Angka Bunuh Diri di Singapura Melonjak dalam 22 Tahun Terakhir, Ahli Ingatkan Upaya Deteksi hingga Budaya Saling Menjaga

Samaritans of Singapore (SOS) menyatakan kasus bunuh diri di Singapura meningkat di semua kelompok umur, terutama di kalangan orang tua yang terbesar.

oleh Agustina Melani diperbarui 01 Jul 2023, 18:06 WIB
Ada 476 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Singapura pada 2022, tertinggi sejak 2000. (Freepik/Dashu83)

Liputan6.com, Jakarta - Ada 476 kasus bunuh diri yang dilaporkan di Singapura pada 2022, tertinggi sejak 2000. Dari jumlah kasus itu, kalangan orang tua alami lonjakan terbesar.

Hal tersebut dilaporkan pusat pencegahan bunuh diri nirlaba Samaritans of Singapore (SOS) dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, (1/7/2023), dikutip dari laman Strait Times.

Kasus bunuh diri meningkat 25,9 persen dari 378 kasus pada 2021. Pada 2020, 452 kematian dilaporkan akibat bunuh diri dilaporkan dan 400 kasus dilaporkan pada 2019. Dari kematian pada 2022, 125 kasus terjadi mereka yang berusia 10-29 tahun. Ini lebih banyak 13 orang dari 2021, dan angka tertinggi lainnya sejak 2000 yang ditunjukkan data SOS.

SOS mengatakan, lebih banyak kasus bunuh diri tercatat di semua kelompok umur dan terutama di kalangan orang tua yang alami kenaikan terbesar.

Bunuh diri di antara mereka yang berusia 70-79 tahun naik 60 persen dari 2021. Jumlahnya naik dari 30 menjadi 48.

Di sisi lain ada kenaikan 27 persen pada 2022 dalam pemakaian layanan SOS yang meliputi hotline 24 jam dan layanan CareText Whatapp. Layanan yang ditujukan untuk klien yang mungkin tidak dapat membagikan pengalaman mereka melalui telepon ditambahkan pada 2020 untuk melengkapi hotline.

CareText dipakai 11.107 kali pada 2022. Pada tahun yang sama, permintaan bantuan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 27.341 dari 11.591 pada 2020.

Konsultan Senior dan Direktur Medis Connections MindHealth, Dr Jared Ng menuturkan, kematian akibat bunuh diri mewakili “tekanan mental yang tak terlihat” dalam masyarakat terutama di kalangan remaja dan lansia.

“Sangat penting bagi kita untuk tetap waspada terhadap masalah mendesak yang terus berdampak besar pada kesehatan mental seperti isolasi sosial dan kesepian,” ujar dia.

“Saatnya sekarang untuk menggandakan upaya kita dalam deteksi dan secara aktif mendorong budaya mencari bantuan dan saling menjaga,” ujar dia.

 


Butuh Upaya Tingkatkan Literasi Kesehatan Mental

Ilustrasi Bunuh Diri. (Freepik)

Senior Consultant and Chief at the Departement of Developmental Psychiarty di the Institute of Mental Health, Dr Ong Say How menuturkan, orang tua, pendidik, professional kesehatan, dan pekerja komunitas harus bekerja sama untuk membentuk jaring pengaman untuk mencegah tragedy ini.

“Dari upaya untuk meningkatkan literasi kesehatan mental seperti mengetahui tanda-tanda peringatan bahaya dan pentingnya perawatan diri, hingga mengajarkan keterampilan dukungan sebaya, kita tidak boleh meninggalkan kebutuhan yang terlewat,” kata dia.

Ia menambahkan, generasi muda harus diberi lebih banyak bimbingan tentang kapan dan di mana mencari bantuan.

“Upaya kolektif untuk mengatasi penyebab mendasar seperti tantangan kesehatan mental, tekanan sosial dan ketidakpastian ekonomi, harus diprioritaskan,” ujar Chief Executive Officer SOS Gasper Tan.

Pihaknya menyadari urgensi situasi ini dan berkomitmen untuk terus mengambil langkah proaktif untuk mengatasi meningkatnya angka bunuh diri dan memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan. “Bunuh diri bisa dicegah,” kata dia.


Kontak Bantuan

Bunuh diri bukan jawaban apalagi solusi dari semua permasalahan hidup yang seringkali menghimpit. Bila Anda, teman, saudara, atau keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, dilanda depresi dan merasakan dorongan untuk bunuh diri, sangat disarankan menghubungi dokter kesehatan jiwa di fasilitas kesehatan (Puskesmas atau Rumah Sakit) terdekat.

Bisa juga mengunduh aplikasi Sahabatku: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.sahabatku

Atau hubungi Call Center 24 jam Halo Kemenkes 1500-567 yang melayani berbagai pengaduan, permintaan, dan saran masyarakat.

Anda juga bisa mengirim pesan singkat ke 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat surat elektronik (surel) kontak@kemkes.go.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya