Liputan6.com, Reichersbeuern - Seniman asal Jerman benar-benar mengungkapkan kreatifitas di seninya. Berbeda dengan yang lain, Werner Härtl tidak menggunakan cat atau bahan semacamnya dalam berkreasi, namun ia memakai kotoran sapi encer untuk membuat lukisan bergaya sepia.
Meski sebelumnya sudah ada banyak seniman yang juga menggunakan media seni aneh untuk melukis, mulai dari darah seniman itu sendiri sebagai cat, hingga kecoa mati sebagai kanvas untuk lukisan kecil, tetapi dalam hal keanehan, hanya sedikit yang mendekati kenehan media seperti pilihan Werner Härtl.
Advertisement
Melansir dari Oddity Central, Rabu (28/6/2023), seniman Werner Härtl telah mengukir nama yang benar-benar unik untuk dirinya sendiri – saat ini dia adalah satu-satunya seniman terkenal yang menggunakan kotoran sapi encer untuk membuat lukisan bergaya sepia.
Dia mulai bereksperimen dengan kotoran sapi pada tahun 2012, selama bertugas sebagai pekerja pertanian.
Dia mengemas beberapa kotoran ke dalam tabung dan menggunakan air untuk mengencerkannya. Itu dilakukan agar bisa mendapatkan warna sepia yang berbeda.
Belakangan ini, dia lebih suka mendapatkan 'cat' langsung dari sumbernya, menempatkan tabung tepat di bawah rektum sapi saat buang air besar.
Dia mengklaim bahwa memanen hanya dari dua gerakan usus sapi memberinya cukup bahan untuk setidaknya setengah tahun.
Tinggal di Reichersbeuern, sebuah desa wilayah Bavaria Jerman, Werner Härtl menggunakan latar belakang pedesaan dan pertanian negara bagian tersebut sebagai sumber inspirasi utama untuk lukisannya.
Sapi adalah subjek favoritnya, tetapi lukisannya juga menggambarkan traktor dan mesin pertanian lainnya seperti ladang subur, rumah desa, dan bahkan potret diri.
Apakah Lukisannya Berbau?
Werner Härtl harus menggunakan kotoran encer karena itu memberikan dia warna yang bervariasi dalam lukisannya.
"Saat melukis, saya menggunakan air untuk mengencerkan kotoran dan mendapatkan corak yang berbeda," katanya. "Saya mulai mencoret-coret menggunakan sapuan kuas yang sangat kering dan lembut. Kemudian, saya menggunakan kotoran encer untuk warna terang. Terakhir, saya menggunakan kotoran tanpa campuran air untuk warna gelap."
Menariknya, Werner Härtl mengklaim bahwa lukisan monokromatiknya tidak berbau sama sekali. Setidaknya setelah beberapa saat, karena kalau catnya baru, lain lagi ceritanya.
"Kalau basah, 'catnya' agak berbau, tapi kalau sudah benar-benar kering, tidak bau lagi," kata sang seniman, seraya menambahkan bahwa biasanya perlu waktu beberapa hari untuk menghilangkan bau kotoran sapi dari kanvas, dan dua minggu bila melukis di selembar kertas.
Advertisement
Pria Ini Pakai Darahnya Sendiri Sebagai Tinta Lukis
Sementara itu, Elito Circa, seniman lukis asal Filipina juga tercatat sebagai seniman yang menggunakan bahan unik. Alih-alih membuat tinta dari bahan alami, Elito Circa menggunakan darahnya sebagai tinta lukis.
Melansir dari New York Post, pria 52 tahun itu tumbuh sangat miskin sehingga dia menggunakan buah plum dan tomat untuk membuat karya seni.
Ia menceritakan kisahnya saat benar-benar tak punya tinta untuk melukis. Saat muda Circa tak sengaja terluka dan berdarah ia berinisiatif membuat darah yang keluar dari tubuhnya itu sebagai media lukis. Bahkan sampai sekarang ia makin ketagihan membuat aneka lukisan indah dari tinta darah merah,
"Setiap kali saya tergores, saya akan menggunakan darah saya sendiri karena noda darah juga sulit dihilangkan," kata Circa.
Pakai Kantong Donor Darah
Sebagian besar masyarakat sudah tak asing lagi dengan kantong darah. Ya, kantung ini memang kerap digunakan dalam proses pengambilan darah. Yang nantinya, darah ini bakal disalurkan kembali kepada orang membutuhkan. Namun berbeda dengan Circa yang memanfaatkannya secara pribadi.
Seniman yang dikenal nyeleneh itu kerap pergi ke klinik kesehatan di dekat rumahnya. Selama 3 bulan sekali layaknya jadwal donor darah, Circa mengambil darahnya dan menampungnya dalam kantong yang sudah disiapkan. Ia kemudian menyimpannya di dalam lemari pendingin untuk penggunaan yang lama.
"Karya saya sangat penting bagi saya karena berasal dari saya, dari darah saya sendiri, DNA saya adalah bagian darinya," kata Circa.
Mengejutkannya, pria yang lebih dikenal sebagai "Amangpintor" itu pernah melukis menggunakan rambut manusia asli dan cairan darah dengan materi pelajaran mitologi dan mitos.
Advertisement