Liputan6.com, Jakarta Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan bahwa terjadi penurunan pada perusahaan yang mengalami tekanan imbas dari pandemi Covid-19.
"Sejalan dengan pemulihan ekonomi yang terus berlangsung, kinerja korporasi turut terangkat," kata Mahendra, Selasa (4/7/2023).
Advertisement
"Asesmen pertama OJK sampai dengan kuartal pertama 2023, menunjukkan jumlah korporasi dalam tekanan, yang sempat meningkat selama pandemi, dan bahkan meninggalkan scaring effect atau luka memar di beberapa sektor telah menunjukkan penurunan," tambah Mahendra.
Ketua OJK menyampaikan, bahwa pihaknya mendukung transisi yang baik atau mulus dari era pandemi dengan melakukan normalisasi kebijakan secara bertahap. Sehingga tidak menimbulkan guncangan.
"Kebijakan ini akan ditempuh secara terukur sehingga tidak menimbulkan moral hazard. OJK juga telah meminta perbankan dan perusahaan pembiayaan untuk terus membentuk perancangan yang baik guna mengantisipasi berbagai ketidakpastian yang bersumber dari perekomonian ke depan," jelas Mahendra.
Terjaga Stabil
Dalam kesempatan itu, Mahendra juga mengatakan bahwa dewan komisioner memenyoroti sektor jasa keuangan dalam negeri yang terjaga stabil di tengah divergensi perekomonian global.
Ketua OJK menjelaskan, divergensi adalah perbedaan langkah langkah yang diambil otoritas dunia terutama di negara ekonomi besar, berkaitan dengan kondisi perekomonian nasional masing masing negara.
"Rapat dewan komisioner bulanan OJK pada tanggal 27 Juni 2023)menilai bahwa sektor jasa keuangan nasional Indonesia tetap terjaga stabil dengan permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai, serta kinerja intermediasi yang kembali meningkat," kata Mahendra.
Ekonomi Global
Dewan Komisioner OJK juga menyoroti rilis data perekomonian global yang menunjukkan divergensi perkembangan ekonomi negara negara utama, sehingga respon kebijakan yang diambil mereka juga menunjukkan divergensi.
Salah satunya adalah Amerika Serikat, di mana The Fed menahan kenaikan suku bunga kebijakan seiring mulai meredanya tekanan inflasi. Namun, dengan masih ketatnya pasar tenaga kerja. di tengah kinerja perekomonian yang di atas ekspektasi, The Fed mensinyalkan masih akan ada kenaikan suku bunga tahun ini.
"Kebijakan menaikkan suku bunga juga ditempuh bank sentral Eropa, karena tingkat inflasi di beberapa negara Eropa persisten tinggi. Sementara di Tiongkok, pemerintah dan bank sentral mengeluarkan stimulus dan justru menurunkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang terus melemah," papar Mahendra.
Advertisement