Wisuda Anak Sekolah Viral di Medsos, Pengamat Pendidikan dari UGM Soroti Ini

Wisuda di Indonesia dikenal untuk lulusan perguruan tinggi saja. Namun kini wisuda juga dilakukan untuk lulusan TK hingga SMA. Lalu bagaimana pakar UGM melihat ini? Simak artikelnya.

oleh Yanuar H diperbarui 03 Jul 2023, 19:00 WIB
Artis yang hadiri wisuda anak di Sekolah HighScope. (Sumber: Instagram/realangelkaramoy)

Liputan6.com, Yogyakarta Beberapa waktu lalu cuitan kembalikan wisuda hanya untuk lulusan kuliah viral di media sosial dan menuai beragam komentar. Pengamat Perkembangan Anak, Remaja, dan Pendidikan, T. Novi Poespita Candra, menyampaikan pro-kontra acara wisuda anak sekolah dari TK sampai dengan SMA ini bermula dari adanya fenomena yang banyak terjadi saat ini.  

“Kalau dulu TK sampai SMA namaya pelepasan atau perpisahan ke jenjang selanjutnya, tapi belakangan ini semua menyebutnya wisuda. Yang jadi persoalan adalah ketika wisuda yang dilakukan oleh jenjang-jenjang di bawah perguruan tinggi ini terlalu berlebihan bahkan memengaruhi material,” ujar Dosen Fakultas Psikologi UGM ini, saat dihubungi Selasa 27 Juni  2023.

Novi mengatakan di luar negeri, istilah wisuda atau graduation dipakai di semua jenjang pendidikan. Namun, perbedaan besarnya adalah dalam pelaksanaan wisuda di luar negeri dilakukan secara sederhana. 

“Dari pengalaman saat wisuda anak sekolah ketika SD di Australia, kami diundang dan mendengarkan setiap anak perkembangannya seperti apa. Jadi merayakan perkembangan anak poinnya. Tidak ada acara makan-makan dan perayaan mewah lainnya,” urainya. 

Jika melihat pelaksanaan wisuda di jenjang TK hingga SD tak jarang harus sampai menyewa gedung mewah, menyewa baju, dan lainnya tentu ini berlebihan dan memberatkan orang tua serta sekolah. Kondisi ini pada akhirnya memunculkan kritik dari berbagai pihak sehingga pemerintah melalui Kemendikbud Ristek mengeluarkan Surat Edaran (SE) sebagai bentuk respon akan polemik tersebut. Melalui SE No.14  Tahun 2023 yang diterbitkan 13 Juni 2023 ini Kemendikbud Ristek imbauan tidak menjadikan kegiatan wisuda sebagai kegiatan wajib dan jika melaksanakan pelepasan siswa dalam bentuk wisuda tidak boleh membebani orangtua atau wali peserta didik. 

“Sebenarnya perlu edukasi karena kalau cuma dilarang wisuda nantinya akan tetap ada kegiatan serupa, hanya ganti nama. Bukan soal selebrasi atau wisudanya tetapi lebih ke lifestyle berlebihan saat wisuda,”tegasnya.

Soal wisuda ini poin pentingnya menurut Novi adalah edukasi esensi wisuda kepada semua pihak termasuk orang tua. Esensinya adalah ajang refleksi bagi anak-anak dan orangtua tentang perjalanan  dalam menjalani pendidikan. 

“Sebenarnya wisuda itu selain mensyukuri ada tahap yang sudah terlampaui, tetapi juga sebagai refleksi perkembangan apa yang sudah dicapai. Refleksi pada masing-masing anak,” tuturnya. 

Momen wisuda anak sekolah ini bagi orang tua dan anak adalah menyiapkan jenjang pendidikan selanjutnya. Hal inilah yang harus menjadi perhatian orang tua.

 “Bukan soal administrasi lho, tetapi misal mau SMP kan sudah remaja. Nah, memasuki masa remaja ini apa yang perlu disiapkan orang tua, apa yang dipesankan pada anak-anak, pemaknaan seperti ini yang harus dipelajari,” jelasnya.  

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya