5 Cara AI Bantu HR Perusahaan Tingkatkan Kepuasan Karyawan, Ini Daftarnya

Simak artikel berikut ini untuk mengetahui cara AI membantu karyawan untuk bisa meningkatkan kepuasan karyawan.

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 27 Jun 2023, 10:30 WIB
Ilustrasi Karyawan Credit: pexels.com/fauxels

Liputan6.com, Jakarta - Pengelolaan sumber daya manusia yang baik berpengaruh besar pada kesukesan perusahaan dan kesejahteraan para karyawan. Terlebih, di era kecerdasan buatan atau AI saat ini digadang-gadang akan merevolusi pengelolaan SDM dengan memperlancar berbagai proses human resources (HR).

Hal itu pun diakui Chief Customer Officer Mekari Arvy Egadipoera. Menurutnya, teknologi AI akan mendisrupsi dunia HR secara positif, baik bagi perusahaan dan karyawan.

"Di beberapa tahun ini, dunia kerja telah mengalami perubahan signifikan, mulai dari penggunaan teknologi saat bekerja hingga bentuk kerja hybrid work," tutur Arvy dalam keterangan resmi yang diterima, Selasa (27/6/2023).

Perubahan itu menuntut HR untuk memanfaatkan sistem dan perangkat yang lebih canggih untuk mengatur talenta dalam perusahaan serta memenuhi kebutuhan karyawan. Di sini, AI bisa menjadi alat untuk berinovasi di bagian perencanaan dan pengelolaan SDM secara strategis.

Riset Gartner berjudul Predicts 2023: HCM Technology Transformation juga menunjukkan AI yang tertanam dalam solusi teknologi HR akan mendukung otomatisasi, pengambilan keputusan, dan personalisasi.

Lantas, apa saja keuntungan dengan pemanfaatan AI untuk pengelolaan HR di perusahaan? Berikut ini beberapa lima cara AI bisa membantu perusahaan tingkatkan kepuasan kerja karyawan.

Memahami karyawan dengan lebih baik

AI dapat mengolah data terkait performa dan pola kerja para karyawan untuk memberikan masukan, atau insights, mengenai kesejahteraan kerja para karyawan. AI bahkan bisa menganalisa data mendeteksi tanda-tanda employee burnout, atau keletihan, serta potensi ketidakpuasan kerja lainnya.

"Perusahaan yang cepat menjawab masalah yang dihadapi karyawan akan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif bagi performa optimal para karyawan," tutur Arvy.

Mengotomatisasi pengerjaan laporan strategis

Kemampuan AI bukan saja mengolah data yang banyak, tapi juga meramu data tersebut menjadi laporan yang mudah dibaca. Jadi, bisa meningkatkan efisiensi tim HR dalam hal pelaporan.

"Terbebasnya tim HR dari tugas repetitif yang menyita waktu, seperti membuat laporan, akan memberikan mereka ruang dan waktu untuk fokus ke tugas utama, yaitu merancang dan menjalankan program yang baik bagi kesejahteraan karyawan," ujar Arvy menjelaskan.

 


AI Bisa Bantu Perlancar Proses Rekrutmen hingga Rancang Jalur Karir Karyawan

Ilustrasi karyawan

Memperlancar proses rekrutmen

Algoritma cerdas AI, bila ditanam di dalam software HR, dapat menganalisa dengan instan CV dan data kandidat. Lalu, mencocokannya dengan kebutuhan dan persyaratan sebuah posisi di perusahaan.

Dengan pemanfaatan AI ini, perusahaan dan kandidat pun akan terbantu karena mempercepat terpilihnya kandidat yang serasi dengan tuntutan peran.

Menganalisa sentimen dan kepuasan karyawan

Algoritma AI yang memproses bahasa dapat dikerahkan untuk mengolah survei karyawan dan komunikasi internal untuk mendapatkan umpan balik dari karyawan akan kepuasan mengenai kondisi kerja mereka.

"Emosi yang dirasakan karyawan berpengaruh besar pada motivasi kerja mereka. Karenanya, perusahaan juga harus sensitif atas sentimen karyawan agar perusahaan bisa mengambil langkah untuk memenuhi kebutuhan karyawan akan lingkungan kerja yang sehat," ucapnya melanjutkan.

Merancang jalur karir karyawan

AI mampu mengolah data terkait performa kerja untuk mengidentifikasi potensi masing-masing karyawan. Kemudian, perusahaan bisa merancang pelatihan terpersonalisasi yang akan mengoptimalkan talenta setiap karyawan.

"Perusahaan perlu mendukung pertumbuhan karir para karyawan untuk memastikan perusahaan tersebut memiliki calon-calon pemimpin berbakat yang akan semakin memajukan bisnis," ujarnya.


Universitas Harvard Rilis AI Generatif untuk Mahasiswa di Kelas Ilmu Komputer

Pemandangan umum kampus Universitas Harvard terlihat pada 22 April 2020 di Cambridge, Massachusetts. (MADDIE MEYER / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / GETTY IMAGES VIA AFP)

Di sisi lain, peran kecerdasan buatan di ruang kelas akademik telah menjadi topik hangat, bahkan beberapa institusi melarang penggunaannya. Sementara itu, sebuah perguruan tinggi ternama justru memilih untuk mengembangkan revolusi Artificial Intelligence (AI).

Baru-baru ini, Universitas Harvard mengumumkan niatnya untuk menyediakan AI generatif sebagai sumber daya pengajaran bagi mahasiswa. AI ini akan digunakan pada salah satu mata kuliah terpopulernya, yaitu Computer Science 50 alias CS50.

Menurut Universitas, hal ini bertujuan untuk mensimulasikan rasio 1:1 antara mahasiswa dan guru, sekaligus mendukung gaya belajar unik setiap mahasiswa.

Sebagai informasi, mata kuliah CS50 berisi ilmu komputer tingkat pengantar yang meliputi konsep, pengkodean, keamanan IT, dan kecerdasan buatan. 

Rata-rata, kelas ini memiliki lebih dari 800 peserta, sehingga instruksi dan konsultasi tatap muka antara pengajar dan mahasiswa menjadi sangat sulit dilakukan.

Sebagai upaya meningkatkan dukungan bagi mahasiswa CS50, Universitas meluncurkan model bahasa besar miliknya sendiri. Model AI ini dirancang untuk memberikan umpan balik, dukungan debugging, dan membantu mahasiswa dalam mengatasi troubleshooting error, kode, serta memberikan solusi relevan lainnya.

Meskipun fungsinya mirip dengan ChatGPT, bot CS50 diklaim tidak akan “terlalu membantu”. Misalnya, alih-alih memberikan jawaban lengkap, model ini akan mendorong pembelajaran dan keterlibatan mahasiswa.

Dengan kata lain, alat akan memandu mereka ke solusi yang tepat, daripada sekadar memberikan jawaban tanpa penemuan lebih lanjut.

(Dam/Isk)

 


Infografis 56 Eks Pegawai KPK Akan Direkrut Jadi ASN Polri, Ujung Polemik? (Liputan6.com/Trieyasni)

Infografis 56 Eks Pegawai KPK Akan Direkrut Jadi ASN Polri, Ujung Polemik? (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya