Liputan6.com, Jakarta Kemunculan virus Oz yang menyumbang satu kasus kematian di Jepang akibat ditularkan kutu membuat heboh dunia. Disebutkan Kementerian Kesehatan Jepang, bahwa kasus ini merupakan kasus pertama yang fatal dan pertama kalinya dilaporkan.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Maxi Rein Rondonuwu ikut mewanti-wanti soal kasus kematian virus Oz di Jepang. Bahwa virus Oz adalah anggota baru dari genus Thogotovirus.
Advertisement
Dari informasi yang dihimpun Kemenkes RI, persebaran Thogotovirus tak hanya di Jepang saja, melainkan di berbagai wilayah lain. Terutama di wilayah Afrika, Eropa Selatan, dan Asia.
"National Institute of Infectious Diseases (NIID) Tokyo menginformasikan antibodi terhadap virus Oz ditemukan pada monyet liar, babi hutan, dan rusa yang berhabitat di Prefektur Chiba, Tokyo, Gifu, Mie, Wakayama, Yamaguchi, dan Oita," terang Maxi melalui pesan singkat yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 26 Juni 2023.
"Selain itu, dua pemburu di Yamaguchi juga dilaporkan positif antibodi. Secara demografis, Thogotovirus juga sudah menyebar di banyak wilayah di dunia."
Gigitan Kutu pada Pangkal Paha
Seperti diketahui, seorang lansia berusia 70 tahun di Jepang meninggal dunia lantaran terinfeksi virus Oz setelah terkena gigitan dari seekor kutu pada bagian pangkal paha kanannya.
Mulanya, pasien diduga mengalami pneumonia dan diresepkan antibiotik. Namun, gejalanya malah memburuk dan pasien akhirnya harus menjalani perawatan di Tsukuba Medical Center.
Pemeriksaan Laboratorium Virologi
Maxi Rein Rondonuwu menerangkan, diagnosis dalam penanganan virus Oz, yakni dengan pemeriksaan Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Pemeriksaan ini untuk mendeteksi kemungkinan adanya gigitan kutu.
"Diagnosis dilakukan sebagai diagnosis banding pada gejala demam yang tidak diketahui penyebabnya dan ada riwayat terjadi setelah digigit kutu," terangnya.
"Penegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium virologi melalui pemeriksaan ELISA."
Gunakan Losion Anti Serangga
Selain itu, ada pula tindakan mitigasi yang dapat dilakukan untuk mencegah gigitan kutu, terutama bila lagi bepergian ke daerah berumput/semak-semak.
"Edukasi ke peternak tentang sanitasi yang baik di peternakan, mengenakan pakaian lengan dan celana panjang saat pergi ke daerah berumput/semak-semak, dan menggunakan losion anti serangga," pesan Maxi.
Advertisement
Peradangan Otot Jantung
Pada pasien lansia yang terkena virus Oz, saat tiba di rumah sakit, ditemukan bekas gigitan kutut yang keras mengisap darah di pangkal paha kanannya.
Tak lama setelah dirawat, tepatnya usai satu bulan, pasien dinyatakan meninggal dunia dengan diagnosis peradangan otot jantung atau miokarditis.
Sulit Analisis Tingkat Keparahannya
Pakar patologi Tadaki Suzuki mengungkapkan, bahwa kasus yang terjadi pada wanita berusia 70 tahun di Jepang ini menjadi bukti bahwa virus Oz bisa menyebabkan gejala parah dan berujung pada kematian.
"Kasus ini menunjukkan bahwa virus dapat menyebabkan gejala yang parah termasuk kematian," kata Tadaki, dikutip dari Japan Times, Senin (26/6/2023).
"Tetapi dari hasil pemeriksaan orang-orang yang punya antibodi virus Oz juga menunjukkan bahwa beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala atau hanya menunjukkan gejala ringan."
Negara Lain Belum Ada Laporan Kasus Virus Oz
Hingga kini, negara lain selain Jepang belum melaporkan adanya virus Oz. Menurut Tadaki Suzuki, cukup sulit untuk melihat tingkat keparahannya lantaran ini merupakan kasus pertama virus Oz di Jepang dan pada manusia.
"Karena ini adalah kasus fatal pertama yang dikonfirmasi, sulit untuk menilai tingkat keparahan atau bahaya virus pada saat ini," ujarnya.
Tidak Memiliki Riwayat Bepergian ke Luar Negeri
Pihak Kementerian Kesehatan Jepang menyatakan, nenek berusia 70 tahun yang meninggal akibat virus Oz mulanya mengalami beberapa gejala setelah terhisap oleh seekor kutu.
Pasien meninggal dunia tersebut tidak memiliki riwayat bepergian ke luar negeri.
Namun, pada musim panas sebelumnya, mendiang sempat mengunjungi institusi medis dengan mengeluhkan gejala berupa demam, kelelahan, dan nyeri sendi.
Kementerian Kesehatan Jepang pun menyebut, meskipun sebelumnya sudah ada laporan soal kemungkinan infeksi virus yang ditularkan dari kutu pada satwa liar dan manusia, kasus kali ini diyakini sebagai kasus fatal pertama di dunia.
Advertisement