Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik pada perdagangan Senin setelah eksportir utama Arab Saudi dan Rusia mengumumkan akan mengurangi pasokan untuk periode Agustus.
Harga minyak dunia di awal perdagangan Senin sempat mengalami tekanan karena adanya kekhawatiran perlambatan ekonomi AS yang bisa menyebabkan resesi.
Advertisement
Namun setelah pengumuman dari Arab Saudi dan Rusia, harga minyak dunia mampu berbalik arah dan menuju level positif.
Mengutip CNBC, Selasa (4/7/2023), harga minyak mentah Brent berjangka naik 0,6% atau 43 sen menjadi USD 75,84 per barel pada pukul 11:52 EDT. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 0,6% atau 39 sen menjadi USD 71,03 per barel.
Selama sesi perdagangan Jumat lalu, harga minyak Brent naik 0,8% dan WTI naik 1,1%.
Pada perdagangan Senin pagi harga minyak dunia dibuka lebih rendah setelah survei bisnis menunjukkan aktivitas pabrik global merosot pada Juni karena permintaan yang lesu di China dan di Eropa menutupi prospek eksportir.
Namun, Arab Saudi pada Senin mengumumkan akan memperpanjang pemotongan sukarela satu juta barel per hari (bpd) untuk satu bulan lagi termasuk Agustus. Hal ini mendorong penguatan harga minyak.
"Minyak menghadapi hambatan ekonomi yang serius dan pasar sedang mencoba untuk memahami apa artinya pemotongan minyak mentah tambahan dalam konteks itu," kata analis Again Capital LLC New York, John Kilduff.
Pemotongan Produksi Rusia
Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan, Rusia sejalan dengan Arab Saudi dengan berusaha untuk memperketat pasokan minyak mentah global dan meningkatkan harga dengan mengurangi ekspor minyak 500.000 barel per hari pada Agustus.
Pemotongan berjumlah 1,5% dari pasokan global dan menjadikan total yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari.
Riyadh dan Moskow telah berusaha menopang harga. Harga minyak Brent telah turun dari USD 113 per barel tahun lalu, dilanda kekhawatiran perlambatan ekonomi dan persediaan yang melimpah.
“Investor menjadi optimis saat paruh kedua tahun ini dimulai. Mereka memperkirakan neraca minyak yang lebih ketat dan ekuitas yang meningkat juga menunjukkan bahwa resesi akan dihindari, meskipun kemungkinannya kecil,” kata analis PVM Tamas Varga.
Advertisement
Kondisi AS
Kekhawatiran perlambatan ekonomi lebih lanjut mengurangi permintaan bahan bakar tumbuh pada hari Jumat karena inflasi AS terus melampaui target 2% bank sentral, memicu kekhawatiran kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Suku bunga AS yang lebih tinggi dapat memperkuat dolar, membuat minyak lebih mahal bagi pembeli yang memegang mata uang lain.