Top 3 Islami; Gunakan Kalender Aboge, Islam Kejawen Rayakan Idul Adha Kamis Pon 6 Juli 2023

Masih ada kelompok yang belum merayakan Idul Adha dalam tradisi mereka, yakni komunitas Islam Kejawen. Salah satunya di Banyumas, Jawa Tengah

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 04 Jul 2023, 06:30 WIB
Ritual Punggahan jelang puasa atau Ramadhan penganut Islam Kejawen di Banyumas dan Cilacap, 2015. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Banyumas - Umat Islam telah merayakan Idul Adha pekan lalu dan kini telah melewati hari Tasyrik. Ada dua kelompok mayoritas yang merayakan Idul Adha pada Rabu (28/6/2023) dan Kamis (29/6/2023).

Namun, ternyata masih ada kelompok yang belum merayakan Idul Adha dalam tradisi mereka, yakni komunitas Islam Kejawen. Salah satunya di Banyumas, Jawa Tengah.

Di Banyumas, komunitas Kkejawen Banokeling akan merayakan Idul Adha pada Kamis Pon dalam kalender Aboge, atau bertepatan dengan 6 Juli 2023 dalam kalender Masehi.

Artikel mengenai ritual Idul Adha Islam Kejawen ini menuai perhatian pembaca kanal Islami Liputan6.com, Senin (3/7/2023) dan menjadi top 3 artikel paling menarik bersama dua artikel lainnya, yakni selesainya puncak ibadah haji dan hukum pamer ibadah kurban dan ibadah di medsos.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:


1. Islam Kejawen di Banyumas Rayakan Idul Adha Kamis Depan, Ini Perhitungannya dalam Kalender Aboge

Anak putu Banokeling meggelar ritual Punggahan menjelang bulan Puasa atau Ramadan. (Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Komunitas Islam Kejawen Banokeling di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah baru akan merayakan Idul Adha pada Kamis (6/7/2023) pekan depan.

Juru Bicara Komunitas Banokeling, Sumitro mengatakan, tahun ini Idul Adha atau Perlu Besar jatuh pada Kamis pasaran Pon. Idul Adha Banokeling atau Perlu Besar jatuh selang sepekan setelah ketetapan pemerintah.

Sementara, pada Jumat (29/3/2023) anak putu Banokeling menggelar ritual Perlu rikat, atau bersih-bersih makam. Pembersihan dilakukan meliputi makam leluhur hingga makam Panembahan Benokeling.

Selain bersih makam, pada Perlu Rikat ini anak putu juga memotong tiga ekor kambing yang dalam bahasa Banokeling disebut nazar. Kambing-kambing tersebut kemudian dimasak dan dimakan bersama usai bersih makam.

"Ini perlu yang disebut sebagai Perlu Rikat, resik makam Banokeling. Itu kan rutin setiap bulan tiap Jumat kedua, ini kegiatan perlu rikat biasa," ucap dia, Jumat, di Banyumas.

Selengkapnya baca di sini


2. Puncak Haji Selesai, Jemaah Indonesia Meninggal di Tanah Suci Capai 304 Orang

Jemaah haji Indonesia yang mengambil nafar awal mulai diberangkatkan dari tenda-tenda Mina menuju hotel mereka di Makkah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Jakarta Fase puncak ibadah hajidi Arafah - Muzdalifah - Mina (Armina) telah selesai. Hingga hari ke-40 operasional haji 1444 H atau Minggu (2/7/2023), tercatat jumlah jemaah yang meninggal dunia di Tanah Suci mencapai 304 orang.

"Per hari ini 304 (jemaah haji meninggal di Tanah Suci, dan tentu kita berharap angka ini tidak bertambah," ujar Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas usai memimpin Rapat Koordinasi Persiapan Pelayanan Haji Pasca-Armina di Makkah, Minggu malam.

Karena itu, Menag berharap jemaah haji Indonesia terutama yang masa tinggalnya di Tanah Suci masih lama untuk selalu memperhatikan kondisi kesehatannya. Dia mengimbau jemaah haji tidak memforsir atau memaksakan diri melaksanakan ibadah sunah. Terlebih rangkaian rukun haji telah selesai dilaksanakan.

"Kita ini beragama tujuannya untuk mencapai ridho Allah. Ridho Allah itu kita bisa dapatkan kalau kita memiliki keikhlasan dan tidak memaksakan. Agama itu kalau kata orang Jawa sakdermo, secukupnya, tidak boleh berlebihan karena Allah tidak suka yang berlebihan," kata Yaqut Cholil Qoumas.

Sementara itu, berdasarkan data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag, tercatat jumlah jemaah haji yang meninggal di Tanah Suci sudah mencapai 311 orang. Hal ini berdasarkan data terbaru Siskohat per Minggu (2/7/2023) pukul 24.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

Selengkapnya baca di sini


3. Hukum Pamer Ibadah Kurban di Medsos, Simak Penjelasan Berikut

Ilustrasi sapi, kurban, Iduladha. (Photo by Azfan Nugi on Unsplash)

Menyembelih hewan kurban Idul Adha termasuk ibadah yang mulia. Ibadah kurban bukan hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, tapi juga bisa berbagi kepada sesama.

Berkurban merupakan ibadah yang meneladani pengorbanan Nabi Ibrahim ketika diperintahkan Allah SWT menyembelih putranya, Nabi Ismail. Berkurban menjadi ibadah sunnah yang dilaksanakan umat Nabi Muhammad SAW pada hari raya Idul Adha dan tiga hari setelahnya.

Soal kurban, biasanya ada yang melakukan ibadah ini secara diam-diam dan ada pula orang yang berkurban dibagikan ke media sosial (medsos). 

Membagikan momen melaksanakan ibadah kurban Idul Adha di medsos bukan hal baru. Orang ‘pamer’ telah berkurban kerap ditemukan di medsos beberapa tahun terakhir ini.

Pertanyaannya, apakah boleh ‘pamer’ kurban di medsos?

Jauh-jauh hari, Abdullah ketika menjadi khatib salat Idul Adha 1436 H di Masjid Raya Jakarta Centre mengingatkan bahwa ibadah kurban bukan untuk pamer, melainkan meningkatkan iman dan takwa.

Selengkapnya baca di sini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya