Viral! Gedung DPR di Google Maps Berubah Nama Jadi Tempat Dajjal Turun hingga Istana Tikus

Warganet heboh dengan berubahnya nama Gedung DPR/MPR di Google Maps menjadi Tempat Dajjal Turun, Gedung Penipu Rakyat, dan lain-lain. Bagaimana reaksi mereka?

oleh Yuslianson diperbarui 04 Jul 2023, 12:19 WIB
Viral! Gedung DPR Indonesia di Google Maps Berubah Nama Jadi Tempat Dajjal Turun hingga Istana Tikus. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Warganet sedang ramai membahas Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Indonesia di Jakarta yang berubah namanya di aplikasi Google Maps.

Padahal seharusnya, nama gedung tempat berkumpulnya para wakil rakyat terpilih dari berbagai partai politik ini di aplikasi Google Maps, adalah Gedung DPR RI atau Gedung MPR/DPR/DPD RI.

Namun beberapa warganet mendapati nama berbeda ketika mereka mencari Gedung DPR di aplikasi Google Maps, dan mendapati sejumlah nama mengejutkan.

Berdasarkan pantauan tim Tekno Liputan6.com, Selasa (4/7/2023), sejumlah titik di Gedung DPR/MPR masih bernama Tempat Dajjal Turun, Gedung Penipu Rakyat, DPR Mata Duita, Budidaya Koruptor, Peternakkan Tikus, Jasa Jual Pulau, hingga Istana Tikus.

Berubahnya nama Gedung DPR RI ini menuai komentar warganet, di mana banyak dari mereka penasaran dan mengecek hal tersebut secara langsung di Google Maps dan membagikan komentarnya di Twitter.

Berikut ini adalah komentar warganet tentang viralnya nama Gedung DPR RI di Google Maps:

"Kok gw seneng yah liat ginian doang. Langsung full senyum selebar2nya. 😁😁😁😁. Dan gw berharap itu para tikus2nya sih tau ttg ini 😁😁😁," kata @t****.

Akun @f**** menulis, "Ga ngeliat ada yang salah sih, semua sesuai kan." Sedangkan @a**** mengatakan, "bibit tikus unggul siap kawim😭."

"Ini siapa yg buat weh," ujar @o**** di media sosial milik Elon Musk .

"G sopan bgt yg edit jd tiks gtu, pdhl kn d gdung itu isinya orang2 baik smua prilakunya jujur & sangattt amanah, gaji tinggi & fasilitas wah sejalan dgn kinerjanya, ga makan gaji doang, janji2 pas pemilu ditepati smua, coba aja liat smua rakyat (secirclenya) jd sejahtera gini 🤣," cuitan @I****.

“Wkwkwk kocak banget siapa yang ganti nama gedung DPR jadi tempat dajjal turun? 😂😂😂,” kata salah satu warganet di Twitter.

 


Sejarah Gedung DPR

Pemandangan Gedung Nusantara atau Gedung Kura-Kura di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (19/5/2022). Dome Gedung Nusantara atau Gedung Kura-Kura disebut sudah mengalami kerusakan seperti mengelupas, catnya mulai pudar, dan menyebabkan kebocoran sehingga dirasa perlu diperbaiki. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Mengutip laman mpr.go.id, komplek gedung parlemen didirikan pada 8 Maret 1965 melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 48/1965.

Pembangunannya merupakan ide dari Presiden ke-1 RI, Sukarno, mengingat Indonesia akan menyelenggarakan Conference of the New Emerging Forces (CONEFO).

Arsitektur gedung merupakan hasil rancangan karya Soejoedi Wirjoatmodjo, Dpl.Ing. yang ditetapkan dan disahkan oleh Presiden Soekarno pada 22 Februari 1965.

Pembangunan sempat terhambat karena peristiwa G 30 S PKI dan dilanjutkan kembali berdasarkan Surat Keputusan Presidium Kabinet Ampera Nomor 79/U/Kep/11/1966 tertanggap 9 November 1966 yang peruntukannya diubah menjadi Gedung MPR/DPR RI.

Komplek MPR/DPR/DPD RI terdiri dari beberapa gedung. Gedung Nusantara merupakan gedung utama dalam komplek MPR/DPR/DPD berbentuk kubah, di mana bentuk setengah lingkaran melambangkan kepakan sayap burung lepas landas. Masyarakat kerap menyebutnya sebagai gedung kura-kura.

Terdapat pula Gedung Nusantara I setinggi 100 meter dengan 24 lantai yang diresmikan, Gedung Nusantara II, Gedung Nusantara III, Gedung Nusantara IV, Gedung Nusantara V, Gedung Bharana Graha, Gedung Sekretariat Jenderal MPR/DPR/DPD, Gedung Mekanik, dan Masjid Baiturrahman.

 


Sasaran Demonstrasi Massa

Gedung DPR/MPR di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta. (Liputan6.com/Devira Prastiwi)

Di komplek Gedung MPR/DPR RI, terdapat kolam air mancur dengan patung Elemen Estetik dan diapit oleh tiang bendera berjumlah 35 buah dan Gedung bertuliskan Majelis Permusyawaratan Rakyat, dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dengan titik pandang utama tangga yang besar dan tinggi masuk Gedung Nusantara.

Wujud Patung Elemen pada dasarnya berupa tiga bulatan yang saling berhubungan dan berkesinambungan. Patung Elemen Estetik ini adalah karya Drs. But Mochtar dari Departemen Seni Rupa Institut Teknologi Bandung.

Teknik pembuatan Patung Elemen Estetik adalah dibuat dari konstruksi rangka besi dengan lapisan sheet tembaga ditanamkan pada pondasi beton. Pembuatan Patung Elemen Estetik selesai pada 1977.

DPR kerap jadi sasaran demonstrasi massa menyuarakan kepentingan mereka. Ketidakadilan dan pengabaian para anggota dewan seringkali diekspresikan dengan cara unik, salah satunya ditunjukkan oleh aktor Jefri Nichol saat ikut berdemo menolak UU Cipta Kerja pada Kamis, 6 April 2023.

Ia melemparkan bangkai tikus ke Gedung DPR sembari berorasi di hadapan ribuan demonstran.

"Gua di sini cuma mau nyampein turut berdukacita atas matinya nalar dan kemanusiaan. Mereka bukan manusia tapi tikus-tikus. Melindungi oligarki dan orang-orang pada korup," kata Jefri saat memberikan orasi dikutip dari Regional Liputan6.com.

 


Anggaran Pengecatan Kubah DPR

Petugas membersihkan area depan Gedung MPR/DPR/DPD yang meliputi Kolam, Halaman, Lobi gedung Nusantara Jakarta, Rabu (29/7/2020). Menjelang bulan Agustus yang juga Perayaan Kemerdekaan RI, Parlemen bersolek menyambut sidang Tahunan yang diselenggarakan 14 Agustus 2020. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Pada Mei 2022, DPR juga menghebohkan publik setelah anggaran pengecatan Rp4,56 miliar untuk kubah Gedung Nusantara. Sekretaris Jenderal DPR RI Indra Iskandar mengklaim bahwa anggaran sebesar itu bukan sekadar untuk pengecatan biasa.

"Sebenarnya bukan pengecatan lebih pasnya waterproofing. Kita pernah melakukan waterproofing terhadap dome gedung nusantara atau gedung kura-kura yang kita kenal itu pada tahun 2015 terakhir," kata Indra di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, 17 Mei 2022, dikutip dari kanal News Liputan6.com.

Indra mengatakan, bagian atas dome gedung kura-kura itu banyak bagian yang telah menggelembung dan menampung air. Ada juga bagian yang sudah retak dan struktur beton yang berjamur.

Kebutuhan waterproofing dome gedung Nusantara itu untuk mempersiapkan agenda kenegaraan pada 6 Agustus 2022 dan pertemuan P20 pada 5-6 Oktober 2022.

"Sehingga kita melakukan kembali waterproofing untuk persiapan acara kenegaraan yang akan dilaksanakan pada 6 Agustus itu nota APBN pemerintah presiden kemudian tanggal 5-6 Oktober itu akan ada pertemuan P20 yang dihadiri 20 kepala parlemen dunia plus undangan 20 kepala parlemen dunia sekitar 40 ketua parlemen dunia pada 5-6 Oktober," jelas Indra.

Dialokasikan anggaran sebesar Rp4,4560 miliar untuk pengecatan terhadap 5208 meter luas atap, termasuk kerangka beton menggunakan bahan tertentu.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya