MUI Sebut Idul Adha Jadi Momentum Teladani Ketaatan dan Pengorbanan

Abdullah Jaidi, menyebut peringatan Idul Adha merupakan momentum untuk meneladani ketaatan dan pengorbanan kepada Tuhan.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Jun 2023, 20:30 WIB
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Abdullah Jaidi. (Dok. Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Pendidikan dan Kaderisasi Abdullah Jaidi, menyebut peringatan Idul Adha merupakan momentum untuk meneladani ketaatan dan pengorbanan kepada Tuhan.

Abdullah bercerita ketika Tuhan memerintahkan Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya sendiri, yakni Nabi Ismail. Nabi Ibrahim pun menyanggupi perintah tersebut.

"Padahal, itu adalah putranya yang diidam-idamkan puluhan tahun lamanya, setelah istrinya lama tidak memiliki anak. Tiba-tiba datang perintah dari Yang Maha Kuasa untuk menyembelih anaknya sendiri. Walaupun demikian, Nabi Ibrahim AS tetap menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan perintah itu," kata Jaidi dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (29/6/2023).

Ketua Dewan Syura Al-Irsyad Al-Islamiyyah itu menjelaskan kesiapan Nabi Ibrahim juga telah disampaikan kepada Nabi Ismail dan dilakukan tanpa paksaan. Nabi Ismail mengerti bahwa perintah untuk menyembelih dirinya datang dari Tuhan.

Bahkan, lanjut Abdullah, Nabi Ismail mempersilakan kepada Nabi Ibrahim untuk mengurbankan dirinya. "Silakan ayahanda, insyaallah, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan meneguhkan hatiku dengan ujian ini," kata Abdullah Jaidi, Dikutip dari Antara.

Menurutnya, sikap Ibrahim dan Ismail itu menunjukkan ketaatan tinggi ketika diminta berkurban untuk pertama kalinya kepada Allah. Kedua nabi Allah itu menjawab dengan ucapan sami’na wa atho’na yang berarti kami dengar dan kami laksanakan.

"Kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS ini menjadi contoh pengorbanan secara jasadiyah atau fisik. Sementara itu, makna berkurban yang tersirat adalah mewujudkan rasa ketaatan," jelasnya.


Simbol Pengorbanan Jiwa, Raga dan Harta Benda

Ilustrasi hewan kurban, Idul Adha. (Image by Harryarts on Freepik)

Jaidi mengatakan berkurban merupakan simbol bahwa hidup penuh dengan pengorbanan jiwa, raga, maupun harta benda. Semangat Idul Adha itu tidak hanya menunjukkan rasa ketaatan, tetapi juga kedisiplinan dalam bekerja, berusaha, dan dalam kehidupan pada umumnya.

Sebagai umat yang menjunjung tinggi ketaatan, katanya, tentu diharapkan dapat memenuhi aturan-aturan yang ada. Kalau tidak ada penegakan hukum, katanya, maka mustahil manusia akan bersandar kepada aturan. Jika aturan tidak tegak, maka manusia menjadi liar yang menunjukkan ketidaktaatan.

"Esensi dari perayaan Idul Kurban ini salah satunya adalah mewujudkan ketaatan dan kedisiplinan dalam hidup, sehingga kami akan berhasil pada perjalanan hidup ini," tuturnya.

Oleh karena itu, dia berharap Hari Raya Idul Adha dijadikan momentum untuk saling menghormati dan menebarkan kasih sayang, karena tujuan hidup manusia ialah untuk saling menghormati dan saling menghargai.

Selain itu, umat juga harus menegakkan kejujuran dan keadilan, karena orang yang tidak menegakkan kejujuran dan keadilan pasti jiwanya itu dihantui perasaan bersalah dan ketakutan.

"Janganlah, kita membuat sebuah keonaran, membuat gaduh, apalagi melakukan gerakan-gerakan yang bersikat radikalisme dan ekstremisme. Kita membuat ketenangan dalam hidup," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya