Liputan6.com, Jakarta Bisnis di Paris, Prancis, kini mengalami dampak kerugian dari serangkaian protes dan kericuhan di negara itu.
Melansir CNN Business, Rabu (5/7/2023) kerusuhan di Paris, yang dipicu oleh penembakan fatal seorang remaja oleh seorang polisi beberapa waktu lalu, telah menyebabkan kerusakan senilai lebih dari 1 miliar euro atau setara Rp. 16,3 triliun.
Advertisement
Hal itu diungkapkan oleh asosiasi bisnis Prancis, MEDEF.
Seorang juru bicara MEDEF mengungkapkan bahwa para pengunjuk rasa telah menjarah sekitar 200 toko dan menghancurkan 300 cabang bank dan 250 pertokoan kecil lainnya.
Pemerintah Prancis juga sedang mempertimbangkan cara-cara untuk membantu bisnis yang paling terkena dampak kerusuhan, menurut laporan BFMTV, mengutip Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire.
Selain itu, pemerintah negara itu juga mempertimbangkan untuk membatalkan atau menunda kontribusi jaminan sosial dan pajak, dan bisnis akan diberikan waktu sekitar 30 hari untuk mengajukan klaim asuransi.
Namun, klaim tersebut diprediksi berjumlah kurang dari 1 miliar euro yang menjadi perkiraan angka kerugian, menurut DBRS Morningstar, sebuah lembaga pemeringkat kredit, menyebutkan banyak perusahaan tidak akan sepenuhnya dikompensasi atas kerugian mereka.
"Kami percaya total kerugian yang diasuransikan untuk industri asuransi Prancis akan tetap jauh di bawah angka 1 miliar euro," kata DBRS Morningstar, mencatat bahwa pemerintah Prancis menanggung sebagian tanggung jawab atas sebagian kerugian.
"Kerugian dan gangguan pada bisnis akibat vandalisme, penjarahan, dan potensi jam malam tidak mungkin ditanggung oleh pemerintah Prancis," sebut lembaga itu.
Sekilas Tentang Kerusuhan di Paris Prancis
Gelombang kerusuhan di Paris meletus menyusul peristiwa penembahan terhadap seorang remaja berusia 17 tahun, Nahel Merzouk.
Para pengunjuk rasa di kota-kota di seluruh Prancis turun ke jalan pada hari-hari berikutnya untuk menunjukkan amarah mereka atas perlakuan terhadap minoritas di negara itu.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan bahwa dia yakin "puncak" kekerasan telah berlalu, menurut afiliasi CNN, BFMTV. Berbicara kepada walikota dari 241 kotamadya yang dilanda protes,
Macron pun menjanjikan "dukungan total" atas dampak dari kerusuhan tersebut.
Advertisement
Sektor Pariwisata Ikut Kena Imbas?
Selain itu, perusahaan-perusahaan di Prancis sekarang juga bersiap menghadapi dampak yang lebih besar karena para turis, memutuskan untuk tidak bepergian ke negara itu untuk sementara waktu.
Pada awal Juli, turis asing telah membatalkan 20-25 persen dari perjalanan yang direncanakan ke Paris, ungkap Presiden MEDEF Geoffroy Roux de Bezieux dalam sebuah wawancara dengan penyiar France Inter.
Gangguan itu datang pada saat yang buruk bagi ekonomi Prancis, yang mengungguli kawasan euro yang lebih luas dalam beberapa bulan pertama tahun ini meskipun protes dan pemogokan berbulan-bulan karena serikat pekerja menuntut pemerintah membatalkan rencananya untuk menaikkan usia pensiun dari 62 menjadi 64.
Akan tetapi, aktivitas terhenti sejak itu.
Data survei yang diterbitkan pekan lalu menunjukkan bahwa output Prancis turun pada bulan Juni untuk pertama kalinya tahun ini, dan pada laju tercepat sejak Februari 2021, karena sektor jasa berbalik arah dan penurunan manufaktur semakin dalam.