Ibadah Haji Momentum Jauhkan Clicktivisme Jelang Pemilu

Khatib Ramdansyah menerangkan, makna Haji bagi setiap orang yang telah menunaikannya adalah tidak lagi menjadi individual tapi menjadi sosial.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2023, 15:27 WIB
Sejumlah Ummat Islam di Jakarta Timur melangsungkan sholat Idul Adha 1444 Hijriah di Jalan Raya Matraman, depan Gereja Koinonia, Jakarta Timur, Kamis (29/6/2023). (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah Ummat Islam di Jakarta Timur melangsungkan sholat Idul Adha 1444 Hijriah di Jalan Raya Matraman, depan Gereja Koinonia, Jakarta Timur, Kamis (29/6/2023). Dalam khutbahnya, Khatib Ramdansyah menerangkan, makna Haji bagi setiap orang yang telah menunaikannya adalah tidak lagi menjadi individual tapi menjadi sosial.

“Sebelum pergi haji, saya biasanya kurang memperhatikan tugas-tugas agama saya, saya tidak bisa bangun untuk sholat subuh (saat fajar), misalnya, dan jarang berpuasa di luar bulan Ramadhan. Sekarang (setelah menunaikan), saya pastikan untuk shalat tepat waktu, bangun untuk shalat subuh, berpuasa secara teratur dan membantu orang lain," ujar Ramdansyah.

Selain itu, Ramdansyah mengatakan, seorang yang telah menunaikan haji tidak boleh berbohong, tidak boleh menipu, dan harus menjadi tetangga yang baik.

"Seorang yang telah menunaikan haji juga harus tetap berada di jalan yang benar ([al-ṣirāal-mustaqīm]," tambahnya.

Ramdansyah menegaskan setiap muslim tidak boleh kehilangan akal. Perubahan perilaku individual atau kesalehan individual akan menjadi kesalehan sosial. Ia tidak lagi jatuh kepada tindakan fisik tanpa mempertimbangkan akal.

Ia mencontohkan aktifitas clicktivisme yakni aktivitas di media sosial dengan mendukung isu tertentu demi kepuasan pribadi tetapi berdampak politis lebih luas.

"Kecepatan tangan lebih cepat ketimbang akal kita. itu harus tidak terjadi lagi, Kita adalah ulul albab, memiliki akal yang sempurna, mampu membedakan yang baik dan benar," jelasnya.

Ketua Panwaslu DKI Jakarta periode 2008-2012 ini mengatakan kecenderungan clictivisme ini terjadi pada Pemilu 2019 dengan terbelahnya media sosial melalui sebutan kadrun dan cebong.

Pandangan atau berita yang sesuai dengan pemikiran atau ideologinya akan diteruskan ke banyak media sosial. "Padahal belum tentu kebenarannya. Itulah clicktivisme," terangnnya.

 


Semangat Idul Adha dan Kurban

Sejumlah Ummat Islam di Jakarta Timur melangsungkan sholat Idul Adha 1444 Hijriah di Jalan Raya Matraman, depan Gereja Koinonia, Jakarta Timur, Kamis (29/6/2023). (Dok. Istimewa)

Oleh Karenanya, dengan semangat Idul Adha dan Kurban 1444 Hijriah, Ia mengajak jamaah yang hadir untuk berhati-hati ketika ada berita belum terkonfirmasi.

Ia mengutip Surat Al Hujurat Ayat 6 yang mengatakan, "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

"Berita hoax dapat memecah belah umat. Padahal kita diminta untuk memperhatikan dan menghindari hoax agar tidak pertarungan politik memecah belah di Tahun Politik 2023/2024," ujarnya.

Ramdansyah menegaskan setiap individu dapat merenungkan calon presiden yang terbaik sesuai hati nurani tanpa harus menjelekan calon yang lain. Siapapun calon pemimpin pilihan rakyat memiliki kelebihan dan kekurangan. Menerima kekurangan dan kelebihan adalah bagian pengorbanan kita untuk berbangsa dan bernegara.

"Kita akan menjadi ulul albab selama kita merenung, meneliti dan mengkaji pilihan politik dan diendapkan," tambahnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya