Liputan6.com, Gorontalo - Populasi anjing di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, berkurang signifikan, dalam satu tahun terakhir. Jika tahun 2022 jumlah populasi anjing masih berkisar di angka 25.000 ekor, pada tahun 2023 tinggal 2.321 ekor.
Menurut Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Boalemo, drh. Sumari, jumlah tersebut berdasarkan catatan tim lapangan yang melakukan vaksinasi terhadap anjing peliharaan warga.
Baca Juga
Advertisement
Sumarni mengungkapkan, faktor utama berkurangnya populasi anjing di daerah tersebut adalah perdagangan anjing itu sendiri. Banyak anjing yang sengaja dijual oleh pemiliknya.
Hewan dengan nama latin Canis lupus familiaris itu di jual ke wilayah pasar ekstrim Manado, Sulawesi Utara (Sulut). Sebagian lagi dijual ke wilayah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
“Berkurangnya ini karena dijual warga ke mobil pembeli anjing yang datang ke desa-desa,” kata Sumari.
Pihaknya mencatat, ada dua Desa di Boalemo yang populasi anjingnya lumayan besar. Yakni Desa Tri Rukun, Kecamatan Wonosari dan Desa Kaaruyan, Kecamatan Mananggu.
“Dua Desa ini yang paling besar jumlah anjingnya di Boalemo. Desa Kaaruyan urutan pertama. Makanya kalau kami turun vaksinasi anjing itu, dua desa ini masuk target prioritas,” katanya.
Terkait stok vaksin lanjut Sumari, belum lama ini Boalemo mendapatkan bantuan vaksin untuk 500 ekor anjing dari Kementerian Pertanian.
“Beberapa anjing rumahan juga sudah kita vaksin. Kita lakukan pencegahan, jangan sampai terinfeksi rabies. Memang kebanyakan yang kena infeksi itu anjing-anjing liar,” ujarnya.
Simak juga video pilihan berikut:
Gejala Rabies
Dijelaskan Sumari, siklus rabies itu apabila anjing sudah terinfeksi rabies dengan gejala yang ganas, maka dia akan menggigit sampai 7 ekor anjing lainnya atau 7 manusia. Setelah itu anjing ini akan mati dengan sendirinya.
Anjing yang terkena rabies ada 2 tipe. Yakni, tipe tenang dan tipe ganas. Biasanya yang tipe ganas mudah diketahui. Sehingga tidak heran kemudian ada warga yang langsung membunuh anjing rabies tipe ganas.
“Yang susah ini tipe yang tidak ganas. Diam-diam tanpa kita ketahui dia sudah mengidap rabies. Bahaya kalau dia menggigit anjing rumahan. Parahnya lagi tuan anjing membiarkan, karena dia tidak tahu kan. Nah, ini juga yang jadi problem di kita saat ini,” tambahnya.
Menurut Sumari, problemnya juga menyulitkan petugas di lapangan. Bagaimana tidak, risiko lapangan sangatlah besar menghadapi anjing yang terpapar penyakit rabies.
“Terus terang, anggaran operasional kami itu minim. Sementara risiko yang dihadapi di lapangan besar. Sempat saya usulkan terkait risiko kami ini ke Pemerintah Daerah, tapi ya sudah lah,” ucap Sumari sambil tertawa.
Ia membeberkan, kasus orang meninggal yang terinfeksi rabies di Kabupaten Boalemo sendiri, sekitar 3 orang dalam 3 tahun terakhir. Namun, jumlah ini masih lebih baik ketimbang Daerah-daerah lain.
“Kalau tidak salah 3 orang yang meninggal terkena rabies. Tapi kita hanya bertanggung jawab pada hewannya. Untuk manusia, Tupoksinya Dinas Kesehatan. Namun kami terus berkoordinasi melakukan pencegahan rabies di Boalemo,” tegasnya.
Advertisement