Liputan6.com, Jakarta - Hari Raya Idul Adha tak lepas dari ibadah kurban yakni menyembelih hewan ternak seperti unta, sapi, dan kambing sesuai ketentuan syariat dan kriterianya.
Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof KH Mohammad Mukri, menyembelih hewan kurban merupakan sebuah ibadah yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Advertisement
Hal ini bisa dipahami dari arti kata kurban secara etimologi yang berasal dari bahasa Arab yakni: qariba – yaqrabu – qurban, wa qurbanan wa qirbanan, yang artinya dekat.
“Dengan mendekat kepada Allah, maka kita berharap perlindungan dan kasih sayang-Nya turun memberkahi kehidupan kita,” katanya saat menjadi khatib pada pelaksanaan ibadah Shalat Idul Adha 1444 H tingkat Provinsi Lampung di Lapangan Saburai, Enggal, Kota Bandar Lampung, Kamis (29/6/2023) mengutip NU Online.
Bukan cuma sekadar potong hewan, berkurban juga merupakan simbol keinginan yang kuat dalam diri umat Islam untuk menyembelih dan menghilangkan sifat kebuasan (Sabu’iyah).
“Di antara sifat itu adalah suka bermusuhan, berkelahi, mudah marah, mudah menyerang, dan memaki yang semua itu masuk dalam sifat-sifat intoleran,” jelas Mukri.
Imam Ghazali menjelaskan, lanjutnya, manusia pada dasarnya memiliki empat karakter yakni:
- Al-Rubu’iyah (sifat ketuhanan)
- Al-Syaithaniyah (sifat “kesetanan”)
- Bahimiyah (sifat “kehewanan”), dan
- Sabu’iyah (sifat “kebuasan”).
“Berkurban menjadi upaya batiniyah kita untuk menjadi pribadi yang toleran dan sesuai dengan nilai-nilai luhur yang memang telah diperintahkan dalam agama, sekaligus menjadikan kita sosok pribadi yang memiliki akhlakul karimah,” jelas Mukri.
Mukmin Paling Sempurna
Mukri pun menggarisbawahi, mukmin atau orang beriman yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya,” katanya mengutip hadits nabi yang diriwayatkan Abu Dawud.
Advertisement
Makna Pengorbanan dan Cinta
Dalam keterangan lain, Ketua Umum PP MATAN NU sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Baitul Hikmah, Depok Jawa Barat, M. Hasan Chabibie, menjelaskan makna lain dari Idul Adha.
Menurutnya, merayakan Idul Adha merupakan perenungan paripurna tentang makna pengorbanan dan cinta.
Idul Adha menjadi cermin sejarah, betapa kisah Nabi Ibrahim dan putranya, telah menjadi petuah penting bagi peradaban Islam, peradaban umat manusia.
“Kita menemui Idul Adha sebagai hari tentang mengingat pengorbanan, juga tentang bagaimana prosesi haji dilangsungkan oleh jutaan umat manusia. Jutaan umat manusia berkumpul di tanah suci, berdoa bersama di tanah lapang Arafah, juga melalukan rangkaian proses ibadah haji secara tertib dan bersama-sama,” kata Hasan.
Belajar Soal Pengorbanan dan Berbagi
Hasan menambahkan, Idul Adha adalah momen untuk merenungkan pengorbanan yang dilakukan Nabi Ibrahim yang diperintahkan oleh Allah untuk mengurbankan putra kesayangannya, Nabi Ismail.
Meskipun penuh kesedihan dan penderitaan, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail dengan tulus menerima perintah Allah, menunjukkan kepatuhan dan cinta yang tak tergoyahkan terhadap Sang Pencipta.
“Kisah ini mengajarkan kita tentang nilai-nilai pengorbanan, keteguhan hati, dan ketaatan yang tinggi dalam menghadapi ujian hidup. Namun, Idul Adha juga mencerminkan peradaban Islam yang mendorong umatnya untuk berbagi dan peduli terhadap sesama.”
“Ketika kita menyaksikan proses penyembelihan hewan kurban dan pembagian daging kepada yang membutuhkan, kita disadarkan akan pentingnya berbagi rezeki dan mencintai sesama manusia,” ujar Hasan.
Dengan kata lain, tradisi kurban mengajarkan manusia untuk melawan sifat tamak, serakah dan egois. Serta memupuk rasa empati dan kepedulian terhadap mereka yang kurang beruntung.
Advertisement