Liputan6.com, Jakarta - Nasib apes dialami penumpang AirAsia tujuan Bali, yang mana mereka seharusnya menikmati waktu liburan. Hal itu terjadi lantaran semua bagasi penumpang pesawat itu justru tertinggal di Bandung, Jawa Barat.
Kejadian itu dilaporkan seorang penumpang pesawat AirAsia yang mengajukan komplain dan diunggah melalui TikTok. "Kepada yth @flyerasia.id @flyerasia kok bisa sih koper kita semua ketinggalan di Bandung. Bagaimana dengan barang kita semua niat liburan ke Bali seneng-seneng malah dibikin kesel," tulis seorang warganet yang diunggah ulang di akun @Outfit.byfit, dikutip Jumat (30/6/2023).
Advertisement
Dalam video tersebut, terdengar penumpang berteriak sambil memaki petugas maskapai. Menurutnya, kasihan para ibu yang terbang sambil membawa bayi, karena semua perlengkapannya ada di dalam koper yang disimpan di bagasi pesawat, sementara mereka hanya menenteng tas kecil.
Video juga memperlihatkan bagaimana pihak maskapai AirAsia menjawab keluhan penumpang.
"Hai, kak. AirAsia mohon maaf atas ketidaknyamanan yang dialami penumpang penerbangan rute Bandung-Denpasar QZ 753 pada 29 Juni 2023. Dapat kami sampaikan bahwa karena kondisi cuaca dan agar faktor keselamatan tetap terjaga, kami memutuskan mengurangi beban pesawat," tulis pihak maskapai.
Menurut pihak maskapai, bagasi akan diantarkan dengan penerbangan lain yang diperkirakan tiba sekitar pukul 08.00 waktu setempat dan diantarkan langsung ke alamat para tamu. Pihak maskapai hanya menjelaskan bahwa keselamatan para penumpang jadi prioritas dan pihaknya sudah memastikan prosedur yang terbaik.
Tingkat Kesalahan Penanganan Bagasi Penumpang Pesawat Naik
Saat perjalanan udara melanjutkan pemulihan usai terdampak pandemi COVID-19, maskapai penerbangan dan bandara memang telah menghadapi lonjakan tingkat kesalahan penanganan bagasi. Jumlah kesalahan penanganan bagasi pesawat naik hampir dua kali lipat dari tahun 2021 hingga 2022, jadi 7,6 bagasi per seribu penumpang, menurut laporan SITA 2023 Baggage IT Insights.
SITA sendiri merupakan perusahaan teknologi informasi multinasional yang menyediakan layanan IT dan telekomunikasi untuk industri transportasi udara. Kekurangan staf terampil, dimulainya kembali perjalanan internasional, dan kemacetan di bandara telah mempersulit pengelolaan bagasi dan memastikan penanganan yang lancar di bandara, terutama selama periode perjalanan puncak, dilansir dari Japan Today, Kamis, 25 Mei 2023.
Bagasi yang tertunda menyumbang 80 persen dari semua bagasi yang salah penanganan pada 2022, bagasi yang hilang dan dicuri meningkat jadi 7 persen, sementara bagasi yang rusak dan dicuri menurun jadi 13 persen. "Setelah satu dekade di mana tingkat kesalahan penanganan (bagasi tercatat) lebih dari setengahnya antara tahun 2007 dan 2021, sungguh menyedihkan melihat angka ini naik lagi. Sebagai sebuah industri, kami perlu bekerja keras untuk memastikan penumpang sekali lagi percaya diri melakukan check-in bagasi mereka," sebut David Lavorel, CEO, SITA.
Advertisement
Tingkat Kesalahan Transfer Bagasi
Lavorel menambahkan, "Kami di SITA bekerja sama langsung dengan maskapai penerbangan dan bandara untuk membantu memecahkan masalah utama dalam perjalanan bagasi melalui otomatisasi cerdas, pelacakan, dan platform digital."
Perbaikan proses yang signifikan membantu tingkat kesalahan penanganan per seribu penumpang pesawat turun sebesar 59,7 persen antara tahun 2007 dan 2021. Tapi, mengingat tekanan kekurangan staf pada operasi pascapandemi Covid-19, tingkat kesalahan penanganan 2022 sebesar 7,6 bagasi per seribu penumpang mewakili peningkatan 75 persen dari tahun 2021 .
Bagasi penerbangan transit secara historis menyumbang sebagian besar bagasi yang salah penanganan. Ini tidak berbeda pada 2022, dengan peningkatan satu poin persentase dari tahun 2021, mendorong proporsi bagasi yang tertunda saat transfer menjadi 42 persen.
Peningkatan tersebut dikaitkan dengan kebangkitan perjalanan internasional dan jarak jauh, yang menyebabkan kesalahan pemuatan dan tingkat kesalahan penanganan transfer bagasi yang lebih besar. Kegagalan memuat bagasi menyumbang 18 persen dari semua bagasi yang salah penanganan pada 2022, turun tiga persen dari tahun sebelumnya.
Sistem Reflight Otomatis WorldTracer
Kesalahan pemuatan bagasi baik lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya, terhitung sembilan persen dari semua bagasi yang tertunda pada 2022, yang berasal dari tekanan operasional pada sistem bagasi.
Berinvestasi dalam informasi status bagasi real-time telah menjadi prioritas utama bagi maskapai penerbangan, dengan 57 persen maskapai menyediakan akses seluler ke informasi status bagasi real-time pada staf mereka. Angka ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan jadi 84 persen pada 2025, dan 67 persen maskapai penerbangan berencana menawarkan informasi status bagasi real-time langsung pada penumpang, menandai peningkatan substansial dari 25 persen sekarang ini.
SITA sudah mengembangkan sistem Reflight Otomatis WorldTracer sebagai tanggapan langsung terhadap tingkat kesalahan penanganan bagasi yang tinggi, terutama ketika transfer penerbangan. Solusinya secara otomatis mendeteksi bagasi yang kemungkinan besar tidak akan melakukan penerbangan lanjutan dan memesankan bagasi yang harus melakukan penerbangan berikutnya sambil terus memberi informasi pada penumpang.
SITA memperkirakan otomatisasi operasi reflight dapat menghemat industri hingga 30 juta dolar AS (sekitar Rp448 miliar) per tahun. Kemitraan Lufthansa dan SITA baru-baru ini menggunakan teknologi tersebut untuk mendigitalkan proses reflight manual, dan hasil Proof of Concept menunjukkan mereka dapat secara otomatis melakukan reflight sebanyak 70 persen dari bagasi Lufthansa yang salah penanganan di Bandara Munich.
Advertisement