Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Kehormatan Ikatan Guru Tunanetra Indonesia (IGTI) Bima Kurniawan mengatakan bahwa pendidikan inklusif harus berjalan sepanjang hayat.
Pendidikan sepanjang hayat adalah suatu konsep pendidikan yang berfokus pada proses pengembangan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang berlangsung sepanjang rentang usia individu.
Advertisement
“Sepanjang napas masih berembus, sepanjang hayat masih dikandung badan, inilah hakikat pendidikan inklusif sepanjang hayat,” kata Bima dalam seminar daring IGTI, dikutip Minggu (2/7/2023).
Lantas mengapa pendidikan sepanjang hayat harus inklusif termasuk bagi penyandang disabilitas?
Dosen Universitas Trunojoyo Madura itu pun menjawab, pendidikan inklusif cenderung lebih demokratis. Karena dalam pendidikan inklusif perlu ada empat prinsip yang dipenuhi. Keempat prinsip itu adalah pengakuan, kehadiran, partisipasi, dan prestasi/pencapaian.
Ciri Pendidikan Inklusif
Ciri-ciri pendidikan inklusif yakni:
- Pendidikan inklusif berjalan dengan adanya kolaborasi antara guru dan siswa.
- Guru dan siswa berpartisipasi dalam proses pemikiran dan saling mempengaruhi.
- Guru dan siswa sama-sama merancang program dan mempertimbangkan pendapat semua pihak terlibat dalam pengambilan keputusan.
- Guru mengajukan pilihan dan siswa memiliki kebebasan untuk memilih dengan tanggung jawab.
- Guru dan siswa bisa sama-sama menetapkan aturan dan saling menghormati aturan tersebut.
- Guru memiliki pengetahuan yang luas dan siswa memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuannya.
“Dengan kita bersikap inklusif, kita telah bersikap demokratis sesuai dengan pengamalan pancasila.”
Perlu Diterapkan Mengingat Banyaknya Perubahan
Bima menambahkan, pendidikan inklusif sepanjang hayat perlu diterapkan karena perubahan dalam aspek kehidupan terus terjadi. Mulai dari perubahan kesehatan, iklim global, teknologi, hingga perubahan sosial politik.
Perubahan-perubahan ini berpengaruh pada sektor pendidikan. Pria penyandang disabilitas netra ini memberi contoh perubahan kesehatan yang berkaitan dengan pendemi COVID-19.
Pandemi terjadi di Indonesia pada 2020 dan terbukti mengubah sektor pendidikan. Tak sedikit yang merasa kesulitan ketika proses belajar mengajar tiba-tiba harus dipindah dari sekolah ke rumah.
Advertisement
Perubahan yang Pengaruhi Sektor Pendidikan Sudah Diperkirakan Sejak 1987
Berbagai perubahan ini sudah diprediksi dan diwanti-wanti oleh pihak Amerika Serikat sejak 1987, lanjut Bima.
Amerika Serikat mengatakan bahwa akan ada kondisi yang disebut VUCA, ini adalah singkatan dari:
V: Volatility
Volatility adalah kondisi di saat dunia mengalami tingkat perubahan yang sangat cepat dan tidak stabil di segala aspek lini kehidupan.
“Dan ini yang kita alami sekarang, contohnya, COVID-19 yang bisa melumpuhkan segala aspek kehidupan,” ujar Bima.
U: Uncertainty
Uncertainty atau ketidakpastian berkaitan dengan perubahan baru di segala aspek kehidupan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Seperti COVID-19, ini adalah hal yang baru, membuat ketidakpastian itu jadi tampak sekali. Soal bagaimana mencari solusi, mencari penyebab, itu penuh dengan ketidakpastian.”
Selanjutnya
C: Complexity
Kompleksitas digambarkan sebagai kerumitan dan kesukaran yang tinggi dalam pencarian solusi atas masalah baru yang belum pernah terjadi, seperti COVID-19.
A: Ambiguity
Ambiguitas adalah suatu keadaan di mana individu memiliki beberapa pilihan informasi.
“Dari berbagai perubahan yang ada, maka cara yang tepat untuk beradaptasi dan bertahan hidup adalah dengan pendidikan sepanjang hayat,” pungkas Bima.
Advertisement