional tentang memilih UEA jadi tuan rumah konferensi atau KTT iklim membuktikan kemampuan negara untuk membawa perubahan positif, guna memastikan masa depan berdasarkan pembangunan berkelanjutan, dan pada saat yang sama mencerminkan kepercayaan dunia pada posisinya sebagai pusat yang efektif dan berpengaruh dalam menemukan proses solusi untuk isu-isu internasional yang penting.

Peran Sultan Al Jaber dari Uni Emirat Arab, yang akan memimpin COP28 juga disorot. Banyak yang mempertanyakan kesesuaian kepala eksekutif perusahaan minyak untuk peran penting ini. Kendati demikian para pendukung mengatakan dia memiliki posisi yang baik untuk membantu negara-negara penghasil minyak utama beralih dari bahan bakar fosil.

Pada kunjungan singkat ke pembicaraan pekan lalu, Sultan Al Jaber mengatakan bahwa "pengurangan bahan bakar fosil tidak bisa dihindari".

Sejatinya perpecahan yang dalam antara kaya dan miskin kembali terlihat, dengan rasa frustrasi yang besar di pihak negara-negara berkembang karena kebutuhan keuangan mereka tidak terpenuhi, karena dampak iklim meningkat di seluruh dunia.

"Kredibilitas proses ini terancam. Mari kita ingat tidak ada tempat lain untuk menyelesaikan masalah ini," kata Sekretaris Eksekutif Iklim PBB Simon Stiell memperingatkan.

 


Desakan Buka Topeng Perusahaan Penghasil Karbon

Ilustrasi emisi karbon (unsplash)

Di sisi lain, terungkap fakta bahwa konferensi untuk menghadapi perubahan iklim itu banyak dihadiri oleh perwakilan dari industri minyak, gas, dan batu bara. Bahan bakar yang notabene penghasil karbon, zat yang tengah digalakkan penurunannya demi mencapai target net-zero emission.

PBB merespons, "perwakilan industri minyak, gas, dan batu bara harus mengungkapkan ikatan industri mereka pada pertemuan iklim mendatang."

Menurut laporan yang dikutip dari BBC, Senin (26/6/2023), selama bertahun-tahun karyawan bahan bakar fosil dapat hadir tanpa harus jelas hubungan apa yang mereka miliki dengan perusahaan sampai bisa menghadiri acara iklim tersebut.

Dengan kata lain, mereka harus menyibak 'topeng' perusahaan penghasil karbon yang mengirim.

Tahun lalu, lebih dari 600 peserta industri dapat mengikuti pertemuan COP27 di Mesir.

Para aktivis mengatakan keputusan PBB adalah langkah pertama untuk membatasi pengaruh pencemar (pihak yang datang dari negara atau perusahaan yang bertolak belakang dengan upaya menghadapi perubahan iklim). 

 


PBB Rilis Aturan Menyibak Afiliasi Perwakilan Industri Bahan Bakar Fosil

ilustrasi PBB (sumber: freepik)

Aturan baru akan berlaku untuk KTT COP28 pada November 2023 di Dubai, Uni Emirat Arab, salah satu produsen minyak utama dunia. Kepala perusahaan minyak UEA Sultan Al Jaber akan memimpin KTT tersebut, penunjukan yang membuat jengkel para pencinta lingkungan.

Setiap tahun, para pemimpin politik dari seluruh dunia menghadiri Conference of the Parties or COP meeting atau COP meeting, di mana keputusan penting dibuat tentang bagaimana dunia menangani perubahan iklim.

Selain politikus dan diplomat, acara tersebut juga dihadiri oleh para pengkampanye lingkungan yang memandang berakhirnya ketergantungan global pada bahan bakar fosil sebagai tujuan utama proses COP.

Secara bertahap bertambah juga perwakilan dari industri bahan bakar fosil. Masalahnya, seringkali karyawan perusahaan batubara, minyak dan gas tidak terbuka tentang afiliasi mereka.

Pada COP26 di Glasgow, terdapat lebih banyak delegasi dari industri bahan bakar fosil daripada dari negara mana pun.

Tahun lalu di COP27 di Mesir, jumlahnya membengkak seperempat, dengan lebih dari 600 perwakilan menurut analisis dari kelompok Global Witness.

Dengan pendaftaran untuk delegasi ke KTT COP28 tahun ini di Dubai akan segera dibuka, PBB sekarang akan mengajukan pertanyaan wajib tentang afiliasi.

"Mulai sekarang dan seterusnya, setiap peserta yang menghadiri acara tersebut akan diminta untuk mendaftarkan afiliasi dan hubungan mereka dengan organisasi tersebut," kata UN climate chief (kepala bagian iklim PBB) Simon Stiell, berbicara pada penutupan pertemuan persiapan COP28 di Bonn.

 


Aturan yang Tertunda

Ilustrasi seruan untuk mengatasi perubahan iklim. (dok. Markus Spiske/Unsplash.com)

Para pegiat mengatakan langkah itu sudah lama tertunda.

"Selama ada pembicaraan iklim PBB, pelobi industri bahan bakar fosil telah membanjiri pembicaraan ini untuk mencari tempat duduk di meja di mana aturan tindakan iklim ditulis," kata Rachel Rose Jackson dari Corporate Accountability.

"Sebenarnya bukan hal kecil bahwa untuk pertama kalinya, semua peserta harus jujur kepada dunia tentang siapa mereka," ucap Rachel Rose Jackson.

Pengamat mengatakan bahwa persyaratan baru mungkin mencegah terulangnya apa yang terjadi tahun lalu ketika bos BP Bernard Looney menghadiri pembicaraan sebagai delegasi Mauritania, negara Afrika yang miskin di mana perusahaan memiliki investasi besar.

BP adalah sebuah perusahaan minyak bumi bermarkas di London, dan salah satu 4 besar perusahaan minyak di seluruh dunia (bersama dengan Shell, ExxonMobil, dan Total).

Demikian pula, sebelumnya ketahuan ada empat karyawan senior Total, perusahaan minyak Prancis, datang ke COP sebagai perwakilan dari kelompok kampanye lingkungan Jerman yang misterius.

Namun, sementara informasi tentang afiliasi delegasi sekarang bersifat wajib, peserta akan diizinkan untuk tidak memilih sifat hubungan mereka dengan organisasi tersebut.

Juga tidak ada persyaratan untuk mengatakan siapa yang membiayai perjalanan ke COP.

Jika delegasi memilih untuk tidak memberikan beberapa informasi, PBB akan menerbitkan jawaban kosong ini dalam daftar mereka, memungkinkan orang untuk menarik kesimpulan sendiri.

"Informasi ini akan membantu mencegah mereka yang mewakili kepentingan bahan bakar fosil menyelinap melalui pintu belakang tanpa menyatakan niat mereka yang sebenarnya," kata Alice Harrison, dari Global Witness, yang menyusun daftar tahunan delegasi bahan bakar fosil yang menghadiri COP.

"Kami pasti akan menyelidiki mereka yang menolak untuk menyatakan."

Langkah tersebut dicetuskan saat para delegasi meninggalkan pertemuan di pertemuan Bonn yang dimaksudkan untuk mempersiapkan landasan bagi COP28.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya