Liputan6.com, Jakarta - Menjelang operasional tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) pada awal Juli mendatang, XL Axiata memastikan ketersediaan jaringan 4G di ruas tol sepanjang 62 km tersebut.
Pembangunan ruas tol ini disiapkan untuk memudahkan mobilitas masyarakat sepanjang Bandung-Sumedang hingga Dawuan dan terhubung dengan Bandara Kertajati. Hingga kini, sebanyak 190 unit BTS akan menopang layanan di sepanjang jalur tol baru ini.
Advertisement
"Tol Cisumdawu ini akan sangat strategis guna memperlancar arus lalu lintas masyarakat dan barang di Jawa Barat serta menjadi penghubung ibu kota Bandung dengan bandara Kertajati. Kami memandang jalur tol Cisumdawu akan menjadi salah satu urat nadi transportasi darat di Jawa Barat," kata Group Head Central Region XL Axiata Arif Farhan Budiyanto.
Untuk itulah menurut Arif, layanan telekomunikasi dan data dari XL Axiata perlu tersedia di ruas jalan tol ini, mengingat secara ekonomi bakal terjadi trafik yang tinggi.
"Penyediaan jaringan berkualitas di sepanjang tol ini juga menjadi dukungan kami bagi pembangunan nasional yang digalakkan pemerintah pusat dan daerah," kata Arif.
Untuk mengantisipasi makin tingginya kebutuhan masyarakat akan layanan data berkualitas di sepanjang jalur ini, XL Axiata juga melakukan penguatan jaringan secara berkelanjutan.
Trafik Komunikasi di Sepanjang Tol Bakal Naik Saat Tol Beroperasi
Apalagi saat jalur tol ini telah beroperasi 100 persen nantinya, kepadatan lalu lintas akan meningkat drastis dan disertai dengan tingginya trafik komunikasi.
"Segmentasi pasar, analisis kebutuhan pelanggan, hingga adaptasi produk secara tepat dan tepat merupakan beberapa strategi yang diterapkan korporasi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan di Jawa Barat," kata Arif.
Menurut data perusahaan, di Jawa Barat, jaringan XL Axiata telah tersedia sepenuhnya di sepanjang jalur tol Jakarta-Cikampek (Japek), tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang), serta tol Purwakarta-Bandung-Cileunyi (Purbaleunyi).
Saat ini untuk mendukung layanan XL Axiata, perusahaan mengoperasikan lebih dari 27.500 BTS yang mayoritas berjaringan 4G.
Dibanding periode yang sama tahun lalu, XL Axiata menambahkan lebih dari 140 persen BTS. Hal ini didukung dengan proyeksi kebutuhan akan jaringan berkualitas di kawasan ini. XL Axiata juga melakukan inisiatif memperkuat jaringan, salah satunya dengan melanjutkan pembangunan fiberisasi.
Advertisement
Ogah Disebut Operator Jawa
Terlepas dari itu, XL Axiata tak mau disebut sebagai operator yang hanya memfokuskan perluasan dan pembangunan jaringan di Pulau Jawa. Untuk itulah, sejak 2018 dan 2019, perusahaan mulai fokus membangun jaringan di luar Jawa, termasuk di antaranya di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.
Diungkapkan oleh Chief Technology Officer XL Axiata I Gede Darmayusa, sejak 2018 perusahaan mengembangkan jaringan di Kalimantan dan wilayah lainnya.
"Kini, 53 persen jaringan di Jawa dan 47 jaringan di luar Jawa, berimbang. Semoga akhir tahun bisa 50:50 kekuatan network-nya," kata Gede, ditemui di Kompleks Ibu Kota Negara (IKN), Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (8/6/2023).
Gede mengatakan, sejauh ini ketika membangun jaringan di luar pulau Jawa, panjang fiber optic di non Jawa 30 persen lebih panjang dibandingkan dengan di pulau Jawa. Menurutnya, hal ini terjadi karena jarak antar site lebih jauh dan wilayah yang lebih luas.
Ia pun mengungkap salah satu tantangan pengembangan jaringan seluler di luar pulau Jawa adalah melihat kepadatan penduduknya.
"Satu tantangan pengembangan jaringan seluler sangat melihat kepadatan penduduk. Semakin padat penduduknya, jaraknya dekat-dekat, semakin mudah dibangun jaringan dan profit bagi site," kata Gede.
Effort Bangun Jaringan di Luar Jawa Lebih Sulit
Gede menjelaskan, dalam membangun jaringan seluler di luar Jawa, pihaknya harus membuat perhitungan terpisah. Hal ini karena, ketika jarak antarpenduduk makin jauh, site yang dibangun pun tidak berdekatan.
"Otomatis, effort membangun jaringan di luar pulau Jawa itu jauh lebih besar dibandingkan dengan membangun jaringan di wilayah pulau Jawa," tutur dia.
Namun menurutnya sejalan dengan perkembangan gaya hidup masyarakat yang mengarah ke digital, daya beli masyarakat di luar pulau Jawa, terutama di Kalimantan dan Sulawesi Selatan itu terus meningkat dari tahun ke tahun.
Advertisement