Cerita Mugiah Nyaris Miskin Gara-Gara Katarak, Mau Minum Saja Menunggu Bantuan Anaknya

Mugiah berhasil menjalankan operasi katarak gratis

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 03 Jul 2023, 11:19 WIB
Mugiah, 63 Tahun, Salah Satu Pasien Katarak yang Kini Sudah Dapat Melihat dengan Jelas Lagi. Saat Mengalami Katarak, Mugiah Tidak Bisa Beraktivitas karena Harus Ditopang oleh Anak dan Orang di Sekitarnya (Dokumen: ERHA)

Liputan6.com, Jakarta - Mugiah, 63 tahun, menderita katarak selama dua tahun terakhir yang membuatnya sulit beraktivitas dan produktif.

Sejak katarak menyerangnya, wanita yang dulu berprofesi sebagai pedagang mengaku mengalami banyak penurunan kualitas hidup.

Alhasil, kehidupan sehari-hari Mugiah sangat bergantung pada bantuan anaknya dan orang-orang di sekelilingnya.

"Jangakan untuk keluar beraktivitas, untuk pergi ke air atau ambil minum saja, saya harus menunggu anak untuk menuntun," kata Mugiah.

Katarak Membuat Perekonomian Mugiah Susah

Gara-gara katarak, perekonomiannya pun merosot drastis. Meski pedagang kecil-kecilan, Mugiah mengaku penghasilan yang diperolehnya cukup buat membantu perekonomian keluarga.

Begitu mendengar ada operasi katarak gratis, Mugiah mengaku banyak-banyak berdoa agar dia bisa menjadi salah salah satu orang yang beruntung. Doanya pun terkabul.

Operasi Katarak Gratis di Maluku

Operasi katarak gratis yang berlangsung di Pulau Buru, Namlea, Maluku pada 20 hingga 23 Juni 2023 merupakan kegiatan yang digagas oleh ERHA.

ERHA melihat bahwa saat ini tingkat prevalensi katarak menjadi perhatian pemerintah Indonesia yang telah secara berkesinambungan melakukan berbagai promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif.

Merujuk pada data survei Rapid Assessment of Avoidable Blindness (RAAB), diperkirakan tiga dari 100 orang atau sekitar 1,6 juta orang di Indonesia berumur 50 tahun++ mengalami kebutaan.

RAAB juga menyebut bahwa 80 persen di antaranya disebabkan katarak. Yang menempatkan Indonesia sebagai negara dengan angka kebutaan tertinggi di Asia Tenggara.

 

 


Target Pemerintah Indonesia Terkait Katarak

Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan gangguan penglihatan sebesar 25 persen pada 2030. Head of CSR & Corporate Relation, Oemar Saputra, mengatakan, ERHA tergerak menjadi bagian untuk membantu pemerintah mencapai target tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan Oemar, kegiatan ini merupakan partisipasi pihaknya bersama Perkumpulan Sosial Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dalam kegiatan sosial kemanusiaan 'Katong Melihat Terang'.

Kegiatan ini juga diinisiasi oleh Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia (SETWAPRES-RI) dan Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) yang didukung oleh pihak gabungan lainnya.

"1.000 partisipan datang mendaftar dan kegiatan ini dan sebanyak 344 mata berhasil dioperasi katarak," ujarnya.

 

 


Katarak Adalah

Katarak atau kekeruhan lensa merupakan kondisi terjadinya kekeruhan pada organ mata, yaitu lensa mata. Gangguan mata ini merupakan penyebab kebutaan utama yang dapat diobati di dunia saat ini.

Sebagian besar katarak atau kekeruhan lensa timbul pada usia tua sebagai akibat paparan terus menerus terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh lainnya.

Beberapa hal yang dapat memengaruhinya adalah merokok, radiasi sinar ultraviolet, dan peningkatan kadar gula darah.

Katarak atau kekeruhan lensa yang tersering terjadi pada orang yang berusia tua disebut sebagai kekeruhan lensa atau katarak senilis (katarak terkait usia).

Sejumlah kecil kekeruhan lensa atau katarak juga dapat berhubungan dengan penyakit mata seperti glaukoma, ablasi, retinitis pigmentosa, trauma, uveitis, miopia tinggi, pengobatan tetes mata steroid, dan tumor intraokular.

Selain itu bisa juga dipengaruhi oleh penyakit sistemik spesifik. Misalnya diabetes, galaktosemia, hipokalsemia, steroid atau klorpromazin sistemik, rubela kongenital, distrofi miotonik, dermatitis atopik, down syndrome, katarak turunan. Radiasi sinar X turut diduga dapat memengaruhi kekeruhan lensa mata.

 


Diagnosis Katarak

Penentuan diagnosis katarak atau kekeruhan lensa dilakukan lewat serangkaian wawancara dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa pemeriksaan lapang pandang (misalnya dengan melihat huruf pada jarak 6 m) yang biasanya memberikan hasil terdapatnya penurunan ketajaman penglihatan.

Selain itu terdapat pemeriksaan dengan menggunakan senter yang diarahkan pada samping mata, yang akan memperlihatkan kekeruhan pada lensa mata yang berbentuk seperti bulan sabit (shadow test positif).

Pemeriksaan tambahan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan dengan alat slit lamp hingga pemeriksaan oftalmoskopi pada daerah retina. Hal ini dilakukan bila dicurigai adanya kelainan tambahan di berbagai organ lain dalam mata.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya