Acset Indonusa Incar Kontrak Baru Rp 2,2 Triliun pada 2023

PT Acset Indonusa Tbk (ACST) baru meraih kontrak baru setara 66 persen target kontrak baru perseroan Rp 2,2 triliun

oleh Elga Nurmutia diperbarui 05 Jul 2023, 22:24 WIB
PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan kontrak baru senilai Rp 1,49 triliun. (Foto: PT Acset Indonusa Tbk)

Liputan6.com, Jakarta - Emiten konstruksi Grup Astra, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatatkan kontrak baru senilai Rp 1,49 triliun. Angka tersebut setara dengan 66 persen target kontrak baru     perseroan sebesar Rp 2,2 triliun pada 2023.

Direktur Utama Acset Indonusa Idot Supriadi menuturkan, perseroan berhasil meraih kontrak baru senilai Rp 1,49 triliun. Namun, Acset mengurangi kontrak dari bisnis pembangunan gedung karena kurang prospektif.

"Kami menganggap bisnis building enggak terlalu bagus," kata Idot dalam acara Workshop Wartawan Pasar Modal 2023, Rabu (5/7/2023).

Dengan demikian, Acset akan mengincar proyek yang potensial, seperti infrastruktur, data center hingga warehouse (gudang).

Sebagaimana diketahui terdapat beberapa proyek yang sedang digarap Acset Indonusa. Misalnya, Arumaya Residence, Thamrin Nine, Dharmawangsa Tower, Jalan Tol Probolinggo - Banyuwangi, Pelebaran Ruas Tol Tangerang - Merak, AMMAN Sumbawa, BDX Data Centre Jakarta, Pelabuhan Patimban Fase II Jawa Barat dan lain sebagainya.

Hingga kuartal I 2023, Acset mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 360,35 miliar. Namun, pada periode yang sama Acset masih menderita rugi bersih senilai Rp 29,56 miliar.

Pada penutupan perdagangan saham Rabu, 5 Juli 2023, saham ACST merosot 0,76 persen ke posisi Rp 130 per saham. Saham ACST dibuka stagnan Rp 131 per saham. Saham ACST berada di level tertinggi Rp 131 dan terendah Rp 129 per saham. Total frekuensi perdagangan 147 kali dengan volume perdagangan 19.136 lot saham. Nilai transaksi Rp 248,9 juta.

 


Kinerja Keuangan 2022

Ilustrasi Laporan Keuangan atau Laba Rugi. Foto: Freepik/ pch.vector

Sebelumnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mencatat penurunan pendapatan sepanjang 2022. Namun, perseroan berhasil menekan rugi bersih hingga akhir 2022.

Mengutip laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), ditulis Rabu (1/3/2023), PT Acset Indonusa Tbk meraih pendapatan Rp 1,03 triliun hingga Desember 2022. Pendapatan turun 30,87 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,49 triliun. Beban pokok pendapatan turun 18,29 persen menjadi Rp 1,34 hingga Desember 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 1,64 triliun.

Rugi bruto naik 111,22 persen menjadi Rp 311,94 miliar hingga Desember 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 147,68 miliar. Beban penjualan merosot 93,95 persen menjadi Rp 20,15 miliar hingga kuartal IV 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 333,33 miliar. Beban umum dan administrasi turun 0,63 persen menjadi Rp 132,41 miliar hingga Desember 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 133,25 miliar.

Dengan melihat kondisi itu, perseroan mencatat rugi setelah pajak yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 448,90 miliar hingga Desember 2022. Rugi tersebut merosot 35,46 persen dari periode sama tahun sebelumnya Rp 695,54 miliar. Dengan demikian, rugi per saham turun menjadi Rp 35 hingga kuartal IV 2022 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 82.

Total ekuitas turun menjadi Rp 670,99 miliar hingga akhir 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,11 triliun. Total liabilitas naik menjadi Rp 1,44 triliun hingga Desember 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 1,36 triliun.

Aset Acset Indonusaturun menjadi Rp 2,11 triliun hingga akhir 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 2,47 triliun. Perseroan kantongi kas dan setara kas Rp 205,80 miliar hingga Desember 2022 dari Desember 2021 sebesar Rp 471,65 miliar.

 


Kenaikan Harga Bahan Baku Berdampak terhadap Acset Indonusa

Ilustrasi Laporan Keuangan, Laba, Rugi. Foto: Freepik/mindandi

Sebelumnya, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) mengungkapkan, kenaikan harga bahan baku akan memberikan dampak terhadap ACST.

Direktur Acset Indonusa, David Widjaja mengatakan, kenaikan bahan baku akan mengganggu biaya dan harga dari ACST.

“Kenaikan bahan baku pasti akan mengganggu costing dan pricing kita,” kata David dalam konferensi pers, Rabu (10/8/2022).

Sementara itu, sejauh ini perseroan melakukan efisiensi agar rencana bisa dicapai sesuai dengan yang ditargetkan.

"Sejauh ini kita banyak mengerjakan project lama. Kita sudah mulai ada keterikatan dengan supply kita vendor kita. Jadi memang kita tetap menjaga ritme atau metode kerja yang baik melakukan efisiensi supaya apa yang kita rencanakan di proyek awal sesuai target kita.

Ke depan, ACST akan mengikutsertakan strategi kemitraan dengan vendor-vendor.

"Ke depannya pertama kita akan engage dengan strategi partnership kita dengan vendor vendor kita yang kita sudah jalin kerja sama, perjanjian kontrak kita untuk projek yang kita dapatkan.  Sehingga harganya tidak fluktuasi terlalu banyak, kedepannya metode kerja yang efisien supaya kita tidak waste atas kenaikan harga ini,” ujar dia.

Selanjutnya, pada semester I 2022, perseroan membukukan rugi bersih turun 25,3 persen menjadi Rp 149,5 miliar. Mencatatkan kontrak baru Rp 516,4 miliar naik 169,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.

ASCT mendapatkan tambahan kontrak baru Rp 306 miliar, capaian hingga Agustus 2022 meraih kontrak sebesar Rp 822 miliar. 

 

 

Infografis Ekonomi RI Jauh Lebih Baik dari Negara Lain (Liputan6.com/Triyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya