Pesantren Tempat Berdirinya GP Ansor di Banyuwangi Bakal Didaftarkan Jadi Cagar Budaya

Pesantren Lateng yang menjadi tempat berdirinya organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia, GP Ansor, bakal didaftarkan menjadi cagar budaya

oleh Hermawan Arifianto diperbarui 06 Jul 2023, 10:00 WIB
Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jawa Timur kunjungi masjid Kiyai Sholeh Banyuwangi (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Pesantren Lateng di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur bakal didaftarkan menjadi cagar budaya. Pesantren bersejarah ini merupakan tempat berdirinya organisasi kepemudaan terbesar di Indonesia, GP Ansor

“Bangunannya sangat luar biasa. Masih original. Apalagi ini merupakan tempat yang bersejarah,” kata anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Jawa Timur, Endang Prasanti, Rabu (5/7/2023).

Dalam amatannya, Endang meyakini, bahwa pesantren tersebut diduga kuat sebagai obyek cagar budaya. Begitu pula dengan bangunan masjidnya yang terletak dalam satu kawasan.

“Tapi, nanti perlu kajian lebih jauh. Apa penetapannya berupa bangunan ataukah kawasan,” sebutnya.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyatakan siap mendukung pendaftaran Pesantren Lateng menjadi cagar budaya. Menurutnya, pihaknya siap berkolaborasi untuk mengawal inisiatif warga dalam melindungi situs-situs yang bernilai cagar budaya. 

“Pada prinsipnya, kami sangat mengapresiasi langkah masyarakat ini dan siap untuk memfasilitasi,” ujar Ipuk.

Kompleks pesantren yang terletak di Jalan Riau, Kelurahan Lateng, Banyuwangi itu diajukan sebagai cagar budaya atas inisiatif Takmir Masjid Kiai Saleh, Dewan Kesenian Blambangan, Komunitas Pegon dan dikawal oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi.

Pengajuan tersebut didasarkan atas dua hal. Yang pertama, adanya fisik bangunan yang masih terjaga orisinalitasnya. Sedangkan yang kedua secara historis, gedung tersebut menyimpan sejarah penting dalam perjalanan bangsa.

“Jika kita lihat, bangunannya masih berarsitektur art deco khas bangunan masa kolonial. Ubinnya dan tembok-temboknya menyiratkan secara kuat,” ungkap founder Komunitas Pegon, Ayung Notonegoro menjelaskan bangunan yang selesai dibangun pada 1918 itu. 


Banyak Menyimpan Manuskrip Kuno

Pesantren tersebut juga memiliki sisi historis yang luar biasa. Salah satunya pada 24 April 1934, ditempat tersebut menjadi sidang Majelis Syuriyah Muktamar ke-IX Nahdlatul Ulama. Dalam sidang tersebut, menghasilkan sejumlah keputusan penting. Di antaranya adalah diterimanya Anshoru Nahdlatoel Oelama (ANO) sebagai bagian resmi dari NU.

“ANO ini kini dikenal sebagai Gerakan Pemuda Ansor. Badan otonom NU yang memiliki keanggotaan terbesar dalam organisasi kepemudaan di dunia,” jelas Ayung.

Selain memiliki bangunan yang berpotensi menjadi cagar budaya, Pesantren Lateng juga menyimpan sejumlah manuskrip kuno yang juga berpotensi menjadi cagar budaya. Seperti halnya Babad Tawangalun beraksara pegon ataupun naskah-naskah yang berasal dari Kesultanan Palembang.

Kekayaan koleksi naskah dan kitab yang tersimpan di sana, menjadikannya menjadi tuan rumah Festival Kitab Kuning 2023.

Infografis 22 Titik Rawan Macet di Tol Trans Jawa Saat Mudik Lebaran 2023. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya