Liputan6.com, London - Perang Ukraina menggerus secara "korosif" terhadap kepemimpinan Presiden Rusia Vladimir Putin. Hal itu menurut penilaian kepala badan intelijen utama Amerika Serikat (CIA).
Ketidakpuasan Rusia atas perang memberikan peluang baru bagi CIA untuk mengumpulkan intelijen, kata Direktur William J Burns.
Advertisement
Mata-mata top Amerika itu membuat komentar saat menyampaikan kuliah tahunan di Ditchley Foundation di Inggris.
Dia berbicara seminggu setelah pemberontakan Wagner pimpinan Yevgeny Prigozhin atas Rusia.
Burns mengatakan semua orang telah "terpaku" oleh kejadian pekan lalu dari "tantangan bersenjata" Prigozhin ke Moskow, ketika pasukan tentara bayaran Wagner-nya berbaris menuju ibukota Rusia.
Tindakan Prigozhin adalah "pengingat yang jelas tentang efek korosif perang Putin terhadap masyarakatnya sendiri dan rezimnya sendiri", kata Burns seperti dikutip dari BBC (2/7/2023).
Direktur CIA mengatakan bahwa damak dari tindakan dan pernyataan Prigozhin akan terus bergulir ke depan untuk beberapa waktu.
"Ketidakpuasan dengan perang akan terus menggerogoti kepemimpinan Rusia," kata Burns dalam sambutannya yang disiapkan.
"Ketidakpuasan itu menciptakan kesempatan sekali dalam satu generasi bagi kami di CIA," mengacu pada peran agensi dalam merekrut agen manusia untuk memberikan intelijen.
"Kami tidak akan membiarkan (kesempatan ini) begitu saja-," katanya disambut tawa penonton. "Kami sangat terbuka untuk 'bisnis'."
Operasi CIA di Rusia
CIA baru-baru ini meluncurkan kampanye media sosial baru untuk mencoba menjangkau orang-orang di Rusia, termasuk video yang diposting ke situs media sosial Telegram, yang banyak digunakan oleh orang Rusia. Kampanye ini memberikan instruksi tentang cara menghubungi CIA di web gelap tanpa dipantau.
Video ini memperoleh 2,5 juta tampilan di minggu pertama.
Direktur Burns juga mengulangi pesan yang sebelumnya dibuat oleh pejabat AS lainnya di depan umum bahwa AS tidak memiliki bagian dalam pemberontakan Prigozhin.
Dia tidak secara langsung membahas laporan baru-baru ini di Washington Post bahwa dia melakukan kunjungan rahasia ke ibukota Ukraina sebelum pemberontakan.
Kunjungan itu, kata Burns, hanya mendiskusikan kemungkinan kemajuan dalam serangan balasan Ukraina yang dapat membuka jalan bagi negosiasi dari posisi kekuatan yang lebih besar, jika wilayah substansial direbut kembali dari Rusia.
Burns --mantan Duta Besar AS untuk Rusia dari 2005 hingga 2008-- mengatakan telah menghabiskan sebagian besar dari dua dekade terakhir mencoba memahami Presiden Rusia Putin. Itu telah memberinya "dosis kerendahan hati yang sehat tentang Putin dan Rusia".
Namun dia menambahkan bahwa satu hal yang dia pelajari adalah bahwa selalu merupakan kesalahan untuk meremehkan ambisi Putin dalam mengendalikan Ukraina.
Pemimpin Rusia itu percaya bahwa tanpa Ukraina, Rusia tidak bisa menjadi kekuatan besar dan Putin sendiri tidak bisa menjadi pemimpin besar, jelas Burns.
"Ambisi tragis dan brutal itu telah mempermalukan Rusia dan mengungkap kelemahannya," kata Burns.
"Perang Putin telah menjadi kegagalan strategis bagi Rusia: kelemahan militernya terbuka, ekonominya rusak parah selama bertahun-tahun yang akan datang, masa depannya sebagai mitra junior dan koloni ekonomi China dibentuk oleh kesalahan Putin."
Advertisement