Liputan6.com, Banyuwangi Banyuwangi Ethno Carrnival (BEC) 2023 mulai digeber dengan peragaan busana Ethno Wear di kawasan Lorong Bambu, Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan Banyuwangi.
Puluhan model mulai anak-anak hingga dewasa belenggak-lenggok di jalanan Lorong Bambu. Mereka memeragakan kostum kontemporer hasil kreasi mereka yang memvisualisasikan tema besar BEC, “The Magic of Ijen Geopark”. Ada yang mengusung tema Kawah Ijen, pantai Parang Ireng, Sukamade, serta Alas Purwo.
Advertisement
Para model dari anak-anak hinga kategori dewasa berjalan dengan membawakan kostum ala karnaval di sepanjang jalanan Lorong Bambu. Aksi mereka mendapat banyak pujian dari pengunjung yang sengaja datang menonton keunikan kostum mereka.
“Amazing. Tontonan yang mengasyikkan melihat bagaimana mengenakan kostum yang unik tapi menawan. Dan menariknya, mereka membawakan ini dengan mengangkat kekhasan Banyuwangi,” kata Elias, wisatawan asal Jerman yang sengaja menonton defile busana ini sebelum mendaki Gunung Ijen.
“Saya suka sekali. Apalagi parade yang ditampilkan anak-anak, mereka tampil percaya diri,” kata Ellie, wisatawan dari Inggris yang terlihat asyik mendokumentasikan aksi-aksi peserta Ethno Wear.
Ethno Wear adalah rangkaian dari parade busana etnik kontemporer Banyuwangi Ethno Carnival yang tahun ini mengusung spirit The Magic of Ijen Geopark. Sebuah tema yang diangkat atas penetapan Ijen Geopark sebagai bagian dari jaringan geopark dunia oleh Dewan Eksekutif UNESCO Global Geopark (UGG) di Paris, Perancis, 24 Mei 2023.
Sebagai bentuk kebanggaan atas pengakuan dunia pada Banyuwangi itu, BEC 2023 kali ini akan digelar selama sepekan. Rangkaian acara berlangsung mulai 5-9 Juli 2023, yang dipuncaki dengan Parade Karnaval BEC pada Sabtu, 8 Juli 2023. Rangkaian BEC akan dipusatkan di seputar Taman Blambangan.
Gunakan Busana Hasil Kreasi Sendiri
Saat Ethno Wear digelar, para model tersebut mengenakan busana hasil kreasi sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Busana yang mereka kenakan layaknya bisana karnval, dipenuhi dengan ornamen yang menampilkan tema yang mereka bawakan.
Ada yang mengenakan headpiece menyerupai ekor burung merak menggambarkan fauna yang ada di Alas Purwo, ada yang berhias anak penyu (tukik) mewakili Pantai Sukamade yang merupakan lokasi penyu bertelur, tanduk rusa, hingga kobaran api yang melambangkan blue fire Kawah Ijen.
“Ini adalah salah satu cara untuk menyediakan wadah berkreasi bagi anak-anak muda, khususnya yang memiliki passion di bidang fesyen,” ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang ikut menyaksikan kegiatan ini.
“Di sini anak-anak muda bisa berkreasi, menuangkan ide-idenya menjadi sebuah kostum yang menarik. Kami yakin dengan terus menggelar ajang semacam ini, akan mampu memunculkan bibit-bibit desainer potensial daerah,” imbuhnya.
Advertisement
Ethno Wear Wadah Kreatifitas Anak Muda Banyuwangi
Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Ahmad Choliqul Ridho, mengatakan, Ethno Wear digelar untuk mewadahi komunitas anak-anak muda yang rutin menggelar fashion show di Taman Blambangan.
"Di Taman Blambangan ada komunitas anak muda yang rutin menghelar fashion show tiap akhir pekan. Ethno Wear ini untuk mewadahi kreativitas mereka," kata Ridho.
Rangkaian BEC diawali parade Ethno Wear (5/7), Geopark Expo (7-8 Juli), muhibah budaya (7 Juli), dipuncaki parade kostum karnaval BEC (8/7), ditutup dengan awarding pemenang BEC (9 Juli).