Liputan6.com, Palembang - Gangguan tumbuh kembang anak atau disebut dengan stunting, menjadi sorotan World Health Organization (WHO).
Stunting sendiri disebabkan karena kurangnya asupan gizi pada ibu hamil dan balita, terserang infeksi maupun stimulasi yang tidak memadai.
Organisasi Kesehatan Dunia tersebut bahkan menargetkan negara-negara di dunia bisa menekan angka stunting hingga mencapai 20 persen.
Baca Juga
Advertisement
Di Indonesia sendiri, Pemerintah Pusat mencanangkan angka penurunan stunting bisa tembus hingga 14 persen.
Ketua Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, ada banyak faktor yang menjadi penyebab stunting.
Yakni pengaruh asupan gizi yang kurang dan faktor kehamilan di usia dini yang terjadi dengan ibu-ibu di bawah umur 20 tahunan.
“Kabar baiknya memang angka perempuan menikah usia dini (di bawah20 tahun) sudah mulai menurun. Tapi perempuan menikah di atas 30 tahunan juga banyak,” ujarnya, saat menghadiri Program Edukasi Bidan & Intervensi Stunting di Novotel Palembang, Selasa (27/6/2023).
Seiring dengan menurunnya angka pernikahan dini, kini pernikahan di usia 35 tahunan semakin meningkat.
Hal tersebut ternyata juga berbahaya bagi calon bayi yang akan dilahirkan oleh ibu hamil, yang berusia di atas 35 tahun.
“Ibu berusia di atas 35 tahunan juga bisa berisiko stunting. Jadi, kalau sudah ada jodoh, langsung segeralah menikah,” ujarnya.
Selain faktor usia pernikahan, angka stunting melonjak drastis disebabkan juga oleh tingkat kemiskinan dan pendidikan yang masih rendah di daerah-daerah di Indonesia.
Beberapa daerah yang tercatat persentase stunting tertinggi hingga 30 persen, berada di Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Barat (Sulbar) dan Papua.
Berbagai upaya dilakukan BKKBN untuk menekan angka stunting di Indonesia, seperti melibatkan para pengusaha, peran swasta serta instansi-instansi yang ada di setiap daerah.
“Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, kita libatkan semua pihak-pihak ke dalam program kita mulai dari pengusaha, swasta, TNI, Polri termasuk peran produsen obat seperti Dexa Medica,” ungkapnya.
Direktur Corporate Affairs Dexa Group Tarcisius Tanto Randy mengatakan akan terus mendukung berbagai program pemerintah, termasuk didalamnya upaya penanganan stunting.
Edukasi Bidan
Salah satu yang dilakukan di Sumsel adalah kegiatan edukasi dan intervensi stunting terhadap 1.000 bidan aktif di wilayah tersebut.
“Kita juga berupaya mendorong penurunan stunting di Indonesia melalui produk Herba Asimor yang membantu memperlancar kualitas dan kuantitas ASI. Sehingga para ibu bisa memberikan ASI terbaik bagi sang bayi,” ungkapnya.
Di Sumsel sendiri, Dexa Group sudah berkoordinasi dengan BKKBN, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) dan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam mengedukasi para bidan di Palembang.
Edukasi bidan dan masyarakat terkait yakni pentingnya menjaga kehamilan di 1.000 hari pertama kehidupan, melalui program Corporate Sosial Inisiatif Dharma Dexa.
“Selain di Palembang, beberapa telah kami lakukan di beberapa kota di Indonesia seperti di Yogyakarta, Kabupaten Brebes, Kota Surabaya dan Kabupaten Wonosobo,” ujarnya.
Advertisement