Bursa Saham Asia Berpeluang Lebih Menjanjikan Ketimbang Amerika Serikat

Di tengah ketakutan resesi global, bursa saham Asia dinilai menjadi salah satu bursa saham yang harus jadi perhatian investor. Hal ini seiring prediksi kinerja bursa saham Asia lebih baik.

oleh Agustina Melani diperbarui 29 Jun 2023, 22:35 WIB
Analis menilai, bursa saham Asia sebagai salah satu pasar yang harus diperhatikan lantaran dapat unggul dari bursa saham global. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Liputan6.com, Jakarta - Analis menilai, bursa saham Asia sebagai salah satu pasar yang harus diperhatikan lantaran dapat unggul dari bursa saham global. Hal ini di tengah dunia bergulat dengan ketakutan baru terhadap resesi global.

Dikutip dari CNBC, Kamis (29/6/2023), saham Asia secara keseluruhan mencatat penguatan terbatas sepanjang 2023 dibandimgkan saham Eropa dan Amerika Serikat.

Indeks MSCI International All Country Asia Pacific hanya naik 4,71 persen pada 2023 dibandingkan indeks S&P 500 dan Europe Euro Stoxx 600 yang masing-masing naik 13,25 persen dan 6,65 persen.

Namun, Asia lebih beragam secara ekonomi dari pada Eropa dan Amerika Serikat. Selain itu, masih ada titik terang di kawasan ini terutama di Jepang dan Korea Selatan.

Awal bulan ini, Nomura menuturkan, bursa saham Asia mungkin akan unggul dalam jangka menengah karena prospek pertumbuhan global yang melemah dan kebijakan kenaikan suku bunga yang mendekati akhir. Hal ini akan memacu investor mencari peluang baru sambil menempatkan premi pada ekonomi yang fundamentalnya sehat.

Ini menambahkan ekonomi Asia “pada umumnya” menghindari pelonggaran kualitatif dalam skala besar, sehingga membawa kawasan ini dalam posisi yang lebih baik dalam hal kesinambungan fiskal, tantangan inflasi dan kesehatan sistem keuangan.

Ekonomi China Bakal Melambat

Sementara itu, analis Nomura prediksi ekonomi China akan melambat. Analis perkirakan Produk Domestik Bruto (PDB) di Asia akan “berkelanjutan” mengungguli pasar negara berkembang lainnya dan Amerika Serikat. India dan Asia Tenggara akan menjadi ekonomi dengan pertumbuhan tercepat dekade ini.


Fundamental Kuat di Jepang

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Pandangan ini juga disampaikan Analis DWS Daniela Gombert. Daniela menuturkan, dalam jangka waktu 12 bulan, paar saham Asia dan Eropa tampaknya jauh lebih menjanjikan daripada bursa saham AS.

Fundamental Kuat di Jepang

Khusus untuk Asia, Gombert menunjuk ke pasar saham Jepang. Ia menuturkan, tidak seperti 30 tahun lalu,valuasi jauh dari berlebihan seperti dulu. Secara umum bursa saham Jepang memungkinkan investor menjadi bagian dari kisah pertumbuhan Asia.

Hal ini sebagian besar negara di Asia pulih dari pandemi COVID-19. Bursa saham Jepang memimpin kenaikan dengan indeks Nikkei 225 naik hampir 25 persen dan indeks Topix bertambah 21,5 persen pada 2023.

DWS mengatakan pembukaan kembali China dan kembalinya turis harus menjadi pertanda baik bagi Jepang. Dengan demikian, Gombert percaya Jepang harus menjadi pasar yang cukup menarik bagi investor, bahkan jika harga sudah berjalan baik dalam jangka pendek.

Bank of Japan juga akan diawasi dengan ketat, setelah Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengambil alih kepemimpinan awal tahun ini. Ueda diprediksi mengeluarkan Bank of Japan dari kebijakan moneter ultra dovisnya, meski sejauh ini tidak membuat perubahan pada kebijakan Bank of Japan.


Inflasi di Jepang Telah Pulih

Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sementara itu, perusahaan perbankan swasta Lombard Odier mencatat inflasi utama di Jepang telah pulih, dan negosiasi upah pada musim semi hasilkan salah satu tingkat gaji pokok tertinggi dalam beberapa dekade terakhir.

Perusahaan juga berharap satu tahun lagi inflasi di atas target pada 2023 dan prediksi Bank of Japan akan respons dengan akhiri kebijakan kontrol hasil kurva pada akhir tahun.

Selama pertemuan Juni, bank sentral menuturkan, revisi terhadap perlakuan kontrol kurva imbal hasil harus didiskusikan pada tahap awal.

Pertama kali ringkasan opini bank sentral Jepang menunjukkan secara eksplisit perlunya revisi dengan kebijakan YCC.

Pada April, Bank Sentral Jepang mengumumkan akan meninjau perspektif luas terhadap kebijakan moneternya yang dapat berlangsung selama 12-18 bulan. Namun, Lombar Odier masih berharap Bank of Japan untuk akhiri kebijakan pengendalian kurva imbal hasil sebelum tinjauan ini selesai.

Kenaikan suku bunga di seluruh Asia akan berakhir sementara the Fed isyarakat akan menaikkan suku bunga sebesar 50 bassi poin sebelum akhir tahun.  


Bank Sentral di Asia Bakal Turunkan Suku Bunga

Seorang wanita berjalan melewati sebuah indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Akibat peluncuran rudal Korea Utara yang mendarat di perairan Pasifik saham Asia menglami penurunan. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Morgan Stanley prediksi, inflasi telah mencapai puncaknya di sebagian besar ekonomi di Asia, mencatat hampir semua bank sentral di wilayah tersebut telah hentikan siklus kenaikan suku bunganya.

“Kami pikir jeda ini tahan lama dan faktanya disinflasi lebih lanjut membuka ruang untuk penurunan suku bunga karena bank sentral tidak perlu membiarkan suku bunga riil naik ke wilayah yang membatasi,” tulis Morgan Stanley.

Morgan Stanley mengatakan proses disinflasi di Asia berjalan dengan baik dan prediksi inflasi akan kembali ke kisaran target untuk 80 persen kawasan dalam tiga bulan ke depan.

Dengan demikian, diharapkan bank sentral Asia dapat menurunkan suku bunga bahkan sebelum the Fed, dengan penggerak awal seperti Indonesia, bertindak paling cepat pada kuartal IV 2023.


AI Jadi Mesin Utama

Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Perkembangan teknologi adalah alasan lain untuk optimisme di Asia. Dengan munculnya kecerdasan buatan yakni ChatGPT dari OpenAI, Bard milik Google dan Baidu Ernie Bot, perhatian juga beralih ke perangkat keras yang menggerakkan alat Artificial Intelligence (AI) yaitu semikonduktor.

Negara-negara telah memberikan subsidi besar-besaran untuk membangun pabrik chip dan meningkatkan produksi semikonduktor seperti US Chips Act yang akan memberikan subsidi sebesar USD 280 miliar selama dekade berikutnya.

Analis Lombard Odier untuk teknologi, Marco Barresi menyoroti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan juga memberikan kredit pajak dan subsidi.

Selain itu, meski ada pembatasan terhadap China dari Amerika Serikat (AS) untuk memperoleh teknologi chip canggih, Barresi menuturkan, China sedang mengerjakan dukungan untuk industry semikonduktornya yang diperkirakan dapat mencapai subsidi senilai USD 143 miliar selama lima tahun.

Barresi menambahkan, AI akan menciptakan generasi baru startup dan aplikasi teknologi bagaimana iPhone membangun seluruh industri di sekitar aplikasi seluler dan kebangkitan komputasi awan menciptakan sektor baru perusahaan perangkat lunak.

Dia juga menunjukkan, hampir sepertiga dari pendapatan semikonduktor global pada 2022 berasal dari chip komputasi paling canggih dan perusahaan Asia bertanggung jawab atas sebagian besar produksi chip canggih ini.

Dua perusahaan Asia mendominasi produksi chip canggih ini yakni Taiwan Semiconduktor Manufacturing dan Co dan Samsung Electronics Korea Selatan.

“Kami lebih suka produsen semikonduktor yang melayani pasar cloud dan karenanya terpapar pada perkembangan AI atau elektrifikasi. Ini sangat cocok dengan preferensi umum kami untuk perusahaan teknologi berkualitas seiring dengan perkembangan siklus ekonomi,” tutur Barresi.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya