Jakarta - Salah satu cara melestarikan minuman tradisional seperti jamu adalah disukai anak muda. Hal itu juga diakui Akademisi dan dosen dari Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Pinky Saptandari. Ia mengatakan perlu dilakukan modifikasi kekinian agar jamu diminati anak-anak muda atau generasi milenial.
"Bagaimana supaya kita bisa membuat anak-anak muda suka dengan rempah dengan memodifikasi, misalnya antara resep beras kencur zaman 'old' dengan zaman 'now' sehingga bertemu dan tetap substansinya," terang Pinky dalam acara Master Class Jalur Rempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dilansir dari Antara, Minggu, 2 Juli 2023.
Advertisement
"Jadi esensinya beras kencur tetapi diberi ramuan-ramuan yang membuat beras kencur lebih kekinian dan khasiatnya menjadi lebih bertambah," tambahnya. Menurut Pinky, modifikasi kekinian untuk menumbuhkan kecintaan terhadap jamu atau minuman rempah juga menjadi tantangan dunia pendidikan agar bisa lebih banyak mengembangkan resep-resep baru.
Dia menuturkan berbagai resep baru itu mungkin bisa muncul dengan diselenggarakannya lomba menciptakan kreasi baru sehingga minuman rempah atau jamu yang dihasilkan tetap enak.
Selain itu memiliki nilai jual tinggi, berkhasiat, dan rasanya diminati anak-anak muda sekarang ini. Bahkan jika resep baru atau kreasi baru minuman rempah itu diakui, maka bisa dijadikan minuman nasional yang bisa disuguhkan di hadapan tamu-tamu kenegaraan.
"Saya kira kalau itu semua diangkat orang akan bisa membuat satu 'image' menarik, enak dan sehat. Tentu, ini akan menjadi daya tarik juga, untuk wisata kafe bisa menyelipkan minuman tradisional tapi dengan penampilan yang hits," ucapnya.
Menikmati Jamu, Bukan Dipaksa
Pinky mengatakan saat ini terjadi suatu proses kultural tentang perjamuan yang mana terjadi "jurang" (gap) antara jamu atau minuman rempah di zaman kolonial dengan di zaman milenial.
Untuk itu, diperlukan berbagai upaya modifikasi yang sesuai dengan situasi kekinian agar jamu atau minuman rempah diminati generasi milenial. "Jadi ini yang harus dilakukan bagaimana dengan caranya anak-anak muda yang bisa mengedukasi supaya jamu itu kekinian," tutur Pinky
CEO PT Suwe Ora Jamu Amertha Nova Dewi Setiabudi dalam kesempatan yang sama mengatakan, ketika dirinya membuat menu-menu jamu atau minuman rempah di Suwe Ora Jamu, salah satu fokus yang terpenting adalah mengenai rasa.
Dia ingin memberikan sentuhan rasa yang bisa dinikmati anak-anak muda sehingga pandangan tentang "jamu itu pahit, minuman orang tua, dan tidak enak", bisa hilang atau dikikis. Justru sebenarnya jamu atau minuman rempah merupakan minuman kesehatan yang bisa membantu menjaga kesehatan, kebugaran dan kecantikan.
"Rasa harus bisa diterima anak-anak milenial generasi muda. Kalau rasanya tidak enak pastinya minum jamu terasa menderita. Saya tidak mau anak-anak ini dipaksa minum jamu, saya ingin mereka menikmati," ucap Nova.
Advertisement
Jamu Sebagai Lifestyle
Budaya minum jamu saat ini memang masih kalah populer dari kebiasaan anak muda ngopi atau nongkrong di coffee shop. Hal itu terlihat dari bermunculannya kedai-kedai kopi masa kini di sudut kota yang merambah hingga daerah lain di Indonesia.
Memang tak ada salahnya, kopi pun membawa dampak signifikan pada perkembangan industri kopi Tanah Air dan petani di daerah. Namun jamu, memiliki rentetan sejarah lain Indonesia di mana dulu jadi lalu lintas jalur rempah.
Hal itulah yang menjadi motivasi Wiratea Spices Bar, sebuah brand minuman rempah yang ingin menjadikan konsumsi jamu sebagai lifestyle bagi anak muda. Bermula dari pengalaman sang ibu berjualan jamu gendong, Ahmad Abdul Fattah memberanikan diri membuka Wiratea Spices Bar yang berlokasi di Kampung Lawasan Heritage Cottage, Sleman DIY.
Bukan sekadar tempat nongkrong sekalangan anak muda Yogyakarta. Di sini Wiratea Spices Bar ingin lebih jauh mengenalkan jamu sebagai minuman rempah yang dikombinasikan dengan cokelat, susu, matcha hingga bunga.
Jamu untuk Kesehatan
"Karena sering membantu membuat jamu jadi tahu karakternya, saya coba mixing minuman jamu dengan yang familiar kombinasi dengan cokelat, late, bunga dan matcha," sebut pria yang akrab disapa Fattah ini, saat dihubungi melalui sambungan telepon oleh Liputan6.com, Selasa 16 Mei 2023.
Namun meski membuka kedai di Yogyakarta, rumah produksi Wiratea Spices Bar sendiri berlokasi di Kebumen. "Kita buat homemade untuk bubuk rempah semua di rumah," sambungnya.
Menurut Fattah pengenalannya dengan kebiasaan minum jamu ke anak muda lebih kepada mixology, meramu rempah-rempah dengan berbagai bahan lainnya yang cocok. Sebab Wiratea Spices Bar tidak fokus membuat anak muda mengonsumsi jamu untuk kesehatan atau mengatasi flu.
Varian minuman rempah di sini antara lain kunyit, jahe, temulawak, kayu manis, kayu secang, gula kelapa, bunga lawang, kapulaga, bunga telang, bunga rosella. Kunyit mocktail jadi salah satu andalan minuman di sini dan perpaduannya bisa langsung mencobanya sendiri dengan datang ke Wiratea Spices Bar dengan harga yang berkisar Rp25 ribuan per gelasnya.
Advertisement