IHSG Lesu pada Semester I 2023, Bos BEI Optimistis Pasar Modal Masih Cerah

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sejak awal tahun dipengaruhi dampak global.

oleh Elga Nurmutia diperbarui 04 Jul 2023, 19:02 WIB
Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah hingga semester I 2023. IHSG melemah 2,7 persen hingga 27 Juni 2023. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah hingga semester I 2023. IHSG melemah 2,7 persen hingga 27 Juni 2023. Padahal, tahun lalu IHSG positif di tengah mayoritas bursa dunia cenderung negatif. 

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menuturkan, IHSG memang telah turun sejak awal tahun. Sebab, dipengaruhi oleh dampak global, tetapi jika melihat fundamental ekonomi domestik justru menunjukkan hal positif.

"Memang sejak awal tahun ini menurun, tapi itu lebih dipengaruhi dampak global. Fundamental ekonomi domestik menunjukkan hal yang positif. Malah potensi resesi di luar negeri, perang hingga kenaikan harga BBM yang menjadi isu. Ini tidak hanya menimpa bursa kita tetapi juga bursa negara lain," kata Iman Rachman kepada awak media, Selasa (4/7/2023).

Meski demikian, ia menyebut, pasar modal Indonesia masih mendapatkan aliran dana asing. Berdasarkan data Juni 2023, aliran dana asing tercatat sebesar Rp 16,4 triliun.

"Memang yang terjadi sekarang ini secara foreign inflow sudah positif. Tahun lalu foreign inflow Rp 60 triliun dan tahun ini sampai Juni sudah Rp 16,4 triliun," kata dia.

Akan tetapi, aliran dana asing yang masuk belum cukup untuk mengerek IHSG. Hal itu selaras dengan yang terjadi di bursa regional.

Dengan demikian, BEI berusaha menambah jumlah emiten baru, meningkatkan volume perdagangan dari emiten eksisting, menambah produk baru tahun lalu, seperti waran terstruktur.

Oleh sebab itu, BEI menilai pasar modal Indonesia masih memiliki prospek yang cerah ke depannya. Ini mengingat, BEI tengah menggeber sejumlah produk baru demi meningkatkan jumlah transaksi harian investor.

"Kami juga menambah produk baru, tahun lalu kami ada structured warrant, tahun ini kita harapkan ada Single Stock Future (SSF). Jadi ada produk baru yang kami tawarkan ke investor untuk meningkatkan transaksinya yang akan berdampak kepada IHSG," ujar dia.


IHSG Melemah 2,76 Persen pada Semester I 2023, Bagaimana Proyeksi hingga Akhir Tahun?

Suasana pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/2). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya,  Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merah pada perdagangan akhir Juni 2023. IHSG melemah 0,04 persen dibanding ke posisi 6.661,879 dari penutupan sebelumnya.

Sejak awal tahun atau secara year to date (ytd), IHSG turun 2,76 persen sepanjang paruh pertama tahun ini. Praktisi Trading dan Investasi, Desmond Wira menilai, terdapat beberapa sentimen yang menyeret IHSG ke zona merah. Sentimen negatif terutama berasal dari sektor energi dan komoditas yang terpuruk seiring turunnya harga energi dan komoditas.

"Kemudian ditambah China mempertimbangkan untuk mengakhiri pelarangan impor batu bara dari Australia. Sebelumnya permintaan batu bara ke China didongkrak sentimen ini. Sehingga harga energi termasuk batu bara melonjak gila-gilaan satu dua tahun lalu," ujar Desmond kepada Liputan6.com, Kamis (29/6/2023).

Ia menilai, secara umum sektor transportasi memimpin penguatan. Sedangkan sektor yang mengalami koreksi adalah sektor energi dan basic material. Sebagai gambaran, sektor transportasi atau IDX sector transportation & logistic telah naik 14,37 persen pada semester I tahun ini. Sedangkan IDX sector energy susut 23,76 persen dan IDX sector basic materials susut 18,35 persen.

Sepanjang semester I 2023, investor asing membukukan aksi beli saham Rp 16,20 triliun. Kapitalisasi pasar menyentuh Rp 9.459 triliun. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih mencatatkan kapitalisasi pasar saham terbesar di BEI yang mencapai Rp 1.117 triliun. Lalu disusul PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar Rp 814 triliun, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar Rp 517 triliun.

Selanjutnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) senilai Rp 480 triliun, dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) senilai Rp 396 triliun.Di sisi lain, transaksi perdagangan merosot. Volume perdagangan saham susut menjadi 18,51 miliar saham, nilai transaksi menjadi Rp 10,34 triliun, dan rata-rata transaksi harian saham 1.184.594 kali.

 


Proyeksi IHSG pada Semester II 2023

Pekerja mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di salah satu perusahaan Sekuritas, Jakarta, Rabu (14/11). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada penutupan perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Untuk sisa paruh kedua tahun ini, Desmod mengamati belum ada sentimen kuat yang signifikan dari dalam negeri. Ditambah, pelaku pasar akan cenderung wait and see jelang pemilu 2024.

Selain itu di paruh pertama 2023 dampak positif dari penguatan pasar saham dunia juga tidak berpengaruh pada IHSG. Di sisi lain, sentimen dari ekonomi dunia juga perlu dicermati. Ekonomi China cenderung melemah. Ekonomi AS terlihat kuat tetapi sebenarnya keropos. Sementara Ekonomi Eropa masih terganggu inflasi.

"Kemungkinan sentimen negatif ekonomi dunia bisa menjadi pemberat kenaikan IHSG. Perkiraan saya, IHSG kemungkinan cenderung sideways cenderung koreksi di paruh kedua tahun 2023. Jika terjadi koreksi, pelaku pasar disarankan mencermati level support 6.500-an. Level ini sudah sering diuji, dan secara psikologis kalau tembus ke bawah kemungkinan besar berdampak negatif pada IHSG. Saran saya lebih berhati-hati di paruh kedua 2023," tutur Desmond.

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya