USD Loyo Jelang Perayaan Hari Kemerdekaan AS, Rupiah Diramal Perkasa ke Rp 15.060

USD diprediksi diperdagangkan dalam kisaran ketat pada hari Selasa dengan pasar AS ditutup karena perayaan Hari Kemerdekaan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Jul 2023, 18:00 WIB
Karyawan bank menunjukkan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) di Jakarta, Senin (2/11/2020). Nilai tukar rupiah pada perdagangan Senin (2/11) sore ditutup melemah 0,1 persen ke level Rp14.640 per dolar AS, dari perdagangan sebelumnya yaitu Rp14.690 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali melemah di awal pekan pada Selasa (4/7). Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa USD kemungkinan akan diperdagangkan dalam kisaran ketat pada hari Selasa dengan pasar AS ditutup karena negara tersebut merayakan Hari Kemerdekaan. 

Hal ini terutama karena pekan berakhir dengan data ketenagakerjaan utama yang dapat mempengaruhi langkah selanjutnya oleh Federal Reserve.

"Greenback melemah pada hari Senin, setelah rilis data manufaktur yang mengecewakan, dengan IMP manufaktur Institute for Supply Management turun menjadi 46,0 dari 46,9 pada bulan Mei, pembacaan terendah sejak Mei 2020," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis pada Selasa (4/7/2023).

Sementara itu, dalam penutupan pasar sore ini, Rupiah ditutup menguat 34 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 45 point di level Rp. 14.995 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.028.

"Sedangkan untuk perdagangan besok , mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 14.970- Rp. 15.060," ungkapnya.

Dia melanjutkan, survei ISM konsisten dengan ekonomi dalam resesi, tetapi hal ini mungkin masih belum cukup untuk membuat The Fed berhenti melanjutkan siklus pengetatan akhir bulan ini.

"Pasar sebagian besar tetap mewaspadai pertemuan The Fed minggu ini, dimulai dengan risalah pertemuan bulan Juni bank sentral, yang akan dirilis pada hari Rabu," papar Ibrahim.

Sementara bank mempertahankan suku bunga stabil, itu juga menandai setidaknya dua kenaikan lagi tahun ini.

Namun, pasar menghargai peluang 88 persen bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Juli mendatang, mengingat tren inflasi masih jauh di atas kisaran target bank sentral.


Membebani Emas

Petugas menunjukkan koleksi lempengan emas di Pegadaian, Jakarta, Selasa (18/5/2021). Harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) pada 17 Mei 2021 berada di posisi lebih tinggi dibanding hari sebelumnya. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ibrahim juga menyebut, prospek suku bunga tinggi sangat membebani emas selama dua bulan terakhir, dan diperkirakan akan membatasi pemulihan besar pada logam kuning tahun ini.

"Namun, Bank Sentral Eropa kemungkinan akan melanjutkan serangkaian kenaikan suku bunga bersejarah, dengan kemungkinan kenaikan lain akhir bulan ini. Setelah ekspor Jerman turun di bulan Mei, menunjukkan lingkungan perdagangan yang sulit untuk kekuatan manufaktur Eropa," tambahnya.


Iflasi RI Berada di Kisaran Target

Pria main skateboard saat cuaca cerah di Jakarta, Selasa (1/12/2020). Kota Jakarta dengan langit biru menambah keindahan hutan beton. BMKG bahwa kualitas udara Jakarta jadi baik dalam dua minggu ini, Jakarta mengalami hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang. (merdeka.com/Imam Buhori)

Sementara di dalam negeri, pemerintah memastikan inflasi tahun 2023 akan dalam kisaran target yang ditetapkan pemerintah.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, inflasi Juni 2023 yang bertepatan dengan periode Idul Adha bertengger di level 3,52 persen secara tahunan (yoy) atau kembali dalam rentang target sasaran tahun 2023 yakni 3 persen plus minus 1 persen.

Sementara itu, secara bulanan, terjadi inflasi sebesar 0,14 persen atau lebih tinggi dibanding inflasi Mei 2023 yang sebesar 0,09 persen month-to-month (mtm).

"Sedangkan capaian inflasi hingga pertengahan tahun 2023 tetap terkendali dan kembali masuk kisaran target inflasi. Hal ini merupakan hasil koordinasi dan sinergi solid dari Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID)," papar Ibrahim.

Secara bersamaan, Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia juga menguat ke level 52,5 pada Juni 2023 dibandingkan bulan sebelumnya di level 50,3.

"Laju ekspansi sektor manufaktur di Tanah Air ini merupakan salah satu peningkatan paling cepat yang diamati selama 1,5 tahun terakhir dan tergolong kuat secara keseluruhan," ujar Ibrahim.


PMI Manufaktur di Juni 2023

Suasana gedung pencakar langit di Jakarta, Selasa (15/11/2022). Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi salah satu yang terbaik di antara negara G20. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Adapun PMI manufaktur Indonesia pada Juni 2023 menunjukkan adanya peningkatan kesehatan sektor manufaktur selama 22 bulan berturut-turut dan terjadi ekspansi.

Menurut Ibrahim, ekspansi tersebut didukung oleh meningkatnya permintaan baru selama Juni 2023. Bisnis baru mendatang meningkat secara solid setelah sedikit turun pada Mei 2023.

"Hal ini karena kondisi permintaan yang lebih baik mendukung pertumbuhan" katanya.

"S&P Global memandang sentimen secara keseluruhan di sektor manufaktur Indonesia bertahan positif pada Juni 2023.

Selain itu, tingkat kepercayaan diri berbisnis naik ke posisi tertinggi sejak April 2023 di tengah-tengah harapan untuk peningkatan lebih lanjut pada kondisi bisnis dan penjualan.

Namun, tingkat sentimen positif tetap berada di bawah rata-rata selama 8 bulan berturut-turut pada akhir kuartal kedua.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya