Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan sementara (suspensi) puluhan saham emiten pada perdagangan hari ini, Senin 3 Juli 2023. Suspensi ini lantaran terdapat beberapa emiten yang belum sampaikan laporan auditan per 31 Desember 2022.
"Berdasarkan pemantauan kami, hingga tanggal 29 Juni 2023 terdapat 46 perusahaan tercatat yang belum menyampaikan Laporan Keuangan Auditan per 31 Desember 2022 dan atau belum melakukan pembayaran denda atas keterlambatan penyampaian laporan keuangan tersebut," mengutip pengumuman Bursa dalam keterbukaan informasi, Senin (3/7/2023).
Advertisement
Adapun rinciannya, sebanyak 37 perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan auditan per 31 Desember 2022 dan atau belum melakukan pembayaran denda.
Tiga perusahaan tercatat telah menyampaikan laproan keuanagan auditan per 31 Desember 2022, tetapi belum melakukan pembayaran denda. Lalu satu perusahaan belum menyampaikan laporan keuangan auditan per 31 Desember 2022 namun telah membayar sebagian denda. Setra lima perusahaan belum sampaikan lapran keuangan auditan per 31 Desember 2022, namun telah membayar denda.
Merujuk pada ketentuan II.6.3 Peraturan Bursa Efek Indonesia (Bursa) Nomor I-H tentang Sanksi, BEI telah memberikan Peringatan Tertulis III dan tambahan denda sebesar Rp 150 juta kepada perusahaan tercatat yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan dan atau belum melakukan pembayaran denda atas keterlambatan penyampaian Laporan Keuangan dimaksud.
Mengacu pada ketentuan II.6.4 Peraturan Bursa Nomor I-H tentang Sanksi, Bursa melakukan suspensi, apabila mulai hari kalender ke-91 sejak lampaunya batas waktu penyampaian Laporan Keuangan, Perusahaan Tercatat tidak memenuhi kewajiban penyampaian Laporan Keuangan dan atau Perusahaan Tercatat telah menyampaikan Laporan Keuangan namun tidak memenuhi kewajiban untuk membayar denda sebagaimana dimaksud dalam ketentuan II.6.2 dan II.6.3 Peraturan Bursa Nomor I-H tentang Sanksi.
Daftar Perusahaan
Atas dasar itu, Bursa memutuskan untuk melakukan penghentian sementara perdagangan Efek di Pasar Reguler dan Pasar Tunai sejak sesi I Perdagangan Efek tanggal 3 Juli 2023, untuk 9 Perusahaan Tercatat yaitu:
1. PT Bhakti Agung Propertindo Tbk (BAPI)
2. PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL)
3. PT Capri Nusa Satu Properti Tbk (CPRI)
4. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY)
5. PT Aksara Global Development Tbk (GAMA)
6. PT HK Metals Utama Tbk (HKMU)
7. PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON)
8. PT Golden Flower Tbk (POLU)
9. PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN)
Kedua, Bursa tetap melakukan suspensi perdagangan Efek di Pasar Reguler dan Pasar Tunai sejak sesi I Perdagangan Efek tanggal 3 Juli 2023, untuk 37 Perusahaan Tercatat yaitu:
1. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL)
2. PT Jaya Bersama Indo Tbk (DUCK)
3. PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY)
4. PT Golden Plantation Tbk (GOLL)
5. PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI)
6. PT Marga Abhinaya Abadi Tbk (MABA)
7. PT Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP)
8. PT Mitra Pemuda Tbk (MTRA)
9. PT Trinitan Metals and Minerals Tbk (PURE)
10. PT Armidian Karyatama Tbk (ARMY)
11. PT Cowell Development Tbk (COWL)
12. PT Hanson International Tbk (MYRX)
13. PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA)
14. PT Steadfast Marine Tbk (KPAL)
15. PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT)
16. PT Ratu Prabu Energi Tbk (ARTI)
17. PT Limas Indonesia Makmur Tbk (LMAS)
18. PT Grand Kartech Tbk (KRAH)
19. PT Eureka Prima Jakarta Tbk (LCGP)
20. PT Nipress Tbk (NIPS)
21. PT Forza Land Indonesia Tbk (FORZ)
22. PT Pool Advista Indonesia Tbk (POOL)
23. PT Triwira Insanlestari Tbk (TRIL)
24. PT Dua Putra Utama Makmur Tbk (DPUM)
25. PT Hotel Mandarine Regency Tbk (HOME)
26. PT Polaris Investama Tbk (PLAS)
27. PT Siwani Makmur Tbk (SIMA)
28. PT Saraswati Griya Lestari Tbk (HOTL)
29. PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY)
30. PT Cottonindo Ariesta Tbk (KPAS)
31. PT Mas Murni Indonesia Tbk (MAMI)
32. PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO)
33. PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk Tbk (SKYB)
34. PT Sugih Energy Tbk (SUGI)
35. PT Tridomain Performance Materials Tbk (TDPM)
36. PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM)
37. PT Capitalinc Investment Tbk (MTFN)
Advertisement
BEI Sebut Pertumbuhan Emiten Baru Indonesia Tertinggi di Dunia, Naik 4,7 Persen hingga Mei 2023
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perusahaan publik atau emiten baru di BEI naik 4,7 persen year to date (ytd) menjadi 40 perusahaan hingga Mei 2023.
Dengan pertumbuhan perusahaan publik baru itu, Direktur Utama BEI, Iman Rachman menuturkan hal tersebut tertinggi dibandingkan dengan negara lain di dunia.
“Sampai dengan Mei 2023 jumlah perusahaan baru tercatat sudah 40, padahal belum setengah tahun. Untuk perusahaan baru tercatat di bursa kita tumbuh 4,7 persen (ytd), hampir tidak ada yang tumbuh positif lebih dari 4,7 persen (ytd) dari perusahaan tercatat yang ada,” kata Iman.
Iman mencontohkan, pada negara non ASEAN, perusahaan publik baru di bursa saham Jepang hanya tumbuh 0,28 persen (ytd), Nasdaq Amerika Serikat (AS) susut 2,9 persen (ytd), Shenzhen Stock Exchange naik 1,6 persen (ytd).
Sedangkan, perusahaan publik atau emiten baru di bursa saham negara ASEAN, bursa Malaysia naik 0,9 persen (ytd), dan Thailand tumbuh 1,4 persen (ytd).
“Jadi Indonesia yang pertumbuhan perusahaan baru tercatat terbesar dan terbanyak sampai Mei 2023. Target kami tahun lalu 59 perusahaan tercatat, tahun ini 57 perusahaan tercatat, dan ternyata ini sudah lebih dari 40 perusahaan,” kata dia.
Seiring pertumbuhan itu, untuk jumlah perusahaan publik, World Federation of Exchange mencatat BEI berada di posisi kedua di antara negara ASEAN lainnya, usai bursa saham Malaysia yaitu 864 perusahaan per Mei 2023, sedangkan Malaysia sebanyak 989 perusahaan tercatat.
Sepanjang 2022, sebanyak 59 perusahaan telah menggalang dana di pasar modal melalui Initial Public Offering (IPO), atau bertambah lima perusahaan dibandingkan 2021 yang sebanyak 54 perusahaan tercatat.
Sementara itu, nilai IPO sepanjang 2022 sebesar Rp 31,1 triliun sehingga total perusahaan tercatat di BEI sebanyak 825 perusahaan hingga 2022.
“Kalau kita lihat dari pencatatan saham, jumlah perusahaan tercatat tahun lalu sebanyak 825 dengan tambahan perusahaan baru yang tercatat 59 perusahaan. Tahun lalu yang tertinggi sejak swastanisasi tahun 1992, dengan fund risk Rp 33,1 triliun,” tutur Iman.