Liputan6.com, Jakarta - Sebanyak 130 negara yang mewakili 98 persen dari ekonomi global sekarang mengeksplorasi mata uang digital, dengan hampir setengahnya dalam tahap pengembangan lanjutan, percontohan atau peluncuran.
Hal itu diungkapkan dalam sebuah studi oleh lembaga think tank, Atlantic Council yang berbasis di AS.
Advertisement
Melansir US News, Jumat (30/6/2023) Atlantic Council mengatakan kemajuan yang signifikan dalam uang digital selama enam bulan terakhir menunjukkan semua negara G20, kecuali Argentina telah berada di salah satu fase lanjutan tersebut.
Sebelas negara, termasuk sejumlah di Karibia, dan Nigeria, telah meluncurkan mata uang digital bank sentral (CBDC), sementara uji coba percontohan di China telah mencapai 260 juta orang dan mencakup 200 skenario dari e-commerce hingga pembayaran stimulus pemerintah.
Dua negara berkembang besar lainnya, yakni India dan Brasil, juga berencana meluncurkan mata uang digital tahun depan.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa berada di jalur yang tepat untuk memulai percontohan euro digital menjelang peluncurannya pada tahun 2028. Adapun lebih dari 20 negara lain yang juga akan mengambil langkah signifikan menuju percontohan tahun ini.
Di Amerika Serikat, Presiden Joe Biden pada Maret 2022 memerintahkan pejabat pemerintah untuk menilai risiko dan manfaat dalam pembuatan dolar digital.
Dorongan global untuk CBDC datang ketika penggunaan uang tunai fisik turun dan pihak berwenang berupaya menangkis ancaman terhadap kekuatan pencetakan uang mereka dari perusahaan bitcoin dan 'Teknologi Besar'.
Sanksi yang dijatuhkan pada negara-negara seperti Rusia dan Venezuela dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi salah satu pendorong, termasuk bahkan untuk sekutu lama AS seperti Eropa, yang ingin memastikan memiliki alternatif untuk jaringan pembayaran Visa, Mastercard, dan Swift.
IMF Bakal Bikin Platform Mata Uang Digital Bank Sentral Dunia, Saingi Kripto?
Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan sedang mengerjakan platform untuk mata uang digital bank sentral (CDBC). Platform ini nantinya akan memungkinkan transaksi antar negara.
"CBDC tidak boleh terfragmentasi proposisi nasional... Untuk memiliki transaksi yang lebih efisien dan lebih adil, kami membutuhkan sistem yang menghubungkan negara: kami membutuhkan interoperabilitas," kata Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (20/6/2023).
"Untuk alasan ini di IMF, kami sedang mengerjakan konsep platform CBDC global," bebernya, dalam konferensi yang dihadiri oleh bank sentral Afrika di Rabat, Maroko.
Selain itu, IMF juga menargetkan kesepakatan bank sentral terkait kerangka peraturan umum untuk mata uang digital yang akan memungkinkan interoperabilitas global.
Advertisement
114 Bank Sentral Eksplorasi CBDC
Menurut Georgiva, kegagalan untuk menyepakati platform bersama akan menciptakan kekosongan yang kemungkinan akan diisi oleh cryptocurrency.
Sebagai informasi, CBDC adalah mata uang digital yang dikendalikan oleh bank sentral, sementara cryptocurrency hampir selalu terdesentralisasi.
Georgiva mengungkapkan, ada sebanyak 114 bank sentral yang sudah berada pada tahap eksplorasi CBDC, "dengan sekitar 10 sudah melewati garis finis". "Jika negara-negara mengembangkan CDBC hanya untuk penyebaran domestik, kami kurang memanfaatkan kapasitasnya," tambahnya.