Kunci Turunkan Angka Stunting di Indonesia Adalah Generasi Muda

Presiden Joko Widodo menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2024 turun menjadi 14%. Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting masih di angka 21,6%.

oleh stella maris diperbarui 05 Jul 2023, 09:46 WIB
Forum Genbest Talk Pahami Gizi Penting, No More Stunting yang dihadiri oleh para remaja di Sumedang, Selasa (4/7)/Istimewa.

Liputan6.com, Sumedang Peran kaum muda yang akan menjadi orang tua dapat menentukan generasi sehat selanjutnya, terutama dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (IKPMK) Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Nursodik Gunarjo mengungkapkan alasan mengapa generasi muda penting untuk sadar mengenai stunting. 

"Alasan mengapa generasi muda penting untuk sadar mengenai stunting karena Anda sekalian yang akan melahirkan generasi berikutnya, yang nantinya akan mengatur dan membawa republik ini ke masa depan yang lebih baik. Jangan sampai generasi yang dilahirkan ke depan ini menjadi generasi yang lemah, yang salah satunya karena stunting," ujar Nursodik Gunarjo, saat membuka forum Genbest Talk yang dihadiri oleh para remaja di Sumedang, Selasa (4/7).

Nursodik menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo telah menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2024 turun menjadi 14%. Menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting masih di angka 21,6%. 

Oleh karena itu, peran generasi muda sangat dibutuhkan karena stunting yang terjadi di saat ini adalah akumulasi dari apa yang generasi muda saat ini lakukan dan konsumsi. Menurut Gunarjo, penting bagi generasi muda saat ini berperan aktif dalam menjaga asupan gizi agar anak-anak mereka di masa depan tidak mengalami stunting. 

Dokter Spesialis Gizi Klinis, Putri Sakti juga menyampaikan agar anak muda dapat berperan dalam menurunkan angka stunting. Terkait dengan hal ini mereka terlebih dahulu harus memahami ilmu gizi, sehingga dapat memahami asupan yang tepat yang dibutuhkan oleh tubuh.

"Gizi yang baik itu adalah gizi seimbang, jadi kita tidak hanya bicara dalam hal kenyang saja atau kalorinya cukup saja, tapi harus seimbang. Seimbang itu artinya ada kebutuhan dari makronutrien dan mikronutrien," ujar Putri saat menjadi narasumber di Genbest Talk Sumedang Pahami Gizi Penting, No More Stunting.

Oleh karena itu, menurutnya, penting untuk remaja memiliki nutrisi yang baik di dalam tubuh karena mereka memiliki peran dalam memutus mata rantai stunting di masa depan. Putri menjelaskan, jika sejak remaja tidak memiliki asupan gizi yang baik, maka saat mereka dewasa, lalu berkeluarga dan hamil, akan berisiko lebih besar memiliki janin yang stunting. Hal tersebut akan menjadi lingkaran setan, dimana akan terlahir anak yang stunting, dan saat mereka dewasa pun juga akan melahirkan anak yang terkena stunting juga. 

"Oleh karena itu, kita ingin putus circle-nya dengan cara kita memberikan edukasi, memberikan makanan yang tepat yang bergizi seimbang. Jadi seorang ibu terutama kan punya tanggung jawab besar, tidak cuma melahirkan saja tapi kualitasnya untuk masa depan juga bagus. Jadi sedari di dalam perut, kita harus memberikan nutrisi yang baik." kata Putri.

 


Proses Pemahaman Stunting Sejak Dini

Sejalan dengan Putri, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang, Uyu Wahyudin menjelaskan tentang pentingnya anak muda paham akan isu stunting. Menurutnya, masalah stunting ini merupakan proses yang cukup panjang, dimana mereka harus mencegahnya sejak dini.

"Stunting adalah proses yang cukup panjang. Oleh karena itu penanganannya harus sedini mungkin, harus terstruktur, harus semua pihak berperan di situ, karena determinan stunting tidak hanya satu poin," kata Uyu.

Uyu menambahkan fase yang paling optimal untuk meningkatkan aspek kognitif pada anak adalah usia di bawah dua tahun. Pada usia tersebut merupakan usia paling rentan dalam menjaga seorang bayi agar tidak stunting. Apabila pada usia tersebut nutrisinya tidak terjaga, akan terkendala masalah kognitif hingga dewasa.

"Oleh karena itu, kalau kita menangani stunting saat bayi lahir keterlambatan sebenarnya karena aspek stunting tidak hanya soal pendek saja yang paling penting adalah aspek kognitifnya. Bisa dibayangkan kita mau meningkatkan aspek kognitif dimana menurut para ahli durasi waktunya pada saat baduta (bawah dua tahun) kalau sudah di atas dua tahun sudah terlambat untuk meningkatkan kognitifnya, bisa saja dia secara fisik tinggi tapi nanti lemot," ujar Uyu.

Sebelumnya dalam dialog RRI, Senin (3/7) Ketua Tim Informasi dan Komunikasi Kesehatan IKPMK Kemenkominfo, Marroli J. Indarto juga menyatakan pentingnya peran generasi muda sebagai agen perubahan dalam menurunkan angka prevalensi stunting di Indonesia.

"Kami menyadari bahwa untuk memotong stunting salah satunya adalah kita harus mempersiapkan generasi-generasi muda yaitu remaja. Jadi sejak awal jadi harus kita berikan edukasi mengenai stunting. Harapan kita dan Kemenkominfo itu bahwa nantinya akan muncul di generasi yang peduli terhadap kesehatan dirinya maupun lingkungan. Peduli bersih, dan sadar akan sanitasi yang merupakan faktor-faktor kunci dalam mengurangi prevalensi stunting yang ada di Indonesia," ujar Marrolli.

Kemenkominfo sejak 2019 telah menggandeng generasi muda untuk turut serta mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Genbest (Generasi Bersih dan Sehat) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting. Genbest Talk yang diadakan di Kabupaten Sumedang Jawa Barat ini merupakan bagian dari kampanye Genbest. 

Genbest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, Genbest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.

 

(*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya